Perusahaan Modal Ventura Kian Gencar Bermanuver
Perusahaan modal ventura kian gencar dalam memberikan permodalan ataupun bekerjasama dengan perusahaan rintisan. Ini menunjukkan usaha perusahaan rintisan kian menggeliat.
JAKARTA, KOMPAS-Perusahaan modal ventura kian gencar memberi permodalan serta bekerjasama denganperusahaan rintisan. Hal ini juga mengindikasikan geliat perusahaan rintisan makin menguat.
Pada tiga pekan pertama 2022 saja, sejumlah perusahaan modal ventura sudah mengumumkan aksi pendanaan. Yang teranyar, BRI Ventures bekerja sama dengan Tokocrypto melalui TokoLaunchpad, meluncurkan proyek percepatan peningkatan kapasitas bisnis khusus untuk perusahaan rintisan dengan teknologi jaringan berantai atau blockchain di Indonesia, yakni TSBA (Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator).
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) antara Chief Executive Officer (CEO) BRI Ventures Nicko Widjaja dengan Chief Executive Officer (CEO) Tokocrypto Pang Xue Kai Kamis lalu di T-Hub Batubelig, Bali.
Nicko mengatakan, BRI Ventures menggandeng Tokocrypto untuk bersama-sama mendorong Indonesia menjadi kekuatan baru ekonomi digital melalui perusahaan rintisan yang menggunakan blockchain sebagai tulang punggung teknologinya. BRI Ventures, lanjut Nicko, akan terus memperkuat ekosistem digital serta co-kreasi ini akan menjadi kekuatan baru perekonomian nasional.
“Kami berharap, kolaborasi ini dapat menjadi akselerator dari berbagai inisiatif perkembangan ekosistem metaverse,” ujar Nicko.
Baca juga: Tips Menekan Risiko pada Aset Kripto
Pang Xue Kai mengatakan, kerjasama ini jadi pencapaian bagi Tokocrypto yang mendapatkan kepercayaan dari BRI Ventures untuk bersama-sama membangun ekosistem akselerator berbagai startup yang didukung teknologi blockchain demi memajukan industri.
“Melalui kolaborasi ini, kami berharap percepatan peningkatan kapasitas bisnis bisa dijalankan bersama sehingga dapat mendorong ekosistem dan membawa impact bagi industri perusahaan rintisan dan blockchain, bukan hanya secara bisnis, tapi juga secara sosial ekonomi,” ujar Pang Xue Kai.
Melalui kolaborasi ini, tambah Kai, Tokocrypto dan BRI Ventures membentuk program akselerator dengan memberikan modul ekstensif yang dirancang demi membawa proyek dan startup blockchain dari Indonesia muncul ke panggung dunia. Program pendampingan ini ini antara lain pengumpulan dana, pembangunan kultur perusahaan, pengembangan blockchain, dan tokenomics.
Sampai saat ini, BRI Ventures telah melakukan investasi ke lebih dari 18 perusahaan rintisan teknologi finansial (tekfin) maupun non-tekfin . Selain itu, BRI Ventures juga meluncurkan dua dana ventura yakni Sembrani Nusantara dan Sembrani Kiqani. Sembrani Nusantara fokus pada pendanaan sektor-sektor berkembang dan Sembrani Kiqani fokus pada pendanaan barang-barang ritel konsumsi.
Dana Ventura Sembrani Nusantara yang diluncurkan pada awal 2021 telah melakukan investasi di bidang agritech seperti Sayurbox, sektor new retail seperti Haus!, Brodo, Yummy Corp, dan sektor logistik seperti Andalin. Adapun Dana Ventura Sembrani Kiqani yang baru diluncurkan awal tahun 2022 tengah menggalang modal awal dari beberapa investor yang turut berkomitmen memajukan berbagai ekosistem di Indonesia.
Berbagai investasi
Pada Rabu lalu, perusahaan rintisan penjualan mobil bekas Moladin mengumumkan pendanaan seri A sebesar 42 juta dollar AS (Rp 596 miliar). Pendanaan itu dipimpin oleh Sequoia Capital India dan Northstar Group. Pendanaan ini juga didukung oleh East Venture, Global Founders Capital dan K3 Ventures.
Chief Executive Officer dan Co-Founder Moladin Andrew Khoo menjelaskan, pendanaan ini akan digunakan untuk membantu meningkatkan bisnis transaksi mobil Moladin yang sudah ada serta memperluas jaringan cabang. Selain itu, juga untuk memasuki peluang tambahan baru seperti ritel, pembiayaan, dan servis. Adapun pada 2021 pihaknya menjangkau lebih dari 15.000 agen dan dealer penjualan mobil bekas.
Managing Director di Sequoia India Abheek Anand mengatakan, Indonesia punya pasar mobil bekas yang besar. Pihaknya melihat Moladin punya kemampuan untuk berinovasi di industri mobil bekas.
