Tahun 2022 Menjadi Fase Pemulihan Transformatif UMKM
Tahun 2022, fase pemulihan transformatif harus segera dapat dimiliki pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Daya tahan harus semakin kuat kendati masih di masa pandemi Covid-19 ataupun krisis lainnya.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbekal fondasi yang dibangun tahun 2021, fase pemulihan transformatif sepanjang tahun 2022 harus segera dapat dimiliki pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Berbagai terobosan hendaknya tidak sekadar mengembalikan kondisi UMKM pada situasi sebelum pandemi Covid-19, tetapi harus lebih memiliki daya tahan agar semakin tangguh menghadapi tekanan.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam ”Refleksi 2021 dan Outlook 2022” di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Kamis (30/12/2021), menegaskan, ”Kita harus optimistis dengan fondasi yang sudah dibangun dan kondisi ekonomi tahun ini bisa lebih baik. Terlebih, seiring pula keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mengendalikan Covid-19, kami berani menyebutkan tahun 2022 merupakan fase pemulihan transformatif UMKM.”
Pemulihan transformatif dimaknai sebagai langkah pemulihan yang tidak sekadar tumbuh seperti kondisi sebelum pandemi, tetapi UMKM dipersiapkan untuk mampu menghadapi perubahan lingkungan di masa mendatang. UMKM harus memiliki tingkat ketangguhan lebih tinggi.
Perubahan dunia sangat dinamis. Bukan hanya disebabkan oleh wabah virus, melainkan juga perubahan teknologi global. Semua harus diantisipasi sejak sekarang. Modal kemampuan adaptasi dan transformasi harus dimiliki UMKM.
Optimisme itu dibangun karena selama tahun 2021, setidaknya ada lima fondasi yang telah dipersiapkan. Pertama, kemudahan akses pembiayaan. Kepada usaha mikro yang belum bankable diberikan hibah produktif Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) kepada 12,8 juta pelaku usaha mikro senilai Rp 15,36 triliun.
Kemudian, kepada UKM diberikan tambahan subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebesar 3 persen dan telah disalurkan kepada 7,5 juta debitor dengan pembiayaan Rp 278,38 triliun atau 97 persen dari target Rp 285 triliun per 30 Desember 2021. Selain itu, pelaku koperasi diberikan fasilitas pembiayaan bunga ringan (3 persen sliding) dengan realisasi sebesar Rp 1,64 triliun atau 102,6 persen dari target Rp 1,6 triliun.
Fondasi kedua adalah perluasan pasar dan digitalisasi. UMKM yang masuk ke ekosistem digital sudah meningkat pesat dari sebelumnya 8 juta unit pada awal 2020 menjadi 16,9 juta unit pada November 2021. Teten juga menjelaskan, fondasi ketiga berupa kemitraan dengan usaha besar. Tahun 2021, kemitraan itu telah dimulai dengan 9 BUMN dan sejumlah perusahaan perusahaan swasta.
Yang tak kalah pentingnya adalah fondasi pendataan yang merupakan fondasi keempat. Selama ini, UMKM informal sulit melakukan pendataan untuk menjadi basis penyusunan kebijakan. Langkah ini disinergikan ke dalam nomor induk berusaha (NIB), BPUM, KUR, dan koperasi.
Teten juga menekankan fondasi kelima, yaitu reformasi birokrasi internal Kemenkop dan UKM melalui penyederhanaan kelembagaan, dari sebelumnya enam kedeputian (2020) menjadi hanya empat kedeputian (2021). Smesco Indonesia juga lebih berfokus pengembangan UMKM dan koperasi agar mampu berdaya saing global. Smesco Indonesia adalah lembaga resmi di bawah Kementerian Koperasi dan UKM yang bertugas membantu akses pemasaran bagi UKM.
”Model bisnis Smesco yang sebelumnya lebih bisnis penyewaan tempat usaha, dikembangkan menjadi sayap dagang untuk mendukung UMKM dalam mengakses pasar yang lebih luas di dalam dan luar negeri. Smesco juga dijadikan center of excellence pengembangan produk dan model bisnis yang kompetitif,” ujar Teten.
Menurut Teten, produk UMKM masih kurang berdaya saing karena diproduksi oleh alat-alat sederhana. Ada jurang yang sangat lebar antara UMKM dan industri besar. Sebab, industri besar sudah menerapkan alat produksi yang modern. Karena itu, pemulihan transformatif bukan hanya soal pemasaran digital, tetapi juga penggunaan teknologi manufaktur.
”Tidak bisa (diselesaikan) dengan pendekatan lama. Misalnya, bagi-bagi alat produksi. Ini mesti mulai dibenahi dengan konsep factory sharing sehingga rumah produksi bersama diperlukan dan menggunakan teknologi produksi modern. Dengan ini, produk UMKM bisa sejajar dengan produk industri,” tegas Teten.
Populasi anak muda
Teten menambahkan, pemulihan transformatif pada tahun 2022 dapat diwujudkan mengingat Indonesia memiliki populasi anak muda (generasi milenial, generasi Z, dan generasi post-gen Z) yang mencapai 64,69 persen dari total penduduk sebanyak 270,20 juta jiwa. Di samping itu, perempuan, anak muda, dan ekonomi hijau akan menjadi penggerak ekonomi ke depan. Presidensi G-20 Indonesia menjadi memomentumnya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Tauhid Ahmad, yang mengikuti kegiatan ini secara daring mengatakan, ”Bicara outlook tentu saja mengungkap kinerja-kinerja Kemenkop dan UKM, terutama sumbangan UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB), perluasan tenaga kerja, serta penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, sebagai ukuran-ukuran dasar.”
Tauhid menekankan agenda-agenda strategis yang perlu benar-benar dilakukan, baik pengembangan kapasitas sumber daya manusia, penguatan basis ekonomi termasuk digitalisasi, maupun komitmen akses pembiayaan serta penguatan kelembagaan. ”Bicara teknologi, inkubasi bagi UMKM merupakan hal penting yang perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Tauhid mengingatkan, pada fase pemulihan transformatif, sesungguhnya masih banyak pelaku usaha yang terdampak pandemi. Daya jangkau program Pemulihan Ekonomi Nasional 2022 yang mencapai Rp 400 triliun masih dibutuhkan ketepatan sasarannya.
Dalam keseluruhan pemaparan refleksi akhir tahun Kemenkop dan UKM, salah satu pekerjaan terbesar yang menjadi komitmen Kemenkop dan UKM adalah pengawasan bagi koperasi simpan pinjam. Pandemi Covid-19 membuat menjamurnya pinjaman daring yang berkedok koperasi.