Jelang Natal, para pembuat pakaian kreasi tenun ikat Sintang, Kalimantan Barat, mendapat berkah dengan peningkatan pesanan ketimbang hari biasanya. Dengan berbagai kreasi, tenun Sintang ”berdialog dengan zaman”.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
Kalimantan Barat memiliki potensi tenun ikat, misalnya tenun ikat Sintang. Beberapa pembuat busana mengkreasikan tenun dengan berbagai busana sehingga tenun pun ”berdialog dengan zaman” serta terjangkau. Menjelang Natal, para pembuat pakaian kreasi tenun ikat mendapat berkah dengan peningkatan pesanan dibandingkan dengan hari biasa.
Rufina Sekunda yang biasa disapa Ina, salah satu desainer busana di Kabupaten Sintang, melalui rumah produksinya, Ina Creatif Sintang, membuat busana dengan sentuhan kain tenun ikat Sintang. Menjelang Natal, permintaan meningkat.
Biasanya pesanan baju keluarga dengan sentuhan motif kain tenun dalam sebulan hanya dua atau tiga helai. Namun, menjelang Natal lebih dari 10 helai pesanan. ”Belum lagi busana keluarga. Saat hari spesial ada konsumen yang seragam satu keluarga,” ujar Ina.
Konsumen yang memesan pakaian dengan motif tenun banyak dari luar Kabupaten Sintang, misalnya Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Ketapang. Biasanya motif tenun yang dipergunakan kombinasi, sesuai dengan stok yang ada, misalnya kombinasi merah dengan biru.
Konsumen memesan melalui media sosial yang ia miliki. ”Mereka melihat unggahan produk di media sosial. Dari luar Kalbar ada juga, misalnya dari Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), dan Jakarta,” ujarnya.
Harganya tergantung dari kombinasi tenun. Sentuhan tenun juga tidak full, tetapi di sisi tertentu agar lebih terjangkau harganya, berkisar Rp 300.000-Rp 650.000 per gaun. Jika jenis gaun yang banyak memakai kain, harganya berkisar Rp 500.000-Rp 800.000 per gaun.
”Natal ini cukup menjadi berkat bagi pembuat busana kreasi tenun,” kata Ina.
Ina menuturkan, tenun dulu eksklusif hanya untuk orang-orang tertentu. Sekarang, ibu-ibu dan anak-anak muda mengaplikasikan tenun dalam berbagai mode. Hal itu, menurut dia, faktor kebanggaan produk lokal Sintang dan ekspresi cinta produk daerah. Produk kreasi dari tenun ikat juga beragam. Ada tas, topi, dan juga masker.
Hal senada dikemukakan Nuan Hardiktarina, pemilik toko daring ”Dikta Tenun” yang juga menjual berbagai busana dengan kreasi tenun ikat. Ia baru membuka toko daring yang menjual pakaian dengan sentuhan tenun ikat pada bulan Juli. Namun, menjelang Natal, pesanan meningkat.
Pesanan beragam, ada busana anak, kemeja, dan pakaian keluarga. Ada juga kaus dengan kombinasi tenun. Ia sendiri tidak menyangka respons pasar seperti itu. Menurut dia, busana dengan balutan tenun kini sedang naik daun.
Natal menjadi berkat bagi pembuat busana kreasi tenun.
Pesanan konsumen menjelang Natal mulai muncul pada bulan Oktober. Pesanan ada dari Jakarta dan Pekalongan (Jawa Tengah). Bahkan, pesanan untuk tahun ini ditutup sementara karena kuota sudah penuh dan dilanjutkan untuk produksi tahun depan.
”Ada juga teman yang memesan jaket dengan motif tenun,” ujarnya.
Dampak Presiden
Menurut dia, kunjungan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu ke Kabupaten Sintang dan membeli jaket ”bomber” bermotif tenun ikat Sintang berdampak pula pada permintaan. Mulai ada yang memesan jaket motif tenun ikat.
