Selisih Harga Minyak Goreng dalam Operasi Pasar di Jatim Rp 8.000 Per Liter
Untuk mengendalikan fluktuasi harga minyak goreng dan menjaga daya beli masyarakat, Pemprov Jatim gelar operasi pasar minyak goreng. Warga antusias menyambut kegiatan ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jatim menggelar operasi pasar untuk mengendalikan lonjakan harga minyak goreng. Selisih harga yang ditawarkan mencapai Rp 8.000 per liter dibandingkan harga pasar.
Sejak 14 Desember 2021, 75.312 liter minyak goreng didistribusikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim ke seluruh kabupaten/kota. Harga jualnya Rp 14.000 per liter atau di bawah harga pasar Rp 20.000 per liter.
Pada awal 2022, pasokannya ditambah 2.000 liter minyak goreng. Dari alokasi itu, 1.200 liter diberikan kepada Pemkab Sidoarjo dan 800 liter lainnya untuk Surabaya. Harga jual minyak hanya Rp 12.000 per liter.
Salah satu operasi pasar minyak goreng itu digelar di halaman sekolah Taman Kanak-kanak Al Ahmad, Desa Magersari, Kabupaten Sidoarjo, Kamis (6/1/2022). Warga antusias dengan kegiatan ini. Mereka mengantre hingga menunggu lebih dari tiga jam untuk membeli minyak goreng.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kenaikan harga minyak goreng telah berlangsung sekitar dua bulan belakangan. Kenaikannya dipengaruhi harga crude palm oil (CPO) dunia yang naik menjadi 1.340 dollar AS per metrik ton.
Menurut mantan Menteri Sosial RI ini, setiap pembeli wajib membawa kartu identitas sebagai syarat pembelian. Setiap orang hanya bisa membeli paling banyak dua kantong minyak kemasan 1 liter.
Ke depan, dia berharap ada program intervensi stabilisasi harga minyak goreng dari pemerintah pusat. Harganya maksimal Rp 14.000 per liter sehingga bisa terjangkau dan meringankan beban masyarakat.
”Saat ini, kita masih menunggu pasokan pemerintah pusat. Harapannya, minggu depan minyak goreng subsidi sudah bisa diakses masyarakat,” kata Khofifah.
Ketua Pengurus Pusat Muslimat NU ini menambahkan, kenaikan harga minyak goreng turut meningkatkan inflasi di Jatim. Kenaikannya bersamaan dengan tingginya harga cabai rawit dan telur pada November dan Desember 2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim per 3 Januari 2022, Jatim mencatatkan tingkat inflasi 2,45 persen. Angka itu ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 sebesar 1,44 persen dan pada 2019 sebesar 2,12 persen. Jatim juga mengalami kenaikan inflasi, dari 106,52 persen pada November 2021 menjadi 107,26 persen pada Desember 2021.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Drajat Irawan mengatakan, belum menerima informasi detail mengenai subsidi minyak goreng dari pemerintah pusat. Harapannya, program itu segera direalisasikan.
Juwariyah (40), warga Sidoarjo, bersyukur dengan operasi pasar. Selisih harga minyak goreng mencapai Rp 8.000 per liter ketimbang harga pasar. Selisih itu sangat berharga baginya karena bisa digunakan untuk belanja kebutuhan lain.
Menurut Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdor Ali, selain membantu rumah tangga, operasi pasar minyak goreng juga membantu pedagang kecil. Kini, ada lebih dari 200.000 unit usaha mikro, kecil, dan menengah di Sidoarjo. Salah satu sektor usaha yang terdampak kenaikan harga minyak goreng ialah pembuatan kerupuk.