Berbagai aksi korporasi bank, seperti akuisisi dan penerbitan saham baru, ramai pada tahun lalu. Namun, situasi itu diperkirakan berlanjut tahun ini, terutama didorong ketentuan soal modal inti minimal Rp 2 triliun.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Bank-bank kecil boleh lega. Mereka meninggalkan tahun 2021 dengan mendapatkan investor baru yang siap mendukung permodalan agar sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun. Berbagai aksi korporasi perbankan, seperti akuisisi dan penerbitan saham baru, ramai pada 2021 dan diperkirakan masih berlanjut pada tahun 2022.
Hingga (22/12/2021), ada 41 aksi korporasi berupa penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) emiten berbagai sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Total dana yang dikumpulkan mencapai Rp 177,66 triliun. Dari jumlah itu, ada 18 right issue yang dilakukan emiten perbankan dengan total dana yang diperoleh mencapai Rp 140,64 triliun atau sekitar 80 persen dari total perolehan right issue.
Pada 2022, OJK menetapkan modal inti minimal Rp 3 triliun. Bank-bank kecil yang sudah diakuisisi oleh bank besar diperkirakan akan membentuk konsolidasi Kelompok Usaha Bank (KUB). Dengan demikian, bank itu tidak perlu menambah modal hingga Rp 3 triliun.
Bank Royal, misalnya, sudah aman karena digandeng BCA dan sedang bersalin rupa menjadi BCA Digital dengan produk Blue. Demikian pula dengan Bank Harda yang ”dicaplok” grup Bank Mega.
Sementara bank-bank yang sebelumnya sudah lega dengan modal inti Rp 2 triliun masih memiliki pekerjaan rumah untuk mendapatkan modal inti Rp 3 triliun pada akhir tahun 2022.
Daftar bank yang bersiap melakukan penawaran umum terbatas untuk menambah modal pada 2022 sudah mulai panjang. Bank Ina Tbk, misalnya, sudah menjadwalkan akan melakukan right issue pada semester kedua tahun 2022. Awal Desember 2021, Bank Ina berhasil mengumpulkan dana segar Rp 1,18 triliun dari right issue.
Sementara itu, PT Bank Neo Commerce Tbk bersiap right issue pada triwulan I-2022. Targetnya pun jelas, yakni Rp 5 triliun. Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan, dana segar itu akan digunakan untuk menopang pertumbuhan bisnis bank. Sepanjang 2021, Bank Neo termasuk rajin melakukan right issue, yakni lima kali.
Sementara PT Bank Ganesha Tbk baru akan right issue untuk pertama kalinya tahun ini. Menurut rencana, Bank Ganesha akan menerbitkan 5,5 miliar saham setara 50 persen modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga pelaksanaan Rp 200 per saham, Bank Ganesha akan mendapatkan dana Rp 1,12 triliun.
Bank lain yang akan menambah modal melalui right issue adalah PT Bank IBK Indonesia Tbk. Bank IBK akan menggelar right issue keempat dengan menerbitkan 10.928.961.749 saham dengan nominal Rp 100 per saham. Adapun harga pelaksanaannya belum ditetapkan.
Tidak hanya bank dengan modal cekak, bank besar pun bersiap menambah modal. Bank BUMN PT Bank BNI (Persero) Tbk dan PT Bank BTN (Persero) Tbk juga bersiap menambah modal.
Akuisisi
Pengambilalihan bank juga masih akan terjadi pada 2022 ini. Mengembangkan layanan bank digital secara anorganik menjadi salah satu pilihan. BNI dikabarkan akan mengakuisisi sebuah bank untuk dikembangkan menjadi bank digital.
Corporate Secretary BNI Mucharom belum mengungkapkan secara pasti mengenai rencana tersebut. Dia hanya mengatakan, saat ini BNI tengah memasuki tahapan untuk mengembangkan kapabilitas digital melalui strategi anorganik.
Keberhasilan dari right issue ini sangat tergantung dari animo para investor. Tidak semua right issue yang dilakukan sepanjang 2021 berhasil atau kelebihan permintaan. Ada pula right issue yang sepi peminat. Selain sektor perbankan, emiten pada sektor lain pun juga memiliki rencana serupa. Tarik-menarik likuditas akan terjadi lagi. Siapa yang memiliki rencana kerja meyakinkan investor, akan membuat investor mau merealisasikan haknya untuk menambah modal.