Kain tenun ikat dibeli dari petenun yang kemudian mereka kreasikan dalam busana. Lokasi perajin tenun di Sintang berada di beberapa tempat, seperti di rumah panjang, Rumah Betang Ensaid Panjang, dan ada pula yang di rumah tunggal, yaitu di Desa Umin Jaya.
Dengan adanya para pembuat busana kreasi tenun, hasil tenun memiliki alternatif pasar. Tenun pun bisa dinikmati dalam berbagai kreasi, tidak hanya hiasan di meja, tetapi dalam busana kekinian.
Memakai baju dengan balutan tenun juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi pemakainya. Kristianus Atok (55), warga Pontianak, misalnya, memiliki pakaian dengan motif tenun. Keluarganya juga hobi dengan kerajinan tenun ikat.
”Biasa dikatakan hobi. Saya suka karena cerminan identitas. Pakaian motif tenun sering saya pakai kalau ada kegiatan-kegiatan terkait dengan kelembagaan organisasi, misalnya, termasuk saat perayaan Natal di gereja,” kata Kristianus.
Kebanggaan dengan salah satu identitas daerah ditunjukkan dengan memakai busana kreasi tenun. ”Itulah cara saya mendukung para perajin,” ujarnya.
Kunjungan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu ke Kabupaten Sintang dan membeli jaket ’bomber’ bermotif tenun ikat Sintang berdampak pula pada permintaan.
Berbagai motif
Wastra bisa juga dikatakan sebagai wastra kehidupan dan motifnya pun beragam, seperti tenun ikat Sintang. Tenun bukan lagi sekadar guratan tangan semata, melainkan juga replika kehidupan. Mulai dari proses pembuatan hingga motif pada kain mengandung kisah kehidupan dan spiritualitas warisan nenek moyang suku Dayak.
Di rumah panjang Ensaid Panjang, misalnya, terdapat jenis kain pua/kumbu. Disebut kumbu karena seukuran selimut. Kumbu artinya selimut dalam bahasa lokal. Kain kumbu termasuk jenis yang tua.
Jenis kumbu terdapat beberapa motif yang berkisah tentang lingkungan mereka dan kehidupan. Salah satunya motif perahu. Perahu merupakan alat transportasi yang penting bagi masyarakat Dayak di sekitar sungai untuk bepergian ke kebun dan ladang. Selain itu, juga digunakan saat mencari sayur-mayur.
Ada pula motif tiang kebuk. Tiang kebuk artinya tiang penyangga rumah betang yang didiami masyarakat Dayak Desa. Dalam membuat tiang penyangga, masyarakat bergotong royong. Kain kumbu dengan berbagai motif tiang kebuk itu menjadi lambang kebahagiaan atau kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Motif itu juga memberikan pesan kepada pemuda jika ingin menikah, harus sudah bisa membangun rumah dan menjadi pengayom bagi istri dan anak-anaknya kelak.
Jenis tenun tua lainnya adalah kebat yang biasanya dijadikan sarung dan kain dalam berbagai ritual. Kain kebat juga ada beberapa motif. Dalam kain kebat, salah satunya ada motif encerebung. Motif itu terletak di ujung kain, berbentuk guratan runcing menyerupai ujung rebung. Motif itu mengawali dan mengakhiri motif induk tenun. Setelah ada motif encerebung di tepi kain, biasanya ada motif induk di tengah kain.
Di sisi kiri dan kanan kain ada pula motif langgai uwi. Langgai uwi merupakan tumbuhan yang dipakai nenek moyang untuk mengikat tiang rumah betang supaya kuat dan tahan lama. Pesan moral motif dalam kain adalah memberikan manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia.
Kain kumbu dan kebat disebut tenun tua karena diwariskan kepada para perajin di rumah panjang Ensaid Panjang secara turun-temurun. Ada perajin yang mulai diajari menenun sejak sekitar usia 12 tahun. Masih banyak lagi motif lainnya dengan berbagai filosofi.