Dua pekan lalu, perusahaan rintisan akuakultur atau budidaya perikanan, eFishery, memperoleh pendanaan seri c senilai 90 juta dollar AS dari sejumlah investor. Pendanaan ini akan digunakan untuk ekspansi bisnis memperbanyak jumlah pembudidaya ikan yang tergabung dalam ekosistem digital eFishery.
Suntikan modal kepada eFishery itu dipimpin oleh Temasek, SoftBank Vision Fund 2, dan Sequoia Capital India. Selain itu juga terdapat investor lainnya yakni Northstar Group, Go-Ventures, Aqua-Spark, dan Wavemaker Partners.
Chief Executive Officer (CEO) eFishery Gibran Huzaifah saat jumpa dengan media di Jakarta, Rabu (12/1/2022) menjelaskan pendanaan itu akan digunakan untuk meningkatkan layanan platform itu. Dengan begitu, eFishery bisa berekspansi menambah jumlah pembudidaya ikan yang tergabung dalam ekosistem tersebut. Ia mengatakan, saat ini sudah ada 30 ribu pembudidaya ikan dengan 100 ribu kolam budidaya ikan di 24 provinsi yang bergabung dalam ekosistem eFishery.
Suntikan dana tambahan dari investor itu akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnis mereka sebesar 3-3,5 kali lipat pada 2022. Adapun jumlah pembudidaya ikan di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 3,5 juta orang.
Investment Director Softbank Investment Advisers Anna Lo menjelaskan, eFishery punya potensi besar dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk Indonesia. “Dengan konsep digital, eFishery bisa meningkatkan produktivitas di seluruh rantai pasok, mulai dari teknologi, pasokan pangan, budidaya hingga penjualan produk segar hasil panen. Ini mendorong peningkatan produk pangan hasil perikanan sehingga bisa terus berkelanjutan,” ujar Anna.
Co-Founder & Co-Managing Partner at Northstar Group Sidharta Prawira Oetama menjelaskan, pihaknya sepakat untuk memberikan pendanaan kepada eFishery karena melihat potensi yang besar dari sektor budidaya perikanan. Selain itu, mereka dinilai bisa memberikan solusi untuk potensi permasalahan pangan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Sementara itu, perusahaan modal ventura anak usaha Bank Mandiri, Mandiri Capital Indonesia, mendanai tujuh perusahaan rintisan selama 2021. Mereka berasal dari sektor e-dagang, teknologi finansial, dan perusahaan penyedia layanan perangkat lunak. Tahun ini pihaknya akan fokus memberi pendanaan ke sektor teknologi finansial.
Perusahaan rintisan yang didanai Mandiri Capital Indonesia tahun lalu adalah perusahaan penyedia jasa perangkat lunak Mekari, perusahaan e-dagang Bukalapak, perusahaan penyedia jasa perangkat lunak Ayoconnect, perusahaan tekfin pinjaman Amartha, perusahaan e-dagang iSeller, perusahaan tekfin pinjaman Crowde, dan perusahaan penyedia jasa tanda tangan digital PrivyID.
Tak hanya memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan, menjelang akhir 2021 lalu, Mandiri Capital Indonesia termasuk satu dari lima perusahaan modal ventura BUMN yang menyuntikkan investasi dalam Merah Putih Fund (MPF). Perusahaan modal ventura BUMN lainnya yakni MDI Ventures (anak usaha Telkom), Telkomsel Mitra Inovasi, BRI Ventures, dan BNI Ventures.
MPF merupakan inisiatif dari Kementerian BUMN sebagai dana kelolaan yang mendukung akselerasi startup lokal yang berpotensi menjadi unicorn (perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS) melalui kolaborasi bisnis dan modal. Adapun target penutupan investasi pertama sebesar lebih dari Rp4 triliun.
Melimpah
Managing Partner Jungle Venture David Gowdey mengatakan, saat ini adalah momen yang sangat tepat bagi perusahaan rintisan untuk terus bertumbuh. Ini dikarenakan makin meningkatnya perhatian pada perusahaan rintisan yang ditandai dengan melimpahnya pendanaan yang bisa diakses.
“Lima tahun lalu kondisinya belum seperti ini. Tetapi sekarang ekosistemnya sudah tumbuh luar biasa,” ujar David.
Ia menjelaskan, hal ini ditopang makin besarnya jumlah penduduk Indonesia yang bisa mengakses internet. Ditopang jumlah penduduk yang besar, membuat pasar domestik Indonesia saja sangat potensial. Selain itu, iklim berusaha dan perhatian pemerintah untuk pengembangan industri usaha rintisan kian besar dan kondusif. “Jika saya pengusaha yang ingin membuka usaha, maka negara pertama tuju adalah Indonesia,” ujar David.