Menikah merupakan komitmen jangka panjang yang butuh persiapan, termasuk soal keuangan. Perencanaan keuangan oleh calon pengantin penting untuk merencanakan masa depan keluarga yang lebih baik. Berikut sejumlah tipsnya.
Oleh
Christiansen Frisilya Br Perangin-angin
·4 menit baca
Memasuki Tahun Baru, tentu kita semua memiliki resolusi dan harapan yang ingin dicapai di tahun ini, menikah salah satunya. Nah, menikah merupakan komitmen jangka panjang yang membutuhkan tanggung jawab dan persiapan yang matang. Salah satunya dari segi perencanaan keuangan.
Perencanaan keuangan oleh calon pengantin bertujuan untuk merencanakan masa depan keluarga yang lebih baik serta menyesuaikan pola keuangan yang dimiliki. Pola keuangan sebelum dan sesudah menikah akan mengalami perubahan, baik dari segi tujuan, jangka waktu, maupun alokasi pendapatan yang dimiliki.
Pembahasan mengenai kondisi keuangan setiap pihak hendaknya dilakukan sebelum menikah, misalnya sumber pendapatan yang sudah ada atau kemungkinan menambah sumber pendapatan lain, pengelolaan keuangan berdasarkan tujuan dan prioritas, tanggung jawab serta utang yang dimiliki. Pembahasan ini penting dilakukan agar setiap pihak memiliki gambaran kondisi keuangan pasangan dan menjadi salah satu pertimbangan tujuan keuangan depan.
Berikut beberapa hal yang perlu dibahas bersama oleh calon pengantin. Pertama, tujuan keuangan keluarga. Tujuan keuangan hendaknya dibicarakan secara terbuka bersama pasangan agar memiliki kesepahaman dan saling mendukung dalam menjalankan kehidupan bersama ke depan.
Kedua, alokasi pendapatan. Jika sudah memiliki tujuan keuangan, langkah selanjutnya alokasikan pendapatan yang dimiliki. Contoh alokasi pendapatan yaitu 10 persen untuk dana sosial, 20 persen untuk diinvestasikan, 30 persen untuk membayar cicilan utang, dan 40 persen digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, mempersiapkan dana darurat dan asuransi sebelum berinvestasi. Sebelum berinvestasi, hendaknya mempersiapkan dana darurat dan asuransi terlebih dahulu.
Dana darurat adalah dana cadangan di luar pos pengeluaran dan tabungan yang dimanfaatkan ketika terjadi kehilangan sumber pemasukan atau sakit. Jumlah dana darurat yaitu sembilan sampai 12 kali dari pengeluaran rutin bulanan jika sudah berkeluarga. Sebagian dari pendapatan dapat disisihkan untuk memenuhi dana darurat.
Asuransi keluarga hendaknya juga dipersiapkan sedini mungkin. Asuransi kesehatan hendaknya dimiliki oleh seluruh anggota keluarga. Khusus untuk tulang punggung keluarga hendaknya juga memiliki asuransi jiwa. Asuransi jiwa diperlukan untuk memastikan keberlangsungan anggota keluarga jika tulang punggung keluarga meninggal. Pemilihan produk asuransi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan bayar yang dimiliki. Setelah memiliki dana darurat dan asuransi, maka dapat memulai berinvestasi.
Keempat, prinsip menyisihkan, bukan menyisakan. Calon pengantin disarankan untuk menabung dan menjaga gaya hidup sesuai kebutuhan agar memiliki aset. Perencanaan keuangan keluarga sebaiknya menggunakan prinsip menyisihkan pendapatan untuk berinvestasi, bukan menyisakan.
Menyisihkan artinya penggunaan dana yang dimiliki sesuai dengan alokasi yang ditetapkan termasuk dana investasi. Adapun menyisakan artinya investasi dilakukan jika terdapat sisa dari pendapatan. Apabila dana habis digunakan untuk kebutuhan lain, maka tidak akan berinvestasi.
Kelima, menetapkan prioritas keinginan versus kebutuhan. Calon pengantin hendaknya mampu untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Apalagi dengan kondisi keuangan yang masih terbatas. Menetapkan skala prioritas akan membantu untuk tercapainya tujuan perencanaan keuangan.
Calon pengantin hendaknya mampu untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Keenam, kenali utang baik dan utang buruk. Memiliki rumah tinggal menjadi impian semua orang, khususnya calon pengantin. Pembelian rumah dengan skema kredit pemilikan rumah (KPR) dapat menjadi pilihan yang diambil.
KPR merupakan bentuk utang baik. Utang baik merupakan utang yang disesuaikan dengan kemampuan bayar sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas hidup.
Selain utang baik, ada utang buruk yang sebaiknya dihindari. Utang buruk adalah utang yang membebani keuangan keluarga yang umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif sesaat.
Ketujuh, mengurangi pengeluaran atau menambah pendapatan. Perencanaan keuangan juga meliputi cara meningkatkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran. Pada prinsipnya, pengeluaran tidak boleh melebihi pendapatan. Pola hidup hemat wajib dilaksanakan untuk menekan pengeluaran. Apabila pengeluaran tidak dapat ditekan lagi, maka mulailah untuk mencari tambahan pendapatan.
Kedelapan, periksa kesehatan keuangan keluarga secara berkala. Pemeriksaan kesehatan keuangan keluarga perlu dilakukan secara rutin. Hal ini dapat diukur dari beberapa rasio. Pertama, rasio likuiditas untuk mengukur ketersediaan aset lancar, yaitu minimal tiga kali pengeluaran bulanan. Kedua, rasio kemampuan menabung untuk mengukur kemampuan menabung yang disisihkan dari penghasilan, yaitu minimal 10 persen penghasilan disisihkan untuk menabung atau berinvestasi.
Ketiga, rasio cicilan untuk mengukur beban membayar cicilan utang bulanan dibandingkan dengan penghasilan per bulan, yaitu maksimal 30 persen dari penghasilan bulanan. Keempat, rasio utang terhadap aset untuk mengukur perbandingan antara total aset dengan total utang, yaitu total utang maksimal 50 persen dari total nilai aset.
Untuk membantu calon pengantin dalam melakukan perencanaan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meluncurkan buku saku Cerdas Mengelola Keuangan bagi Calon Pengantin. Buku saku tersebut dapat diakses melalui laman www.ojk.go.id. Perencanaan keuangan yang baik akan membentuk masa depan yang lebih baik bagi keluarga.