Lebih Lengkap, Lebih Nyaman, Walau Ada PR
Tiga tahun sejak diresmikan pada 20 Desember 2018, terlihat berbagai peningkatan pada jalan tol Trans-Jawa dari Jakarta hingga Surabaya. Meski demikian, masih ada berbagai pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan.
Berbagai peningkatan terlihat nyata di ruas tol Trans-Jawa dari Jakarta hingga Surabaya dibandingkan saat peresmiannya tiga tahun lalu. Walau demikian, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan.

Simpang susun Sragen Timur yang menjadi bagian dari jalan tol Transjawa ruas Solo-Ngawi di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (16/4/2021).
Kompas menyusuri jalan tol Trans-Jawa dari Jakarta hingga Surabaya selama lima hari, Senin (13/12/2021) hingga Jumat (17/12/2021). Perjalanan sejauh lebih dari 2.000 kilometer pergi pulang tersebut menunjukkan berbagai peningkatan yang terjadi di ruas tol terpanjang di Indonesia saat ini, itu.
Kondisi jalan secara umum bagus dan mulus. Hanya di beberapa titik di ruas Cikopo-Palimanan (Cipali) ditemukan kegiatan perbaikan jalan, mulai dari yang ringan hingga perbaikan berat dengan mengupas lapisan beton jalan tol.
Selain itu juga terlihat sejumlah proyek pembangunan simpang susun atau jalur keluar-masuk baru di sejumlah titik. Pada titik Kilometer (KM) 152+200, misalnya, tengah dikerjakan simpang susun yang akan menghubungkan ruas Cipali dengan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Simpang susun ini sangat penting karena akan mempercepat perjalanan dari Bandung menuju Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka.

Pembangunan proyek Junction Dawuan di Tol Cikopo-Palimanan KM 152, Majalengka, Jawa Barat, Senin (13/12/2021). Junction Dawuan ini akan menjadi penghubung antara jalan tol Cileunyi Ð Sumedang Ð Dawuan (Cisumdawu) dengan tol Cikopo-Palimanan. Tol Cisumdawu yang saat sedang dikerjakan nantinya akan membuat akses dari Bandung ke Bandara Kertajati menjadi lebih pendek dan cepat.
Sementara di KM 373 di kawasan Batang, Jawa Tengah, tengah dibangun simpang susun dan jalur keluar baru menuju Kawasan Industri Terpadu Batang. Foto udara di titik ini memperlihatkan pembukaan lahan dan pembangunan sejumlah bangunan di sisi utara jalan tol.
Pembangunan simpang susun baru juga terlihat tengah dikerjakan di ruas Surabaya-Mojokerto. Simpang susun Wringinanom ini akan menghubungkan ruas tol Surabaya-Mojokerto dengan ruas tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar.
Keberadaan proyek-proyek ini sedikit memakan ruang di bahu jalan, sehingga pengendara perlu lebih waspada dan berhati-hati saat melintasi lokasi proyek tersebut.
Keberadaan tempat istirahat juga telah bertambah dibandingkan saat pembukaan jalan tol ini pada 2018. Fasilitas di tempat-tempat istirahat itu juga cukup lengkap. Jika dulu tempat istirahat hanya dilengkapi fasilitas toilet umum, SPBU, dan sejumlah warung makan, kini di beberapa titik tempat istirahat kelas A bahkan sudah dilengkapi restoran dan gerai kopi terkenal, factory outlet, dan bahkan stasiun pengisian kendaraan listrik untuk umum (SPKLU).
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F4f887b5d-008b-4ef1-a266-1321451c65f5_jpg.jpg)
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kecamatan Gringsing, Batang, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021). Kawasan industri yang memiliki akses langsung ke jalan tol Transjawa ruas Batang-Semarang ini digagas Pemerintah untuk mendorong penguatan sektor industri di Indonesia. KITB memiliki total luas lahan untuk dikembangkan seluas 4.300 hektar. Kawasan ini juga dilengkapi rumah susun untuk pekerja.
Menurut aplikasi PLN Mobile, saat ini sudah ada 8 titik tempat istirahat yang dilengkapi SPKLU kendaraan listrik, masing-masing empat titik di arah Surabaya (di KM 207A, KM 379 A, KM 519 A dan KM 626 A) dan arah Jakarta (KM 207 B, KM 389 B, KM 519 B, dan KM 626 B). Dengan adanya SPKLU tersebut, pengguna mobil listrik tak perlu lagi khawatir akan kehabisan daya baterai di tengah jalan dalam perjalanan jarak jauh.
Meski demikian, jarak antara SPBU berfasilitas lengkap tersebut di beberapa ruas masih terasa kurang. Di ruas Cirebon-Semarang, misalnya, tempat istirahat di KM 228+200 adalah tempat istirahat terakhir yang dilengkapi SPBU sebelum nanti ada lagi di KM 379. Jadi dengan jarak lebih dari 150 km, tidak ada SPBU yang bisa ditemui di jalan tol. Pengemudi yang perlu mengisi bensin di antara kedua tempat istirahat tersebut, terpaksa harus keluar dulu dari tol untuk mencari SPBU di kota-kota terdekat, misalnya Tegal, Pekalongan, atau Pemalang.
Kondisi jalan yang berlubang-lubang juga masih ditemui, meski tidak terlalu banyak. Dalam penelusuran kali ini, lubang-lubang mulai ditemukan di titik KM 267 B arah Jakarta dan terlihat ada sejumlah perbaikan tengah dilakukan hingga KM 262 B.
Saat hujan deras di sekitar KM 600 B di kawasan Madiun, Jawa Timur, genangan air juga ditemukan di bagian kanan jalan. Pengendara perlu ekstra hati-hati dengan genangan tersebut karena berisiko menyebabkan aquaplanning yang membuat mobil tidak bisa dikendalikan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F03%2F20190307_ENGLISH-OPINI-PENGELOLAAN-UTANG-PEMERINTAH_A_web_1551959590.jpg)
Kendaraan berpindah jalur di jalan tol Trans Jawa ruas Salatiga-Kartasura di Desa Denggungan, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (22/2/2019). Perbaikan dan penyempurnaan berbagai infrastruktur pendukung masih terus dilakukan di sejumlah titik di ruas tol sepanjang 33 Kilometer yang baru dua bulan beroperasi tersebut.
Kualitas jalan
Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, mengakui, kualitas jalan dan kualitas layanan di Tol Trans Jawa masih banyak dikeluhkan masyarakat. Salah satu persoalan adalah banyaknya lubang genangan air di musim hujan. “Semakin banyak jalan tol, maka ekspektasi masyarakat (untuk kualitas) semakin tinggi. Kami memahami itu,” ujarnya.
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) selaku pengelola Jalan Tol terus didorong untuk mewujudkan pelayanan jalan tol sesuai dengan standar pelayanan minimum (SPM), termasuk di antaranya tidak ada lubang sepanjang waktu.
Namun, kerap terjadi, kondisi jalan bagus hanya terjadi jika akan ada penyesuaian tarif tol. Oleh karena itu, evaluasi terhadap kelayakan kondisi jalan akan dilakukan secara reguler setiap 6 bulan dalam kurun 2 tahun sebelum mendapatkan penyesuaian tarif tol.
“Jalan ketika sudah bagus baru dilaporkan dan kami survei bagus. Sekarang (pola) ini tidak bisa lagi. Rapor (jalan) harus bagus selama 4 semester, baru bisa mendapat penyesuaian tarif. Kalau hanya semester ke-4 yang bagus, kami berencana memberikan penalti berupa penundaan penyesuaian tarif,” katanya.

