Digitalisasi Asuransi Ciptakan Produk yang Makin Personal untuk Nasabah
Pandemi mendorong digitalisasi berbagai aspek kehidupan, termasuk berasuransi. Digitalisasi asuransi akan makin memudahkan masyarakat memperoleh layanan asuransi.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi memungkinkan perusahaan asuransi berinovasi menciptakan produk asuransi yang makin personal dengan kebutuhan nasabah. Dengan demikian, produk dan biaya premi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi nasabah.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ”How Insurance and Media Survive During the New Normal and Get Ready for 2022” yang diselenggarakan Allianz Life Indonesia, Selasa (21/12/2021). Hadir sebagai pembicara, peneliti senior dan ekonom Poltak Hotradero, Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia Karin Zulkarnaen, dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Tri Agung Kristanto.
Poltak mengatakan, perkembangan teknologi digital memungkinkan perusahaan asuransi untuk mengumpulkan data yang komplet dari nasabah. Data tersebut kemudian bisa diolah sehingga bisa menghasilkan analisis profil nasabah seperti kemampuan ekonomi dan kebutuhan proteksi asuransinya. Hal ini bisa membuat produk asuransi yang ditawarkan bisa tepat sasaran secara harga dan manfaat yang ditawarkan.
”Dengan demikian, nanti akan muncul produk baru yang makin personal dengan kebutuhan rinci tiap individu nasabah. Tidak lagi terlalu mahal ataupun proteksinya mubazir. Perusahaan asuransi bisa semakin mengenali nasabah dan nasabah juga semakin dilayani nasabah dengan tepat,” ujar Poltak.
Karin membenarkan apa yang dikatakan Poltak. Produk-produk asuransi yang ditawarkan Allianz Life Indonesia bisa menyesuaikan sesuai kebutuhan dan profil nasabah.
Ia menjelaskan, inovasi digital terus dilakukan Allianz Life Indonesia. Melalui aplikasi digital, nasabah asuransi tak hanya terbantu saat pembuatan polis, tetapi bisa mengecek perkembangannya lewat daring.
Dari sisi perusahaan, digitalisasi juga membantu para agen pemasaran di lapangan untuk tetap bisa mencari nasabah baru. Di tengah pandemi yang mengurangi tatap muka secara fisik, bantuan teknologi digital memungkinkan agen tetap bisa memasarkan produknya kepada nasabah. Saat ini ada sekitar 40.000 agen yang tersebar di seluruh Indonesia yang memasarkan produk Allianz Life Indonesia.
”Digitalisasi di sektor asuransi ini memudahkan semua pihak,” ujar Karin.
Kesadaran meningkat
Di saat pandemi, industri asuransi jiwa justru mendapatkan dampak positif. Masyarakat menjadi lebih tersadar akan kebutuhan proteksi finansialnya.
Karin mengatakan, saat pandemi, banyak nasabah asuransi yang membuka kembali polisnya untuk melihat jenis-jenis proteksi yang bisa mereka peroleh kala pandemi. Setelah mengkaji ulang polis asuransinya, banyak dari nasabah yang kemudian membeli ulang polis baru untuk meningkatkan proteksinya.
Selain itu, banyak nasabah baru yang membeli polis asuransi di kala pandemi. ”Kebutuhan akan proteksi kala pandemi ini meningkatkan kesadaran untuk berasuransi di masyarakat,” ujar Karin.
Hal itu pun tecermin dari bertambahnya jumlah tertanggung Allianz Life Indonesia yang pada triwulan ketiga tahun ini sebanyak 9,3 juta orang, meningkat 1 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun pendapatan premi bruto (gross written premium/GWP) Allianz Life Indonesia sampai dengan triwulan ketiga tahun ini sebesar Rp 14,9 triliun, bertumbuh 26,6 persen secara tahunan.
Sementara total klaim sampai dengan triwulan ketiga tahun ini sebesar Rp 10,1 triliun, bertumbuh 34 persen secara tahunan. Total klaim yang khusus berasal dari kasus Covid-19 sampai dengan triwulan ketiga 2021 sebesar Rp 616 miliar atau sekitar 6 persen dari total klaim yang dibayarkan.
Tri Agung mengatakan, saat pandemi justru seharusnya perusahaan tidak boleh berhenti berinovasi. Banyak peluang yang bisa diraih dengan cara terus bergerak dan berinovasi.