Memasuki penyelenggaraan tahun kesepuluh tahun ini, promo Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) membukukan transaksi Rp 18,1 triliun. Produk kecantikan, mode, dan perawatan tubuh membukukan transaksi paling tinggi.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas tahun 2021, menurut hasil riset NielsenIQ Indonesia, membukukan nilai transaksi sekitar Rp 18,1 triliun. Nilai ini melampaui target yang ditetapkan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) selaku penyelenggara Harbolnas, yaitu sekitar Rp 13 triliun.
NielsenIQ Indonesia melakukan riset kepada 1.000 konsumen layanan digital yang berdomisili di 52 kota pada 14 Desember 2021 atau dua hari setelah promo Harbolnas berakhir. Survei itu dilakukan secara daring. Sekitar 86 persen responden mengaku sudah merencanakan belanja saat promo Harbolnas dan 14 persen sisanya merupakan pembeli impulsif.
Director of NielsenIQ Indonesia Rusdy Sumantri, dalam konferensi pers capaian Harbolnas 2021, di Jakarta, Rabu (29/12/2021), mengatakan, mode, produk kecantikan, dan perawatan tubuh merupakan kategori barang yang paling banyak membukukan transaksi selama Harbolnas 2021. Hal-hal yang memengaruhi responden berbelanja saat Harbolnas yaitu penawaran bebas ongkos kirim, diikuti diskon, dan kembalian tunai (cashback).
Responden juga mengaku menyukai atraksi berbelanja yang ditawarkan pemilik platform saat Harbolnas 2021. Berdasarkan survei itu, lebih dari setengah responden menyukai live shopping streaming atau penawaran jual-beli barang yang disiarkan secara langsung dan gim daring.
Promo Harbolnas 2021 berlangsung selama 11-12 Desember 2021. Tanggal 11 Desember 2021 dipakai untuk Harbolnas khusus produk-produk lokal. Hasil pengukuran NielsenIQ Indonesia, pada tanggal itu dibukukan transaksi sekitar Rp 8,5 triliun. Kategori produk lokal yang disukai juga mirip pada penyelenggaraan tanggal 12 Desember 2021, yaitu mode, kosmetik, dan perawatan tubuh.
”Pencapaian transaksi tinggi saat Harbolnas 2021 karena didukung oleh penambahan pengguna internet baru selama masa pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Mobilitas luring terhambat membuat mereka mau tidak mau memakai layanan belanja daring,” ujarnya.
Harbolnas sebenarnya diprakarsai oleh enam perusahaan e-dagang besar di Indonesia, yakni Lazada Indonesia, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka, dan Bukalapak. Keenamnya merupakan anggota Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA). Harbolnas mulai digelar pertama kali tahun 2012, kala itu dikenal sebagai 12.12.12. Tujuan penyelenggaraan kala itu adalah untuk mendorong dan mengedukasi masyarakat di Indonesia tentang mudahnya berbelanja daring.
Sejak 2019, idEA menjadi penyelenggara. Pada Harbolnas 2019, sesuai pengukuran NielsenIQ Indonesia, estimasi nilai transaksi mencapai Rp 9 triliun, lalu Harbolnas tahun 2020 berkisar Rp 11,6 triliun.
Direktur Eksekutif idEA Arshi Adini berpendapat, tren ke depan yaitu omni channel (perdagangan barang secara daring ke luring atau sebaliknya). Ketika pembatasan mobilitas dilonggarkan karena pandemi berkurang, dia yakin orang akan tetap ada yang berbelanja daring. Rusdi pun optimistis Harbolnas akan tetap punya celah bertumbuh lebih tinggi pada masa mendatang.
”Online itu adalah kanal berbelanja. Situasinya sama seperti minimarket. Sebelum dan sesudah minimarket muncul, masih ada orang yang berbelanja ke pasar atau toko ritel tradisional,” ujar Rusdi.
Program promo belanja daring saat ini sebenarnya bukan hanya Harbolnas, tetapi ada juga promo tanggal kembar yang dua-tiga tahun terakhir marak. Misalnya 9.9, 10.10, dan promo 11.11 atau Hari Lajang. Secara khusus, program promo 11.11 bermula dari China pada 2009, lalu menyebar luas sampai ke Indonesia, yaitu tahun 2016.