Pada tahun 2022, pihaknya juga berencana melakukan audit menyeluruh mengenai kualitas jalan, serta aspek keselamatan. Pihaknya sedang menyusun pedoman audit dan pengukuran teknis SPM, sehingga mulai tahun 2022 kualitas jalan bisa lebih terjaga dengan panduan yang baik. Sertifikasi juga akan dilakukan untuk posisi manager pemeliharaan BUJT.
Faktor keselamatan
Danang juga menambahkan, unsur keselamatan sangat penting dan merupakan syarat utama perjalanan. Menurut dia, aspek keselamatan di jalan tol tergolong paling baik dibandingkan di seluruh jalan di Indonesia.
Selama Januari-Oktober 2021, jumlah kecelakaan di jalan tol tercatat 1.304 kasus. Diperkirakan, sampai Desember 2021, ekstrapolasi kecelakaan kurang dari 1.500 kasus. Jumlah kasus kecelakaan itu menurun dibandingkan tahun 2020 sejumlah 2.528 kasus, dan tahun 2019 sebesar 2.626 kasus.
Sementara itu, tingkat fatalitas atau kematian akibat kecelakaan di jalan tol pada Januari-Oktober 2021 mencapai 0,061 korban meninggal akibat kecelakaan (per 100 juta kendaraan/km). Tahun 2020, tingkat fatalitas (FR) adalah 0,105, dan tahun 2019 sebesar 0,12. Penurunan jumlah korban dinilai sejalan dengan penerapan teknologi di jalan tol untuk menekan FR.
“Kami lebih mengutamakan upaya mengurangi kecelakaan dan mengurangi kematian, dibandingkan upaya meningkatkan kecepatan perjalanan di jalan tol. Orang selamat lebih penting daripada cepat sampai tujuan,” katanya.

Selama ini, faktor penyebab kecelakaan tertinggi adalah pengemudi (87 persen), disamping faktor kendaraan (12,5 persen), serta infrastruktur (0,5 persen). Kecelakaan yang diakibatkan pengemudi antara lain kurang antisipasi dan lengah, yakni tidak menjaga jarak aman kendaraan akibat kecepatan terlalu tinggi.
Kecelakaan yang disebabkan kendaraan antara lain kegagalan rem atau kemudi, ban pecah, lampu depan kurang memadai, kelebihan beban (Over Dimension Over Load/ODOL). Adapun kecelakaan infrastruktur disebabkan oleh kondisi jalan berlubang atau jalan rusak.
Pihaknya terus mendorong pemahaman masyarakat untuk menggunakan tol sesuai dengan tingkat kecepatan kendaraan yang didesain, yakni 60-100 km per jam. Semakin tinggi kecepatan, maka risiko kecelakaan semakin tinggi,
Tahun ini, BPJT bekerja sama dengan Badan SAR Nasional juga melakukan uji coba evakuasi sistem medis lewat udara di Tol Trans-Jawa. Uji coba dilakukan di ruas jalan tol layang MBZ dan Jagorawi. Sarana ambulans udara itu untuk mendorong penanganan kecelakaan lebih cepat jika ambulans tidak memungkinkan datang tepat waktu untuk membawa korban ke RS, sehingga tingkat fatalitas akibat kecelakaan bisa terus ditekan.
Ia menambahkan, sebagian korban meninggal akibat kecelakaan juga disebabkan karena telatnya penanganan korban. Tahun 2022, uji coba akan berlanjut di tol Trans-Jawa. Tol Trans Jawa telah didesain memiliki 3 lokasi helipad untuk evakuasi udara, yakni di Semarang, Jakarta-Cikampek, dan Surabaya.
“Kami arahkan (evakuasi lewat udara) ini dapat dijadikan standar penanganan korban di jalan tol supaya tingkat fatalitas bisa ditekan,” ujar Danang.