150 Kontainer Sabun UMKM Rambah Pasar Afrika dan Timur Tengah
Sebanyak 150 kontainer produk sabun olahan usaha kecil dan menengah merambah pasar enam negara di Afrika dan Timur Tengah. Produk ini mengandung bahan baku seperti kelapa sawit dan buah pala dari petani.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 150 kontainer produk sabun olahan usaha mikro, kecil, dan menengah merambah pasar enam negara di Afrika dan Timur Tengah. Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM bisa mencapai 17 persen di 2024.
Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman, dalam peluncuran ekspor 150 kontainer sabun kolaborasi PT Restu Graha Dana, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dan Komunitas UMKM Naik Kelas, Jakarta, Sabtu (15/1/2022), mengatakan, ”Ini adalah salah satu prioritas kita agar UMKM masuk pasar global.”
Hanung mengatakan, pemerintah ingin meningkatkan kontribusi ekspor UMKM mencapai 17 persen pada tahun 2024. Saat ini, kontribusi ekspor UMKM baru 15,6 persen. Untuk memastikan target peningkatan kontribusi ekspor tersebut, pelaku UMKM nasional membutuhkan biaya logistik yang lebih murah dan pengurusan administrasi ekspor yang lebih cepat.
Menurut Hanung, kelangkaan kontainer masih menjadi permasalahan utama untuk UMKM. Akibatnya, biaya pengangkutan mahal. Kenaikan biaya pengangkutan bisa mencapai 300 persen dan risiko kerusakan produk ekspor masih sangat tinggi lantaran lamanya penyimpanan produk.
Selain kelangkaan kontainer, kendala lain yang dihadapi UMKM adalah pemetaan permintaan domestik atau tidak adanya market intelligence untuk merespons peluang produk, kapasitas produk, sertifikasi internasional, dan kemudahan pembiayaan ekspor bagi pelaku UMKM.
Hanung menegaskan, kontribusi ekspor Indonesia masih kalah jauh dibandingkan China yang memiliki kontribusi ekspor UMKM sebesar 68 persen dan indeks kinerja logistik 3,61. Begitu juga dibandingkan dengan India yang kontribusi ekspor UMKM-nya mencapai 40 persen dengan indeks kinerja logistik 3,18.
”Hal ini menunjukkan kurang efisiennya waktu dalam pemenuhan dokumen ekspor serta kurangnya dukungan infrastruktur bagi pelaku UMKM Indonesia untuk mengekspor produknya. Semua ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” ujar Hanung.
Dalam membangun ekosistem ekspor yang kondusif bagi UMKM, Kemenkop dan UKM telah menyediakan berbagai program, di antaranya, Smesco Hub Timur untuk mengagregasi produk UMKM dan koperasi wilayah timur Indonesia, baik untuk target pasar di dalam maupun luar negeri.
Selain itu, Kemenkop dan UKM juga menyediakan Smesco Labo untuk memperkaya keterampilan bagi semua pelaku usaha atau industri kecil dan menengah. Di Smesco Labo ini tersedia beberapa fasilitas laboratorium, seperti laboratorium mechanical, fotografi, food, dan kerajinan.
Tersedia juga Rumah Produksi Bersama dalam komoditas produk nilam, rotan, biofarma, kelapa, dan sapi. Angkutan kargo terjadwal dan logistik bersubsidi telah berkolaborasi dengan Garuda Indonesia.
Tak ketinggalan, imbuh Hanung, fasilitas pembiayaan ekspor, sertifikasi internasional, sertifikasi mutu ISO/HACCP, FSSC, BRC, Organik, dan SVLK. Dilengkapi juga satuan tugas pengembangan ekspor. Juga, agenda pameran internasional dalam G-20 ada 150 side event yang bisa dimanfaatkan untuk promosi UMKM, juga MotoGP, Muslim Indonesia Fashion Festival, serta berbagai program lainnya.
Di tempat yang sama, Komisaris PT Restu Graha Dana Dian Prasetyo mengatakan, peluncuran kali ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM dapat ikut berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui ekspor.
”Kita perlu bergandengan tangan untuk berkontribusi pada ekonomi Indonesia,” kata Dian.
Sementara itu, Ketua Umum Komunitas UMKM Naik Kelas Raden Tedy menambahkan, pelepasan ekspor ini menjadi bukti adanya sinergi antara UMKM dan pelaku usaha untuk mengekspor sabun dengan bahan baku dari UMKM di seluruh Indonesia.
”Sabun ini ada yang berbahan baku dari minyak kelapa sawit, buah pala, dan masih banyak lagi. Kami juga akan mengekspor produk UMKM lain ke depannya,” ujar Tedy.