Sepanjang tahun ini, setidaknya ada 16 bank menerbitkan saham baru untuk menambah modal dengan berbagai skema. Sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), modal inti bank minimal Rp 2 triliun pada akhir tahun ini.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian bank sudah menyelesaikan aksi korporasi untuk menambah modal sebelum tahun berganti. Pada tahun ini, setidaknya ada 16 bank yang menerbitkan saham baru untuk menambah modal dengan berbagai skema. Otoritas Jasa Keuangan menetapkan ketentuan bahwa modal inti bank minimal Rp 2 triliun pada akhir tahun ini.
PT Bank KB Bukopin Tbk, misalnya, baru saja menyelesaikan penawaran umum terbatas dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Dari penerbitan saham baru ini, Bank KB Bukopin mendapatkan dana segar sebesar Rp 7,8 triliun.
Dalam paparan publik virtual, Jumat (17/12/2021), Direktur Bank KB Bukopin Helmi Fakhrudin mengatakan, terjadi kelebihan permintaan ketika KB Bukopin menawarkan saham baru tersebut. ”Ada oversubscribe sebanyak 3,9 miliar saham atau kurang lebih sebesar Rp 780 miliar,” katanya.
Setelah pelaksanaan right issue ini, komposisi pemegang saham Bank KB Bukopin berubah menjadi Kookmin sebesar 67 persen, PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) sebesar 1 persen, dan saham publik 32 persen. Jika dilihat dari domisili investor, kepemilikan perusahaan asing mencapai 72 persen, investor individu domestik 18,7 persen, perusahaan domestik 7,25 persen, dan investor lainnya sebesar 1,97 persen.
Selain Bank KB Bukopin, PT Bank Bumi Arta Tbk juga melaksanakan right issue. Para pemegang sahamnya juga melaksanakan hak untuk membeli saham baru dari Bank Bumi Arta. PT Takjub Finansial Teknologi yang merupakan salah satu start up finansial membeli 110.880.000 saham dengan harga Rp 1.345 per saham. Dengan demikian, Ajaib Grup mengeluarkan dana Rp 149,1 miliar untuk membeli saham Bank Bumi Arta. Pada November lalu, PT Takjub juga telah membeli 24 persen saham Bank Bumi Arta dengan jumlah saham 554.400.000 senilai Rp 746 miliar.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Direktur PT Takjub Financial Teknologi Anderson Sumali mengatakan, tujuan transaksi tersebut adalah untuk melaksanakan hak memesan efek terlebih dahulu. Setelah membeli lagi saham Bank Bumi Arta, persentase kepemilikan PT Takjub Financial Teknologi tetap 24 persen, tetapi jumlah saham meningkat menjadi 665.280.000.
Para pemegang saham Bank Bumi Arta lainnya juga turut melaksanakan hak mereka. PT Budiman Kencana Lestari, misalnya, membeli 61.824.000 saham Bank Bumi Arta senilai Rp 83,15 miliar. Setelah pembelian, PT Budiman Kencana Lestari memiliki 370.944.000 saham atau setara dengan 13,38 persen.
Pemegang saham lain, yakni PT Dana Graha Agung, juga melaksanakan haknya dengan membeli 92.736.000 saham senilai Rp 124,7 miliar. PT Surya Husada Investment juga membeli saham Bank Bumi Arta sebanyak 154.560.000 saham dengan nilai Rp 207,88 miliar.
Bank lain, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu PT Bank Raya Indonesia Tbk, juga melaksanakan penambahan modal lewat skema right issue. Bank Raya merupakan nama baru dari nama sebelumnya PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. Dari keterbukaan informasi di BEI, Bank Raya mendapatkan dana segar Rp 1,15 triliun dari penerbitan saham baru tersebut. Penawaran saham baru itu juga mengalami kelebihan permintaan sebesar 38,5 persen.