Sumut Genjot Ekspor Komoditas Pertanian, Jelang Tutup Tahun Lepas Rp 2 Triliun
Jelang akhir tahun 2021 Sumut menggenjot ekspor komoditas pertanian senilai Rp 2 triliun. Komoditas unggulan, seperti minyak sawit mentah, karet, kopi, dan rempah, mendominasi. Komoditas topang pemulihan ekonomi daerah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sumatera Utara menggenjot ekspor komoditas pertanian jelang akhir tahun 2021. Dengan nilai total yang akan diekspor akhir tahun ini mencapai Rp 2 triliun, komoditas unggulan, seperti minyak sawit mentah, karet, kopi, dan rempah, masih mendominasi.
”Kami terus mendorong gerakan tiga kali lipat ekspor atau gratieks di Sumut, sebagaimana digaungkan Kementerian Pertanian,” kata Kepala Balai Karantina Pertanian Medan Lenny Hartati Harahap, Senin (27/12/2021).
Ekspor komoditas pertanian di akhir tahun ini akan dilaksanakan pada 30 Desember dalam program Gebyar Ekspor 2021 yang akan dipusatkan di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sulsel. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 32 pintu ekspor secara nasional, termasuk Pelabuhan Belawan di Medan.
Lenny mengatakan, Sumut akan menyumbangkan nilai ekspor terbesar, yakni Rp 2 triliun dari total Rp 10 triliun yang akan dilepas dalam program Gebyar Ekspor. Nilai ekspor komoditas pertanian Sumut pada 2021 pun diperkirakan akan meningkat pesat.
Peningkatan ekspor itu sudah terlihat sejak semester I-2021 yang mencapai Rp 13,51 triliun atau meningkat 43,33 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, sekitar Rp 9,42 triliun. Ekspor pun masih didominasi subsektor perkebunan sebesar Rp 13,09 triliun dan subsektor lain total sekitar Rp 418 miliar.
Lenny mengatakan, ekspor komoditas pertanian menjadi salah satu penopang ekonomi Sumut yang mampu bertumbuh di tengah pandemi. Nilai dan volume ekspor akan terus ditingkatkan, mengingat permintaan di pasar dunia yang terus tumbuh.
Salah satu komoditas ekspor yang meningkat di akhir tahun ini adalah karet remah. Volume ekspor karet Sumut untuk pengapalan November tercatat 36.873 ton atau naik 16,8 persen dibandingkan dengan Oktober, sebesar 31.568 ton.
”Tingginya kenaikan volume ekspor ini mencerminkan membaiknya kinerja ekspor karet. Adanya peningkatan volume ini juga merupakan realisasi dari kontrak-kontrak ekspor yang sempat tertunda,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah.
Secara kumulatif, volume ekspor karet dari Sumut sepanjang Januari hingga November 342.032 ton. Volume itu masih lebih sedikit, sekitar 1,4 persen, dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, mencapai 346.984 ton. Penurunan terjadi karena penundaan pengapalan akibat kelangkaan peti kemas. Peningkatan volume ekspor karet pun diperkirakan akan kembali terjadi pada Desember ini.
Selama pandemi ini, kata Edy, salah satu persoalan dalam ekspor komoditas pertanian adalah sulitnya mendapat peti kemas. Kelangkaan disebabkan menurunnya frekuensi pelayaran dunia akibat pandemi Covid-19.
Selain komoditas perkebunan, rempah dari Sumut pun semakin diminati di pasar internasional. Harry Barthan, eksportir kulit kayu manis dari PT Jasum Jaya, mengatakan, kulit kayu manis sangat diminati di pasar dunia, khususnya Eropa. Mereka sudah 10 tahun mengekspor kayu manis ke Eropa dengan volume dan nilai yang terus meningkat.
Untuk kulit kayu manis, sebagian besar pembeli mencari dalam bentuk batangan agar bisa mengolahnya sendiri sesuai dengan kebutuhan pasar di sana. Mereka pun kini mengekspor 100-200 ton kulit kayu manis per bulan.
”Saat ini kami menyerap sekitar 150 pekerja untuk pengolahan, termasuk untuk sortir,” ujar Harry.
Harry mengatakan, sebagian besar kayu manis yang mereka ekspor dalam bentuk batang. Mereka pun sedang merintis untuk mengolah menjadi bubuk kayu manis agar mendapat nilai tambah yang lebih tinggi.