Edukasi kepada Penerima Bansos Harus Terus Dilakukan
Edukasi kepada warga calon penerima bansos harus dilakukan terus-menerus. Hal itu bertujuan agar mereka bisa memaksimalkan bantuan yang didapatkan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Edukasi kepada penerima bantuan sosial di semua daerah harus terus dilakukan. Akibat paparan informasi dan pendampingan yang belum utuh, masih ada warga yang belum bisa menerima bantuan ini secara maksimal.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan hal itu saat menyaksikan pencairan bantuan sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan nontunai (BPNT) atau Kartu Sembako di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (27/12/2021). Sehari sebelumnya, Risma datang ke Kabupaten Trenggalek untuk tujuan serupa.
Di Tambaksari, Surabaya, Mensos langsung menuju aula kantor kecamatan tempat pencairan bantuan berlangsung. ”Ayo dicairkan semua,” kata Risma kepada kelompok penerima manfaat (KPM).
Risma mengatakan, hingga sekarang masih banyak KPM yang menganggap hanya bisa mendapat satu jenis bantuan. Padahal, mereka berhak menerima PKH dan BPNT/Kartu Sembako. ”Yang dilarang adalah menikmati dua kali bansos tunai,” ujar Wali Kota Surabaya periode 2010-2020 itu.
Edukasi, menurut dia, juga harus dilakukan pada KPM dari perluasan program PKH atau BPNT/Program Sembako. Akibat tidak mendapat informasi utuh, mereka diduga belum menerima bansos. Untuk itu, Risma meminta pendamping PKH dan BPNT membantu KPM mendapat bansos sebelum 31 Desember.
”Dana bantuan jangan dipakai beli rokok atau keperluan lain yang tidak produktif,” katanya.
Siti Maryam (36), penerima bantuan warga Pacar Kembang, Surabaya, gembira mendapat Rp 2.250.000. Dia akan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus modal berjualan sosis bakar. ”Sekarang penjualan sepi karena pandemi,” katanya.
Pada kesempatan itu, Risma juga menawarkan pendampingan kepada KPM yang berniat mandiri. Warga nantinya akan dibantu juga oleh Pemerintah Kota Surabaya. ”Penerima KPM banyak yang masih muda. Kalau diberi kesempatan, mereka bisa lebih produktif,” katanya.
Ciptayanto (31), warga Surabaya, sangat ingin dibantu karena sudah lama menganggur. Dia sempat bekerja dua bulan sebagai tenaga pemasaran pabrik garmen. Namun, lulusan SMA ini terkena pemutusan hubungan kerja akibat pandemi.
”Saya minta bisa dibantu membuat usaha toko kelontong di rumah. Biar istri saya yang menjaga. Saya akan mencari kerja di tempat lain agar dapat penghasilan tambahan,” kata ayah dua anak ini.
Kiki Indraputra (30), warga Tambaksari lainnya, sebelumnya bekerja sebagai petugas kebersihan di toko swalayan. Namun, sejak enam bulan lalu, lulusan SMA ini terkena PHK. ”Sekarang saya jadi pengemudi jasa pengantaran barang. Inginbya kerja yang lain supaya pendapatannya lebih pasti,” kata pria beranak dua ini.