Menghadirkan Sentuhan Teknologi pada Budidaya Perikanan
Perusahaan rintisan budidaya perikanan eFishery hadir untuk mendisrupsi industri ini dengan menawarkan solusi melalui ekosistem digital. Fitur layanan menjawab permasalahan pakan ikan, pasar, pendanaan, dan teknologi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·6 menit baca
Masih sederhananya penggunaan peralatan dan teknologi sering kali menjadi hambatan bagi pembudidaya ikan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Padahal, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dari bidang perikanan dan juga berkemampuan untuk memasok kebutuhan pangan dunia. Berangkat dari permasalahan itulah perusahaan rintisan eFishery mencoba menawarkan solusi dengan mengajak pembudidaya ikan masuk dalam ekosistem digital.
”Indonesia adalah negara maritim besar yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Kita punya potensi yang sangat besar di bidang perikanan dan penyumbang pangan dunia. Namun, kebanyakan pembudidaya ikan kita belum berdaya saing karena berbagai permasalahan,” ujar Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) eFishery Gibran Huzaifah saat jumpa dengan media di Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Ia mengatakan, salah satu permasalahan utama petani ikan ialah masalah pakan ikan. Ongkos terbesar petani ikan ialah pada penyediaan pangan yang bisa mencapai 80 persen dari total ongkos. Hal itu jelas sangat membebani petani ikan.
Pemberian pangan itu pun belum tentu efektif menghasilkan panen ikan yang optimal. Sebab, masih banyak petani yang belum mempunyai pemahaman tentang bagaimana memberikan pangan yang tepat dan efektif untuk ikan.
Belum lagi apabila ikan terserang penyakit sehingga mati. Sudah pasti petani ikan akan merugi.
Pengalaman berbudidaya ikan pernah dienyam Gibran sendiri saat kuliah. Kala itu, dia memiliki kolam lele untuk membantu ekonomi keluarga. Karena berkuliah di jurusan Biologi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Gibran juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan banyak petani ikan.
”Waktu itu, saya bertanya kepada mereka, kalau saya bisa bikin mesin pemberi makan ikan otomatis yang terjadwal, kalian mau beli tidak? Mereka jawab mau saja. Saya jadi terdorong untuk menciptakan itu,” ujar Gibran.
Inovasi
Dengan aspirasi dan pengalaman itulah Gibran mulai mendirikan eFishery pada 2013. Kini, eFishery memiliki mesin pemberi pakan ikan bernama eFeeder. Mesin itu bisa dikendalikan dari ponsel pintar pengguna serta terhubung ke sensor yang dapat mendeteksi nafsu makan dari ikan yang dibudidaya. Petani tidak perlu lagi secara langsung berbasah-basahan ke kolam untuk memberi makan ikan.
Selain itu, mengingat luasan kolam budidaya ikan itu sangat besar, ada juga petani ikan yang malas untuk menjangkau keseluruhan kolam saat memberi makan. Akhirnya, tidak semua ikan mendapatkan pangan yang optimal. Kendala itu bisa teratasi dengan mesin ini.
Melalui kehadiran mesin eFeeder, petani ikan bisa memberi pakan sesuai porsi dan terjadwal. Dengan demikian, ikan memperoleh asupan yang tepat sehingga mendorong panen ikan yang optimal. Semua itu tercatat dalam data sehingga bisa dijadikan evaluasi bagi petani ikan.
”Sebelumnya banyak petani ikan yang memberi makan ikannya secara tidak teratur dan konsisten, baik secara waktu maupun porsinya. Kami coba tawarkan solusi untuk permasalahan itu,” ujar Gibran.
Petani bisa menyewa mesin itu dengan biaya berlangganan kepada eFishery Rp 150.000 per bulan untuk mesin eFeeder pakan ikan. Mereka juga menawarkan mesin eFeeder untuk pakan udang dengan biaya berlangganan Rp 350.000 per bulan.
”Ini yang menjadi arus pendapatan bisnis kami,” ujar Gibran.
Tak hanya menawarkan mesin pemberi pakan ikan otomatis, eFishery juga menjual berbagai macam jenis pakan ikan secara daring. eFishery bermitra dengan ratusan penjual pakan ternak di seluruh Indonesia.
Selain permasalahan pemberian pangan, Gibran menjelaskan, eFishery juga menawarkan solusi permasalahan budidaya ikan baik di bidang pembiayaan, pasar, maupun teknologi.
