Hortikultura Sumbang Peningkatan NTP, Perbaikan Tata Kelola Masih Dinanti
Peningkatan nilai tukar petani pada Desember 2021 ditopang oleh kenaikan indeks pada semua subsektor. Nilai tertinggi ada di subsektor hortikultura yang naik 6,38 persen. Ke depan, kenaikan NTP diharapkan tak musiman.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Pembeli memilih cabai busuk di Pasar Pagi, Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (12/3/2021). Sejak harga cabai rawit merah naik dari Rp 70.000 per kilogram menjadi Rp 110.000 per kilogram, cabai busuk semakin banyak dicari. Pembeli biasanya mencampurkan cabai busuk seharga Rp 50.000 per kilogram itu dengan cabai segar untuk kemudian diolah menjadi bumbu masakan.
JAKARTA, KOMPAS — Hortikultura menjadi subsektor utama yang menopang peningkatan nilai tukar petani atau NTP secara bulanan pada Desember 2021. Namun, peningkatan itu masih terjadi secara musiman atau pada waktu tertentu. Perbaikan tata kelola produksi, distribusi, hingga penyerapan hasil petani diharapkan lebih baik.
Peningkatan NTP disampaikan dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang digelar secara daring di Jakarta, Senin (3/1/2021). NTP Desember 2021 tercatat 108,34 atau naik 1,08 persen dibandingkan dengan November 2021. Komponen pembentuknya adalah indeks harga yang diterima petani 118,23 dan indeks harga yang dibayarkan petani 109,12.
NTP merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan untuk melihat kesejahteraan petani. Apabila NTP lebih dari 100, berarti indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang dibayarkan oleh petani.
Peningkatan NTP pada Desember 2021 ditopang oleh kenaikan secara bulanan pada semua subsektor. Kenaikan tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura, yakni dengan kenaikan 6,38 persen menjadi 102,70, lalu disusul subsektor tanaman perkebunan rakyat (naik 0,91 persen), perikanan (0,76 persen), tanaman pangan (0,40 persen), dan peternakan (0,20 persen).
”Kalau kita lihat, penyumbangnya karena ada kenaikan harga cabai rawit, bawang merah, cabai merah, bawang daun, wortel, sawi hijau, terong, petai, tomat, dan mentimun. Itu yang menyebabkan kenaikan 6,38 persen,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono.
Yanto (46), salah seorang petani asal Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, saat dihubungi, menuturkan, beberapa waktu terakhir, harga cabai sudah kembali pulih. Cabai rawit merah, misalnya, berkisar Rp 70.000-Rp 80.000 per kilogram (kg), sedangkan harga cabai merah keriting sekitar Rp 30.000 per kg.
Kondisi itu melegakan karena pada September 2021 harga cabai sempat anjlok. ”Saat itu cabai rawit merah sekitar Rp 8.000 per kg sampai Rp 10.000 per kg. Kalau cabai merah keriting sekitar Rp 5.000 per kg. Kami harap ke depan bisa stabil. Kami tahu, (saat) panen raya (harga) pasti turun, tetapi minimal Rp 20.000-Rp 25.000 per kg. Di bawah itu, petani rugi,” katanya.
Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional Anton Muslim Arbi mengemukakan, kenaikan harga tanaman hortikultura pada akhir tahun memang dinikmati petani meski di sisi lain artinya terjadi inflasi. Namun, seperti yang selama ini hal tersebut hanya terjadi musiman. Beberapa bulan lalu, misalnya, saat harga cabai anjlok di beberapa daerah.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petani memanen cabai rawit di lahan pertanian yang terkena dampak hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi di Desa Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (11/8/2021). Abu vulkanik yang mengenai tanaman cabai serta berlangsungnya PPKM menjadi beberapa penyebab harga jual hasil panen cabai turun.
”Kami harapkan peningkatan NTP bukan karena musim, melainkan karena manajemen yang baik. Bagaimanapun, semua kan dipengaruhi produksi, distribusi, dan pasar. Pemerintah perlu memperhatikan lebih serius sehingga semua berjalan baik. Ada sinergi antar-kementerian dan instansi lain. Itu yang hingga kini belum kami lihat,” katanya.
Ia juga menyoroti kemandirian dan ketahanan pangan. Saat berbicara tentang kemandirian pangan, akan terkait faktor produksi, tetapi terkait ketahanan pangan, bisa-bisa ditempuh melalui importasi. ”Jadi, kami harap dikoordinasikan betul. Jangan sampai dengan pasar yang begini besar serta instrumen produksi yang juga besar, malah kita lemah, baik dari sisi kemandirian maupun ketahanan pangan,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Hortikultura mengalokasikan pengembangan kawasan aneka cabai seluas 3.339 hektar pada tahun 2021. Itu dalam bentuk kampung cabai yang dilakukan secara bertahap. Hingga Desember 2021, sedikitnya 336 kampung dalam proses registrasi.
Selain itu, penyediaan biaya sewa gudang penyimpanan, bantuan subsidi transportasi angkut produk, dan penyediaan 110 unit pendingin.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Tanaman cabai milik petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (29/8/2021). Saat ini harga cabai, baik rawit, cabai besar, maupun cabai keriting, anjlok.
”(Kami lakukan) upaya perbaikan sistem produksi, pascapanen, distribusi, dan pasar, termasuk koordinasi dengan kementerian/lembaga lain yang menanganinya, seperti Kemenko (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian), Bulog, dan (Kementerian) Perdagangan,” ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri.
Tren
Peningkatan NTP pada Desember 2021 melanjutkan tren positif, yakni cenderung meningkat sejak Juli 2020. Sebelumnya, pada awal pandemi Covid-19, dalam dua bulan beruntun, NTP di bawah 100, yakni 99,47 pada Mei 2020 dan 99,60 pada Juni 2020, yang mengindikasikan tertekannya daya beli dan kesejahteraan petani.
Sementara itu, nilai tukar usaha petani (NTUP) Desember 2021 sebesar 108,52 atau naik 1,40 persen secara bulanan. Subsektor hortikultura memberi andil besar dengan kenaikan 6,96 persen menjadi 103,37. Selanjutnya, pada subsektor perikanan (naik 1,07 persen), tanaman pangan (0,85 persen), perkebunan rakyat (0,79 persen), dan peternakan (0,57 persen).
Pedagang memilah cabai rawit merah yang baru datang dari Prambanan di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Jumat (11/9/2021). Harga cabai rawit merah di pasar induk saat ini anjlok pada kisaran Rp 16.000 per kilogram. Melimpahnya stok cabai pada puncak panen menyebabkan harga turun.
Adapun rata-rata harga gabah kering panen pada Desember 2021 naik 2,64 persen secara bulanan menjadi Rp 4.773 per kg. Sementara rata-rata harga beras di penggilingan naik 1,08 persen, beras grosir naik 0,52 persen, dan beras eceran naik 0,33 persen.
Boga menuturkan, kenaikan NTP dan NTUP Desember 2021 ialah kado istimewa di awal tahun 2022. Hal itu menjadi sinyal positif untuk terkait membaiknya kesejahteraan petani.
”Yang pasti kita harus lebih bekerja keras lagi dalam menjalankan semua program yang ada serta menjalankan kebijakan Menteri (Pertanian Syahrul Yasin Limpo) dalam mewujudkan kesejahteraan petani,” katanya.