Kontribusi Komoditas Pertanian di Sumsel Masih Rendah
Kontribusi ekspor komoditas pertanian di Sumsel masih minim jika dibandingkan komoditas lain. Edukasi kepada petani terkait standar ekspor perlu digencarkan. Karena itu, sinergitas antar-instansi sangat diperlukan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kontribusi ekspor komoditas pertanian di Sumatera Selatan masih minim jika dibandingkan dengan komoditas lain. Edukasi kepada petani terkait dengan standar ekspor perlu digencarkan. Karena itu, sinergitas antarinstansi sangat diperlukan untuk mencapai visi tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan Zulkipli, Senin (3/1/2022), mengatakan, nilai ekspor di Sumsel pada November 2021 tercatat mencapai 547,17 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, kontribusi komoditas pertanian hanya sekitar 1,09 persen dengan nilai 7,41 juta dollar AS.
Adapun sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai 65,01 persen atau sekitar 307,27 juta dollar AS, disusul pertambangan dengan kontribusi 32,09 persen dengan nilai 232,50 juta dollar AS.
Meskipun kontribusi produk pertanian masih minim terhadap total keseluruhan ekspor Sumsel, sudah ada tren peningkatan ekspor jika dibandingkan dengan ekspor tahun lalu. Secara year to year, ada peningkatan 1,93 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan per Januari-November 2021 terhadap Januari-November 2020, ekspor komoditas pertanian meningkat 24,95 persen. Komoditas yang nilai ekspornya paling melonjak signifikan adalah kelapa dan lada hitam.
Zulkipli mengakui memang karet, bubur kertas, dan batubara masih menjadi penyumbang ekspor terbesar di Sumsel. Namun, upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor produk pertanian hingga tiga kali lipat sampai 2024 harus diapresiasi dan didukung.
Menurut dia, potensi sumber daya alam yang dimiliki cukup besar. ”Sumsel memiliki kopi, teh, dan lada hitam yang potensial untuk terus dikembangkan. Tentu butuh sinergitas dari semua instansi terkait,” katanya.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang Hafni Zahara mengungkapkan, ada beberapa faktor yang membuat komoditas pertanian di Sumsel masih rendah. Salah satunya adalah banyak produk pertanian asal Sumsel yang tercatat sebagai produk daerah lain. Penyebabnya hanya satu, Sumsel belum memiliki pelabuhan laut dalam.
Dia mencontohkan kopi yang selama ini tercatat diekspor melalui Pelabuhan Panjang Lampung. ”Palembang juga ekspor kopi, tapi hanya sampelnya,” katanya.
Karena itu, penting bagi Sumatera Selatan untuk segera mewujudkan pelabuhan laut dalam seperti yang direncanakan, yakni Pelabuhan Tanjung Carat. Dengan begitu, produk pertanian di Sumsel juga diekspor dari Sumsel.
Ekspor komoditas pertanian tahun depan akan dilakukan pada Maret, Agustus, dan Desember 2022. (Hafni Zahara)
Di sisi lain, dirinya juga berharap pemda dapat mendukung masyarakat untuk menciptakan produk komoditas pertanian baru. Seperti yang dibuat oleh pemda Ogan Ilir yang menginisiasi warganya membuat maggot dan sekarang sudah bisa diekspor.
Sebenarnya, ujar Hafni, setelah pandemi melandai, perekonomian daerah kian menggeliat. Hal itu ikut mendongkrak peningkatan nilai dan volume komoditas ekspor. Sepanjang tahun 2021, komoditas ekspor asal Sumsel mencapai 1.476.021 ton atau meningkat 169 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 548.199 ton. Nilai ekspornya juga mencapai Rp 9,8 triliun atau meningkat 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 6,5 triliun.
Peningkatan ini, lanjut Hafni, seiring dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan jumlah ekspor di setiap pintu masuk ekspor di Indonesia, termasuk Sumsel. ”Ekspor komoditas pertanian tahun depan akan dilakukan pada Maret, Agustus, dan Desember 2022,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru berharap pelaku ekspor memberikan edukasi kepada petani mitranya untuk mengekspor produk yang beragam, termasuk produk turunannya. Dia mencontohkan, tanaman kelapa seharusnya bisa digunakan mulai dari buah, kopra, batok, sabut, daun, hingga batang. Saat ini, masih banyak yang menjual hanya dalam bentuk kelapa bulat.
Atau mungkin Sumsel bisa menjadi daerah pengekspor beras. Hanya saja memang butuh ada kekompakan sehingga produk yang dihasilkan seragam dan berkualitas ekspor. Karena itu, edukasi terkait pengembangan produk ekspor juga diemban oleh semua pihak. Bahkan, penyuluh pertanian pun memiliki kewajiban itu.
Tujuannya agar petani bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan standar ekspor. Jangan ada rasa ego-sektoral. Semua harus memiliki visi yang sama, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ”Karena ketika ekspor pertanian terus berkembang pasti akan berpengaruh pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat,” ungkap Herman.