Nilai Ekspor Pertanian Bali Meningkat 22,06 Persen
Kinerja ekspor komoditas dari Bali dinilai membaik meskipun masih terimbas dampak pandemi Covid-19. Adapun kinerja ekspor produk pertanian Indonesia meningkat selama 2021.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Bali mengirimkan produk pertanian, di antaranya manggis dan petai beku, untuk tujuan ekspor serangkaian kegiatan ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” yang diselenggarakan Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia, Jumat (31/12/2021).
BADUNG, KOMPAS — Nilai ekspor komoditas pertanian Bali selama Januari 2021 sampai November 2021 mencapai Rp 193,247 miliar atau meningkat 22,06 persen dibandingkan dengan periode 2020. Volume ekspor produk pertanian Bali pada 2021 juga meningkat dibandingkan dengan volume ekspor pada 2020.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Bali, Putu Terunanegara mengatakan, kinerja ekspor komoditas dari Bali membaik meskipun masih terimbas dampak pandemi Covid-19. ”Pandemi masih menghambat ekspor langsung dari Bali karena tidak adanya penerbangan internasional,” katanya. Hal tersebut diungkap pada acara serangkaian pelepasan ekspor produk pertanian yang digelar Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia dalam acara bertajuk ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021”, Jumat (31/12/2021).
Ditemui di area terminal kargo PT Angkasa Pura Logistik kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Terunanegara menyatakan, ekspor komoditas dari Bali yang dilayani Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar saat ini masih didominasi produk pertanian.
Pada 2021, nilai produk pertanian yang diekspor dari Bali mencapai Rp 193,247 miliar dari total nilai ekspor sebesar Rp 208,327 miliar. Komoditas ekspor produk pertanian dari Bali di antaranya vanili, manggis, kopi biji, kakao pasta, dan kopi bubuk.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Bali, Putu Terunanegara serangkaian acara ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” yang dilaksanakan di area terminal kargo PT Angkasa Pura Logistik kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Jumat (31/12/2021).
Adapun negara tujuan ekspor produk dari Bali pada 2021 ke 45 negara, sedangkan pada 2020, negara tujuan ekspor produk dari Bali sebanyak 40 negara. ”Ke depan, kami tetap optimistis. Kami dari Balai Karantina Pertanian berkomitmen mendampingi mulai dari petaninya,” kata Terunanegara.
Pandemi masih menghambat ekspor langsung dari Bali karena tidak adanya penerbangan internasional. (Terunanegara)
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar turut dalam acara ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” yang diselenggarakan Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia pada Jumat. Pelepasan ekspor produk pertanian oleh Kementerian Pertanian itu dipusatkan di Makassar, Sulawesi Selatan, yang dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Kinerja ekspor komoditas dari Bali membaik meskipun masih terimbas dampak pandemi Covid-19. Bali turut mengekspor produk pertanian serangakian kegiatan ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” yang digelar Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia, Jumat (31/12/2021).
Terkait kegiatan ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” itu, Bali mengekspor komoditas pertanian senilai Rp 2,5 miliar dengan total volume produk sebesar 46,4 ton. Adapun produk pertanian Bali, yang diekspor pada Jumat, di antaranya manggis dan petai beku, dengan nilai sekitar Rp 417 juta.
Kegiatan di area terminal kargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Jumat, turut dihadiri Direktur Pengamanan Obyek Vital (Pamobvit) Polda Bali Komisaris Besar Harri S Nugroho, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Made Urip, serta perwakilan Bea dan Cukai dan Pemprov Bali.
Gebyar ekspor
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Bali mengirimkan produk pertanian, di antaranya manggis dan petai beku, untuk tujuan ekspor serangkaian kegiatan ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021" yang diselenggarakan Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia, Jumat (31/12/2021).
Dalam acara ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” dari Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Jumat, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, kinerja ekspor produk pertanian Indonesia meningkat selama 2021.
Selama kurun Januari sampai November 2021, nilai ekspor komoditas pertanian Indonesia mencapai Rp 569,11 triliun. Adapun pada periode 2020, nilai ekspor produk pertanian Indonesia disebutkan sebesar Rp 399,45 triliun.
Syahrul juga mengungkapkan, Indonesia mampu menjaga surplus produksi beras. Hingga akhir 2021, produksi beras Indonesia tercatat surplus 9,63 juta ton.
Adapun Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menyatakan, Polri dan Kementerian Pertanian sudah mengadakan nota kesepahaman (MOU) terkait penguatan produk pangan.
Nota kesepahaman antara Polri dan Kementerian Pertanian itu ditindaklanjuti dengan 11 perjanjian kerja sama. Listyo menyatakan, Polri bersinergi dalam mengawal peningkatan kinerja pertanian, termasuk mengamankan produksi pertanian untuk kepentingan pangan dalam negeri dan juga ekspor produk pertanian.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Bali turut kegiatan ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021” yang diselenggarakan Kementerian Pertanian secara serentak di seluruh Indonesia, Jumat (31/12/2021). Pelepasan produk ekspor Bali dilaksanakan di area terminal kargo PT Angkasa Pura Logistik kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Jumat, yang dihadiri, antara lain, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Putu Terunanegara (kedua, kanan) dan Direktur Pengamanan Obyek Vital Polda Bali Kombes Harri S Nugroho (tengah).
Ditemui seusai acara ”Gebyar Ekspor Tutup Tahun 2021”, anggota DPR, Made Urip, mengatakan, sebagai mitra Kementerian Pertanian, Komisi IV DPR selalu mendorong agar produktivitas pertanian ditingkatkan. Urip mengapresiasi kinerja Kementerian Pertanian dan jajaran serta kalangan pemerintah daerah yang sudah menunjukkan komitmen dan meningkatkan produksi pertaniannya.
Terkait Bali, Urip mengatakan, Gubernur Bali sudah mencanangkan kebijakan redesain pola pembangunan ekonomi Bali yang akan mengedepankan pertanian dan tidak lagi menggantungkan sepenuhnya pada pariwisata.
Menurut Urip, sektor pertanian di Bali terbukti tangguh dan mampu membantu Bali menghadapi tekanan akibat dampak pandemi Covid-19. ”Kebijakan Gubernur Bali yang meredesain pola pembangunan ekonomi daerah itu linier dengan arah pembangunan nasional,” kata Urip.