Public Relations Executive Shopback Indonesia Stephany Josephine, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (30/12/2021), mengatakan, transaksi tinggi bukan hanya selalu tercatat pada momen Harbolnas yang jatuh pada 12.12, melainkan juga pada promo tanggal kembar lainnya. Dia menduga kebiasaan berbelanja daring sudah semakin terbentuk di kalangan konsumen Indonesia.
”Selain itu, setiap promo tanggal kembar, toko daring berusaha menampilkan kebaruan. Jadi, kami tidak heran jika selalu ada pencatatan transaksi tinggi selama periode promo Harbolnas dan periode tanggal kembar lainnya,” ujarnya.
Stephany menambahkan, berdasarkan survei yang ShopBack gelar setiap triwulan, mayoritas pengguna Shopback selalu menunggu tanggal promo untuk belanja lebih hemat. Mereka masuk ke platform e-dagang favorit melalui aplikasi Shopback agar mendapatkan cashback ekstra dari aplikasi Shopback yang nantinya bisa ditarik ke rekening, di luar yang sudah mereka dapatkan dari hasil transaksi e-dagang dari toko-toko pilihan.
”Pengguna belanja daring termasuk konsumen cerdas yang memang selalu mencari cara untuk mendapatkan nilai belanja terbaik dari uang yang mereka keluarkan,” tuturnya.
Pada program promo ShopFest, Shopback berhasil mencatat kenaikan jumlah pengguna dan GMV tiga kali lipat, lalu lintas transaksi empat kali lipat, dan pemesanan naik enam kali lipat. Sementara dua kategori terpopuler sepanjang promo ShopFest yang berlangsung saat September hingga Desember 2021 masih berasal dari mode dan kecantikan.
Hari Lajang
Di negara asalnya, China, promo belanja daring Hari Lajang yang terakhir terjadi pada 11 November 2021. Mengutip Forbes, Alibaba mencatatkan pertumbuhan penjualan 8,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan sebesar itu dinilai terendah sejak promo itu diluncurkan pertama kali tahun 2009.
Chief Economist di Bank Permata Josua Pardede, saat dihubungi terpisah, di Jakarta, mengatakan, meski pertumbuhan transaksi program promo Hari Lajang yang diperoleh Alibaba melambat, nilai barang dagangan (GMV) masih tercatat tinggi, yaitu 84,5 miliar dollar AS. Faktor yang mendasari perlambatan pertumbuhan transaksi itu, antara lain, tekanan inflasi dari rantai pasok dan tekanan kepada perusahaan lokal akibat cetak biru kebijakan kesejahteraan umum (common prosperity) dari Pemerintah China.
”Berbeda dengan kondisi di China, hingga saat ini, Pemerintah Indonesia belum berencana menekan sektor perdagangan secara spesifik. Tidak hanya itu, konsumen Indonesia tidak terlalu terbebani disrupsi rantai pasok yang terefleksi dari inflasi Indonesia yang masih berada di bawah 2 persen,” ujarnya.
Berbeda dengan kondisi di China, hingga saat ini, Pemerintah Indonesia belum berencana menekan sektor perdagangan secara spesifik.
Josua juga menilai momentum liburan Natal dan akhir tahun biasanya dipakai oleh peritel untuk menawarkan diskon. Momen ini selalu ditunggu oleh masyarakat Indonesia sehingga hal itu masih akan mendorong GMV saat Harbolnas.
Akan tetapi, untuk tahun 2021, pertumbuhan penjualan saat Harbolnas mungkin akan terbatasi oleh kompetisi dari toko luring yang sebagian besar sudah mulai beroperasi. Berbeda dengan 2020, restriksi kegiatan ekonomi pada akhir 2021 cenderung lebih longgar seiring dengan masih rendahnya kasus di Indonesia.
”Pada tahun-tahun mendatang, pertumbuhan dari GMV di toko daring di Indonesia diperkirakan masih akan tinggi seiring dengan pulihnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Namun, dengan kembalinya aktivitas ekonomi pula, toko luring akan kembali dibuka dan mungkin bisa menjadi tantangan tersendiri bagi toko daring, terutama di kota-kota besar,” ucap Josua.