Di bidang pembiayaan, eFishery menawarkan pendanaan kepada pembudidaya ikan dengan konsep bayar nanti (paylater) bernama Kabayan yang merupakan singkatan dari kasih, bayar nanti. Dalam pendanaan ini, mereka bekerja sama dengan Bank Jago dan Bank BRI Agro/Bank Raya. Program ini terdiri atas dua jenis, yakni Kabayan Reguler dan Kabayan Kilat.
Untuk program Kabayan Reguler, pihaknya memberikan pinjaman mulai dari Rp 20 juta sampai dengan Rp 2 miliar dengan masa pinjaman sampai dengan 6 bulan. Penyetujuannya hanya satu bulan.
Sementara untuk program Kabayan Kilat, pihaknya bisa menyetujui pendanaan hanya dalam waktu 2-3 hari. Pinjaman mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 20 juta dengan masa pinjaman sampai dengan 3 bulan.
Inovasi yang ditawarkan eFishery di bidang pasar ialah menjembatani petani ikan dengan pedagang dan pembeli ikan secara langsung melalui program Lapak Ikan. Dengan demikian, petani ikan tidak perlu khawatir hasil panennya tidak terjual.
Adapun inovasi di bidang teknologi, selain membantu petani dengan mesin pakan otomatis eFeeder, eFishery juga mengajarkan petani untuk mengatasi ketertinggalan dengan masuk ke dalam ekosistem digital. Melalui aplikasi eFishery, petani bisa mengakses berbagai layanan yang ditawarkan eFishery.
Agar petani mau belajar menggunakan aplikasi teknologi, Gibran menawarkan berbagai video tutorial. Video itu beragam, mulai dari bagaimana melakukan budidaya ikan yang benar, tips untuk meningkatkan omzet panen, hingga tips mengantisipasi penyakit pada ikan.
”Dengan berbagai fitur layanannya, pada dasarnya eFishery ini koperasi ikan, tetapi dalam bentuk platformdigital,” ujar Gibran.
Gibran menjelaskan, tidaklah mudah membawa petani itu masuk dalam ekosistem digital yang ditawarkan eFishery. Pada tahap awal, mereka melakukan pendekatan per komunitas petani ikan. Mereka mulai membawa petani ke ekosistem digital dengan cara membuatkan akun Whatsapp, Facebook, dan surat elektronik (e-mail) sembari menawarkan solusi pakan ikan. Setelah mulai akrab dengan hal-hal berbau digital, barulah mereka masuk dalam aplikasi digital eFishery.
”Saat ini, para petani ini (kemajuannya) malah pesat sekali. Ada yang hobi belanja online sampai jadi vlogger dan youtuber. Tidak disangka,” ujar Gibran sambil terkekeh.
Windu Pamuji, petani ikan dari Banyumas, Jawa Timur, merasakan manfaat dari inovasi eFishery. Dia tidak perlu lagi repot-repot ke pasar untuk menjual ikan, pergi ke bank atau tengkulak untuk mencari pendanaan, ataupun pergi ke toko untuk membeli pakan. ”Semua cukup tinggal klik di hape. Semua sudah langsung diantar ke kolam saya,” ujar Windu.
Hal senada dikemukakan Jajang Jaenudin, petani udang di Subang, Jawa Barat. Ia mengatakan, dengan mengikuti program penanganan penyakit (disease prevention system/DPS) dari eFishery, udangnya jadi bergerak lebih lincah dan nafsu makannya bertambah. ”Panen bagus, saya jadi melek teknologi,” ujar Jajang.
Jajang dan Windu merupakan bagian dari 30.000 pembudidaya ikan dengan 100.000 kolam budidaya ikan di 24 provinsi yang bergabung dalam ekosistem eFishery. Adapun jumlah pembudidaya ikan di Indonesia itu diperkirakan 3,5 juta orang.
”Jika sepertiga jumlahnya atau sekitar 1 juta pembudidaya ikan tergabung di eFishery saja, itu sudah luar biasa sekali. Itu target kami di tahun-tahun mendatang,” ujar Gibran.
Gibran bermimpi, sektor perikanan bisa membantu pengentasan kelaparan tak hanya di Indonesia, tetapi juga memasok pangan ke seluruh dunia. ”Kebutuhan pangan akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk Indonesia dan dunia. Kami mencoba memberikan solusi permasalahan ini,” ujar Gibran.