UMKM Jatim Didorong Kian Lihai Menerobos Pasar Digital
Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berkolaborasi dengan sejumlah pihak untuk meningkatkan kreativitas UMKM, termasuk memberi penguatan dalam pengelolaan keuangan pelaku usaha.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro kecil menengah di Provinsi Jawa Timur terus didorong lebih kreatif agar semakin lihai menerobos pasar secara digital. Untuk merealisasikan hal ini, perlu kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk untuk mengedukasi pelaku bisnis mikro terkait dengan pengelolaan keuangan.
Jika manajemen keuangan pelaku UMKM semakin baik, secara otomatis mereka juga semakin mudah menjelajahi pasar, baik secara tradisional maupun digital. Bagi pelaku UMKM paling penting bukan modal kerja, melainkan keahlian menerobos pasar, termasuk menciptakan produk berkualitas dan sesuai dengan selera pasar.
”Sekarang tanpa memiliki gerai atau toko, mereka sudah bisa berjualan secara online atau sistem titip barang. Untuk itu, butuh pengungkit daya kreativitas pelaku UMKM agar semakin mudah mengikuti perkembangan pasar,” kata Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dalam seminar Resep Sehat Finansial UMKM sebagai puncak rangkaian program #ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat yang digelar OCBC NISP di Ciputra World Surabaya, Jumat (21/1/2022).
Dalam kesempatan itu, Nani Cahyaningrum (50), pelaku usaha di bidang tenda dan payung taman, kepada mantan Bupati Trenggalek itu mengaku, pemasaran produknya tidak hanya di wilayah Jatim, tetapi justru sudah merambah pasar di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Papua. ”Pemasaran produk kami sekarang lewat media sosial dan secara online. Untuk itu, kami perlu ’ilmu’ bagaimana menampilkan produk secara digital dalam waktu singkat,” katanya.
Menanggapi permintaan itu, Emil mengungkapkan bahwa Pemprov Jatim telah mengembangkan pusat pelatihan bagi pelaku UMKM. Perhatian bagi UMKM terus ditingkatkan karena industri menjadi penopang perekonomian terbesar, yakni 30,6 persen. Kontribusi terbesar dari sektor makanan dan minuman.
Sekarang tanpa memiliki gerai atau toko, mereka sudah bisa berjualan secara online atau sistem titip barang. Untuk itu, butuh pengungkit daya kreativitas pelaku UMKM agar semakin mudah mengikuti perkembangan pasar. (Emil Elestianto Dardak)
”Perekonomian bisa tumbuh sebesar itu bukan didominasi oleh perusahaan besar, melainkan 57 persen disumbang oleh UMKM sehingga sektor ini menjadi tulang punggung di provinsi ini,” katanya. Meski sempat tidak bergerak karena pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun, UMKM Jatim mulai pulih sejak April 2021.
Mulai menggeliat
Bahkan, perekonomian perlahan bangkit dan tumbuh sekalipun pemerintah pusat sempat menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim adalah transformasi digital yang dilakukan oleh pelaku usaha, termasuk pelaku UMKM.
Menurut Executive Vice President National Network Head Bank OCBC NISP Jenny Hartanto, melalui #ONPreneurship, Bank OCBC NISP menjadi mitra seperjalanan para pelaku UMKM agar semakin siap membawa bisnis melaju jauh di era new normal. #ONPreneurship menghadirkan ekosistem kolaboratif untuk menambah wawasan dan berbagi pengetahuan, mulai dari manajemen keuangan, branding dan digital, hingga mendorong UMKM memperluas jejaring bisnis. Sampai September 2021, Bank OCBC NISP telah menyalurkan kredit senilai Rp 18,5 triliun untuk sektor UMKM.
Pada kesempatan itu, Emil mengungkapkan, kuartal III-2021 lalu, ekonomi Jatim tumbuh positif sebesar 3,23 persen secara tahunan dan pertumbuhan ini lebih tinggi dari provinsi lain di Pulau Jawa, yakni 3,03 persen. Salah satu strategi yang dilakukan Pemprov Jatim untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi ini adalah dengan meningkatkan kinerja UMKM yang kini berjumlah 9 juta.
Untuk itu, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak agar bersama mengembangkan serta mendukung UMKM semakin sehat. Termasuk bisa mendapatkan tips praktis untuk mengembangkan bisnisnya di program #ONprenuership yang dikembangkan OCBC NISP ini. Apalagi sekarang pemasaran pun dilakukan secara digital sehingga pelaku usaha tidak harus stok banyak karena paling penting menjajal pasar.