Sesuai laporan riset e-Economy SEA 2021, layanan daring pesan-antar makanan mencatatkan pertumbuhan tertinggi setelah e-dagang dan media daring. Investor pun ramai-ramai menyuntikkan pendanaan di bisnis rintisan ini.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Perusahaan rintisan di bidang teknologi makanan dan minuman menjadi salah satu incaran investor modal ventura sepanjang pandemi Covid-19. Bisnis yang mereka geluti sejalan dengan perilaku warga yang semakin terbiasa menggunakan layanan daring pesan-antar makanan dan minuman.
Awal pekan ini, perusahaan rintisan bidang makanan dan minuman Kopi Kenangan mengumumkan telah menerima pendanaan seri C tahap pertama senilai 96 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun. Mengutip blog perusahaan, putaran pendanaan itu dipimpin oleh Tybourne Capital Management dan diikuti sejumlah investor dari seri sebelumnya, seperti Horizons Ventures, Kunlun dan B Capital, serta investor baru, yaitu Falcon Edge Capital.
Melalui pendanaan itu, valuasi Kopi Kenangan menembus 1 miliar dollar AS sehingga menempatkannya sebagai perusahaan rintisan bidang ritel baru makanan dan minuman berstatus unicorn pertama di Asia Tenggara. Unicorn merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan yang telah mencapai valuasi 1 miliar dollar AS.
Kopi Kenangan didirikan Edward Tirtanata, James Prananto, dan Cynthia Chaerunnisa pada 2017. Bisnis minuman kopi yang dirintis Kopi Kenangan ini berupaya mengisi celah pasar antara minuman kopi dan harga premium yang disajikan jaringan gerai kopi internasional dengan minuman kopi instan yang dijual di kios jalanan di Indonesia. Pelanggan memesan minuman kopi dari Kopi Kenangan melalui aplikasi, baik untuk dikirim ke rumah maupun mengambil langsung di salah satu dari gerai Kopi Kenangan di Indonesia.
Melalui pendanaan itu, valuasi Kopi Kenangan menembus 1 miliar dollar AS sehingga menempatkannya sebagai perusahaan rintisan bidang ritel baru makanan dan minuman berstatus unicorn pertama di Asia Tenggara.
Co-Founder dan CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan, selama setahun terakhir, penjualan tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kopi Kenangan sekarang mempekerjakan lebih dari 3.000 staf pada 600-an gerai di 45 kota di Indonesia.
”Selama 12 bulan terakhir, kami telah menyajikan 40 juta cangkir,” ujarnya.
Edward menyampaikan, dengan perolehan pendanaan baru itu, Kopi Kenangan ingin mempercepat ekspansi bisnis produk roti ”Cerita Roti”, ayam goreng ”Chigo”, dan kue ”Kenangan Manis” ke seluruh Indonesia. Dalam lima tahun mendatang, perusahaan berkomitmen memperluas jangkauan hingga mencapai ribuan gerai di Asia Tenggara sekaligus melengkapi portofolio produk-produk yang bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi pada Selasa (28/12/2021) di Jakarta berpendapat, ada tiga faktor yang mendukung pesatnya pertumbuhan bisnis perusahaan rintisan selama pandemi Covid-19.
Faktor pertama, investor menilai beberapa sektor punya proyeksi keuntungan jangka panjang. Pandemi Covid-19 dianggap sebagai tantangan temporer. Sektor tersebut meliputi logistik serta makanan dan minuman.
Faktor kedua ialah kelas menengah atas yang mengalihkan pengeluarannya dari bepergian ke belanja layanan digital. Di sektor makanan dan minuman, adanya pandemi Covid-19 mendorong konsumen memesan-antar dibandingkan dengan harus makan di tempat. Fenomena ini berlaku hampir di semua jenis makanan dan minuman, termasuk minuman kopi cepat saji.
Adapun faktor ketiga ialah kebiasaan menggunakan layanan digital diyakini akan terus berlanjut pasca-pandemi Covid-19. Sejumlah sektor yang digeluti perusahaan rintisan akan tetap disukai konsumen. Salah satunya adalah layanan pesan daring-antar makanan/minuman yang kini marak ditawarkan oleh banyak perusahaan rintisan.
Vice President of Investment and Business Development BRI Ventures Markus Liman saat dihubungi terpisah memandang, konsumsi layanan digital semakin jadi kebiasaan warga di Indonesia, bahkan untuk membeli kebutuhan pangan ataupun makanan siap santap. Jenis makanan yang dijual secara daring pun menjadi semakin beragam.
”Dulu, warga mungkin tidak pernah membayangkan pesan steak secara daring, tetapi makanan itu amat mungkin dipesan daring dan dikirim ke rumah masing-masing," ujarnya.
Konsumsi layanan digital semakin jadi kebiasaan warga di Indonesia, bahkan untuk membeli kebutuhan pangan ataupun makanan siap santap.
Teknologi yang dikembangkan dan digunakan perusahaan rintisan bidang makanan dan minuman juga semakin matang. Markus menilai, hal itu juga jadi salah satu pertimbangan investor terjun mendanai.
Dia memperkirakan, pada tahun 2022 investor masih akan melirik perusahaan rintisan bidang makanan dan minuman. Apalagi, jika produk makanan atau minuman yang diproduksi perusahaan rintisan punya potensi daya jual yang tinggi. Produknya mudah diterima konsumen dari berbagai latar demografi alias tidak hanya di kota-kota besar.
Salah satu portofolio BRI Ventures adalah Haus!, perusahaan rintisan yang produk utamanya adalah minuman siap saji. Segmen utamanya adalah kelompok konsumen menengah ke bawah dan kini memiliki sekitar 120 cabang di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. Haus! menerima suntikan pendanaan dari BRI Ventures senilai Rp 30 miliar pada 2020.
”Pada tahun depan, kami juga akan memperbanyak berinvestasi di consumer brand dan perusahaan rintisan yang sudah mulai mengeksplorasi metaverse,” ucap Markus.
Di Indonesia, bisnis layanan online food delivery tumbuh 36 persen pada tahun 2021. Pertumbuhan sektor bisnis ini tertinggi ketiga setelah bisnis media daring dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang.
Mengutip laporan riset e-Economy SEA 2021 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company pada November 2021, terdapat 60 juta orang mulai menggunakan layanan digital untuk pertama kali saat pandemi Covid-19 di Asia Tenggara. Sepertiga dari mereka baru mulai menggunakan layanan digital pada 2021.
Sebanyak 71 persen pengguna internet di Asia Tenggara mengadopsi layanan daring pesan-antar makanan (online food delivery) sepanjang tahun 2021. Sekitar 65 persen di antaranya meningkatkan frekuensi penggunaan layanan online food delivery.
Dalam laporan itu disebutkan, di Indonesia, bisnis layanan online food delivery tumbuh 36 persen pada 2021. Pertumbuhan sektor bisnis ini tertinggi ketiga setelah bisnis media daring dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang.
Status unicorn yang kini disandang oleh Kopi Kenangan menambah deretan perusahaan rintisan asal Indonesia yang menyandang status yang sama. Mereka adalah Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, Ajaib, dan Xendit.