Pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat Terhambat Dana, Pemerintah Gandeng Swasta
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, terkendala dana. Pembangunan pelabuhan sekitar Rp 1 triliun. Skema pembiayaan dengan format baru, yakni pembiayaan kreatif pun dirancang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua dari kiri) memberikan keterangan pers setelah memimpin rapat terkait rencana integrasi angkutan umum di Palembang, Kamis (6/1/2022). Menurut dia, perlu ada inovasi agar minat warga untuk beralih ke angkutan umum meningkat.
PALEMBANG, KOMPAS — Pembangunan Pelabuhan Laut Dalam Tanjung Carat di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, terkendala dana. Skema pembiayaan dengan format baru, yakni pembiayaan kreatif, pun dirancang. Dalam satu hingga dua bulan ke depan diharapkan, permasalahan dana sudah terselesaikan.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Jumat (7/1/2022), mengatakan, pembangunan Pelabuhan Laut Dalam Tanjung Carat terus berjalan. Untuk hal yang krusial dan fundamental, seperti pengadaan lahan, urusan administrasi berupa perubahan revisi rencana tata ruang wilayah, ketersediaan jalan akses, dan syarat kedalaman laut pun sudah terpenuhi.
Diberitakan sebelumnya, total lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur pelabuhan dan sarana penunjangnya sekitar 1.330 hektar. Pemerintah Provinsi Sumsel pun sudah memberikan tanah seluas 160 hektar untuk pembangunan pelabuhan. Lahan pemberian pemprov ini berkurang dari yang sebelumnya 660 hektar lantaran ada perpindahan posisi untuk mengurangi irisan dengan kawasan hutan.
Sementara untuk kedalaman laut untuk sandar kapal 11,7-13 meter. Jarak antara pelabuhan dan titik sandar kapal pun hanya 600 meter. Letaknya lebih dekat dibandingkan dengan Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat, yang jarak antara pelabuhan dan laut terdalam sekitar 3 kilometer.
Namun, permasalahan utama saat ini, ujar Herman, adalah ketersediaan dana. Pembangunan ini tidak lagi bersandar sepenuhnya pada APBN melainkan sudah berubah dengan skema pelibatan swasta, baik nasional maupun internasional, dengan konsep konsorsium.
”Harapannya, skema ini dapat berjalan sehingga pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat dapat terealisasi secepatnya,” ungkap Herman. Menurut rencana, pelabuhan ini akan dibangun di atas lahan seluas 145 hektar dengan menelan biaya investasi sekitar 69 juta dollar AS atau sekitar Rp 1 triliun.
Aktivitas bongkar-muat di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/8/2021). Jika dibandingkan dengan 17 pintu ekspor di provinsi lain, capaian ekspor di Sumsel masih rendah. Hal itu karena kapasitas Pelabuhan Boom Baru yang terbatas dan dangkalnya Sungai Musi.
Menurut dia, perpindahan pelabuhan menjadi faktor yang paling penting saat ini, pasalnya Pelabuhan Boom Baru yang saat ini menjadi pelabuhan utama di Sumsel dinilai sudah melampaui kapasitas. ”Dengan luas lahan hanya 27 hektar dan kedalaman sungai yang kian dangkal tentu kapasitas tidak bisa ditingkatkan lagi. Apalagi pelabuhan tersebut ada di tengah kota,” kata Herman.
Harapannya skema ini dapat berjalan sehingga pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat dapat terealisasi secepatnya. (Herman Deru)
Hal ini tentu dapat menghambat potensi pertumbuhan ekonomi Sumsel yang kian berkembang. Herman mencontohkan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Sumsel yang per tahun mencapai 6,5 juta ton per tahun, belum lagi sejumlah komoditas unggulan lainnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang Hafni Zahara mengatakan keberadaan Pelabuhan Tanjung Carat merupakan salah satu solusi untuk mendongkrak ekspor Sumsel. Selama ini banyak komoditas unggulan asal Sumsel yang harus dikirim lewat daerah lain lantaran Sumsel tidak memiliki pelabuhan yang memadai.
Dia mencontohkan, untuk pengiriman komoditas kopi misalnya, pengiriman didominasi ke Pelabuhan Panjang Lampung. ”Hal ini tentu akan akan merugikan Sumsel karena hasil komoditas dari wilayahnya sementara pendapatan didapat oleh daerah lain,” katanya.
Selain itu, keberadaan Pelabuhan Tanjung Carat ini juga akan mendongkrak capaian ekspor komoditas pertanian asal Sumsel yang pada tahun 2024 akan ditingkatkan menjadi tiga kali lipat dibanding tahun 2020. Berdasarkan data sepanjang tahun 2021, komoditas ekspor asal Sumsel mencapai 1.476.021 ton atau meningkat 169 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 548.199 ton.
Nilai ekspornya juga mencapai Rp 9,8 triliun atau meningkat 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 6,5 triliun. ”Ekspor menggeliat seiring dengan melandainya pandemi,” kata Hafni.
Gubernur Sumsel Herman Deru memantau kawasan Tanjung Carat yang akan menjadi Pelabuhan Laut Dalam, Sabtu (13/2/2021). Pembangunan pelabuhan ini diharapkan dapat meningkatkan geliat ekspor-impor komoditas unggulan di Sumsel.
Gandeng swasta
Dalam kunjungannya ke Palembang, Kamis (6/1/2022), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, Pelabuhan Tanjung Carat merupakan infrastruktur transportasi yang penting bagi Sumsel. ”Pelabuhan ini akan menjadi urat nadi pergerakan ekonomi Sumsel,” katanya.
Budi mengakui, perkembangan di tingkat pusat tidak maksimal sehingga pembangunan pelabuhan tidak bersandar pada APBN melainkan harus mencari skema baru dan Budi pun menawarkan konsep creative financing (pembiayaan kreatif).
Dengan konsep ini, pembiayaan yang tidak melulu dari APBN, seperti melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Dengan lahan yang sudah diberikan pemprov seluas 160 hektar, selanjutnya akan dikelola oleh BUMD.
Pelabuhan ini akan menjadi urat nadi pergerakan ekonomi Sumsel. (Budi Karya Sumadi)
Dengan creative financing, ini akan dibuat melalui BUMD diberi keleluasaan untuk mencari dana selain dari pemerintah. ”Saya sudah mendapat formatnya. Saya harap, pada dua bulan ke depan sudah mendapat format lengkapnya,” kata Budi.
Nantinya BUMD tersebut bisa bekerja sama dengan swasta untuk mencari investor dari dalam dan luar negeri. ”Sudah ada beberapa investor yang tertarik,” kata Budi. Hanya dalam prosesnya tentu harus diawasi bersama.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Seorang buruh angkut tengah menaikkan buah sawit segar dari perahu ke atas bak pikap di tepi Jalan Tangjung Apiapi, Desa Sukadamai, Kecamatan Tanjunglago, Kabupaten Banyuasin, Kalimantan Selatan, Senin (16/2/2016), untuk selanjutnya dibawa ke pabrik pengolahan sawit. Saat ini harga sawit dari petani di Sumsel masih cukup rendah, hanya berkisar Rp 900 per kilogram untuk jenis sawit lokal. Petani pun berharap harga sawit bisa membaik.
Jika konsep ini berhasil, akan ditularkan kepada daerah lain untuk menerapkan konsep pengembangan dana swasta pada pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia. ”Pelabuhan Tanjung Carat ini diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan perekonomian di Sumsel,” katanya.