Ekonomi Membaik, Sektor Keuangan Diperkirakan Ikut Terakselerasi
Seiring dengan target pertumbuhan ekonomi tahun ini, OJK juga memproyeksikan pertumbuhan di tiap sektor industri jasa keuangan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan menargetkan pertumbuhan di setiap sektor, mulai dari bank, asuransi, perusahaan pembiayaan, pasar modal, hingga perusahaan inovasi keuangan digital. Ini didasarkan pada prediksi pertumbuhan ekonomi nasional oleh pemerintah yang akan mencapai 5,2 persen tahun ini. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan turut mengakselerasi sektor keuangan.
Dalam sambutannya pada acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2022 dan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia, Kamis (20/1/2022), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya memproyeksikan terjadi pertumbuhan di sejumlah sektor jasa keuangan.
”Dengan target pertumbuhan ekonomi nasional yang akan tumbuh 5,2 persen tahun ini, kami pun menetapkan sejumlah proyeksi pertumbuhan sejumlah sektor industri jasa keuangan akan ikut terakselerasi,” kata Wimboh.
Dari sektor perbankan, Wimboh memproyeksikan pertumbuhan penyaluran kredit 2022 sekitar 7,5 persen dengan plus minus 1 persen. Target pertumbuhan ini sedikit berbeda dengan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI), yakni 6-8 persen. Selain itu, target tersebut lebih tinggi dari capaian penyaluran kredit 2021 yang sebesar 5,2 persen.
”Pada 2021 merebak varian Delta pada pertengahan tahun. Namun, rupanya sampai akhir tahun penyaluran kredit masih bertumbuh 5,2 persen. Tahun ini, dengan prediksi pertumbuhan ekonomi makin membaik, maka kami optimistis pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 7,5 persen,” ujar Wimboh.
Selain itu, OJK juga menetapkan target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank pada 2022 sebesar 10 persen dengan plus minus 1 persen. Target pertumbuhan ini sedikit berbeda dengan yang ditetapkan BI di kisaran 7-9 persen. Angka target pertumbuhan DPK OJK ini lebih kecil daripada realisasi tahun 2021 sebesar 12,21 persen.
Dari sektor industri keuangan nonbank, OJK juga menetapkan proyeksi pertumbuhan mulai dari industri perusahaan pembiayaan, industri asuransi jiwa, industri asuransi umum, hingga dana pensiun. Piutang pembiayaan ditargetkan bertumbuh 12 persen dengan plus minus 1 persen. Adapun aset industri asuransi jiwa dan industri asuransi umum masing-masing tumbuh 4,66 persen dan 3,14 persen. Aset dana pensiun tahun ini juga diproyeksikan tumbuh 6,47 persen.
Target pertumbuhan ini didasarkan atas berbagai capaian indikator positif industri jasa keuangan pada 2021. Profil risiko perbankan terjaga dengan tingkat kredit berkinerja buruk (nonperforming loan/NPL)2021 pada level 3 persen, membaik dibandingkan 2020 yang sebesar 3,22 persen. Ini di bawah ambang batas maksimal 5 persen.
Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada 2021 mencapai 25,67 persen, berada jauh di atas ambang minimal 8 persen. Adapun rasio solvabilitas (risk based capital/RBC) di industri asuransi jiwa berada pada level 539,8 persen dan industri asuransi umum berada pada level 327,3 persen. Ini jauh di atas ambang batas minimal sebesar 120 persen.
”Stabilitas industri keuangan terjaga,” ucap Wimboh.
Pada sektor inovasi keuangan digital, jumlah peminjam industri teknologi finansial pinjaman antarpihak (peer to peer lending) tahun 2021 mencapai 29,69 juta orang atau tumbuh 68,15 persen secara tahunan. Selain itu, terjadi pertumbuhan pemodal dari layanan dana urunan digital (securities crowdfunding) mencapai 93.733 pemodal dengan nilai pendanaan Rp 413 miliar sejak diluncurkan pada 2021.
Dalam acara yang sama, Presiden Joko Widodo mengakui, tahun 2021 adalah tahun yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas. Namun, penyebaran kasus Covid-19 yang makin terkendali di paruh terakhir tahun lalu menjadi modal untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi tahun ini.
”Saat ini kita ada dalam fase pemulihan ekonomi,” kata Presiden Jokowi.
Pada kesempatan itu, Presiden meminta industri jasa keuangan terus memberikan dukungan dan keberpihakan pendanaan pada sektor riil, khususnya UMKM. Ia meminta perbankan untuk mempermudah dan memperlancar penyaluran kredit kepada sektor UMKM.
”Sektor ini adalah salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Saat ini porsi kredit UMKM industri perbankan baru di kisaran 20 persen dari total kredit. Saya ingin ini ditingkatkan jadi 30 persen pada 2024,” ujar Presiden Jokowi.
Tantangan
Meski optimistis bahwa perekonomian dan industri jasa keuangan akan bertumbuh, Wimboh tetap meminta semua pemangku kepentingan industri jasa keuangan mewaspadai sejumlah tantangan. Varian Omicron sejak November tahun lalu telah menyebar di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Hal ini bisa menghambat aktivitas ekonomi dunia dan Indonesia.
Di sisi lain, negara-negara dunia, khususnya negara maju, justru mulai mempercepat normalisasi kebijakan stimulus Covid-19. Hal ini berpotensi menggoyang stabilitas sistem dan jasa keuangan dalam negeri karena berpotensi menciptakan arus modal mengalir ke luar negeri.
Selain itu, Wimboh juga meminta mewaspadai adanya disrupsi rantai pasok global. Ini dikarenakan tidak samanya pasokan dengan permintaan. Disrupsi rantai pasok global ini menyebabkan inflasi di beberapa negara. Importasi barang dari negara yang terkena inflasi bisa turut mengerek inflasi ke dalam negeri Indonesia (imported inflation).
Untuk mengantisipasi hal itu, ia mengajak industri jasa keuangan untuk meningkatkan ketahanan dan likuiditasnya. ”Kami juga mendorong agar sektor keuangan bisa mempercepat pemulihan ekonomi dan menciptakan sumber baru pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.