Literasi Digital dan Keuangan bagi Perempuan Wirausaha Perlu Diperkuat
Perempuan wirausaha mendominasi porsi bisnis skala mikro. Untuk mendorong mereka naik kelas, pelatihan literasi digital dan keuangan perlu diperbanyak.
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha skala mikro di Indonesia didominasi oleh perempuan. Internet memberi peluang kepada mereka untuk meningkatkan skala bisnis. Agar sukses menggarap peluang ini, perempuan wirausaha perlu mempunyai bekal literasi digital dan keuangan yang memadai.
Demikian benang merah webinar Kompas Talks ”Women in Digital SMEs” yang berlangsung pada Jumat (17/12/2021).
Hadir sebagai pembicara Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Ari Wahyuni, Director of Central Public Affairs Grab Indonesia Tirza R Munusamy, serta Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Riatu Mariatul Qibthiyyah. Turut menjadi pemateri, Co-founder Sehati Sebangsa Indonesia Foundation dan influencer asal Papua, Jeni Karay, serta mitra GrabKios Jayapura, Jessy Sefia Rumpaisum.
Ari Wahyuni menyampaikan, jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia mencapai 64 juta pelaku dan 99,6 persen di antaranya merupakan pelaku usaha mikro yang memiliki omzet kurang dari Rp 2 miliar. Sebanyak 95 persen dari bisnis mikro ini dikelola oleh perempuan.
Sekitar 64 juta pelaku UMKM tersebut menyerap 97 persen tenaga kerja. Mereka juga berkontribusi 60 persen terhadap produk domestik bruto. ”Namun, tingkat digitalisasi atau UMKM yang berkecimpung dengan teknologi digital untuk bisnis masih sekitar 18 persen. Padahal, dengan pemakaian teknologi digital yang maksimal, UMKM bisa memperluas jangkauan sasaran penjualan barang,” ujar Ari.
Jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia mencapai 64 juta pelaku dan 99,6 persen di antaranya merupakan pelaku usaha mikro yang memiliki omzet kurang dari Rp 2 miliar. Sebanyak 95 persen dari bisnis mikro ini dikelola oleh perempuan.
Baca juga : Dibutuhkan Kolaborasi agar UMKM Bisa ”Naik Kelas”
Soal belum semua perempuan wirausaha melek digital, Ari berpandangan, hal itu juga mesti diatasi dengan menyediakan infrastruktur telekomunikasi merata. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkomitmen mendorong perusahaan telekomunikasi seluler membangun infrastruktur telekomunikasi sampai ke pelosok.
”Ketika infrastruktur akses jaringan telekomunikasi terbentuk merata, fasilitas itu akan dipakai oleh pengusaha. Saat bersamaan, perlu diikuti dengan memperbanyak kegiatan literasi-literasi digital,” kata Ari.
Dari sisi serapan pembiayaan kredit, ada 29,8 juta UMKM yang menjadi debitor kredit usaha rakyat dengan nilai penyaluran Rp 923,3 triliun sepanjang 2016-2021. Sekitar 54 persen debitor itu adalah laki-laki.
Sementara sepanjang 2017- 2021, jumlah debitor penerima pembiayaan ultramikro mencapai 5,35 juta, dengan nilai penyaluran sekitar Rp 17,9 triliun. Lebih dari 90 persen debitornya perempuan.
Jeni Karay berpendapat, program-program literasi digital ataupun keuangan kepada pelaku UMKM sudah marak. Hal ini bahkan dilakukan oleh kementerian/lembaga, organisasi masyarakat, dan perusahaan swasta skala besar. Letak persoalannya ada pada cara menyampaikan materi. ”Penyampaian materi literasi semestinya disesuaikan dengan konteks lokal. Bahasa yang dipakai juga seharusnya sederhana,” ujar Jeni.
Sementara Jessy Sefia Rumpaisum mengatakan, di kalangan perempuan wirausaha sebenarnya kerap ada dilema yang menghambat mereka maju. Salah satunya adalah tarik-menarik antara pengelolaan bisnis dan fokus pada rumah tangga. Hal ini bisa terbantu dengan teknologi digital.
Sejumlah perempuan wirausaha masih takut mengeksplorasi teknologi digital. Mereka beranggapan pemanfaatan teknologi digital itu rumit, padahal belum mencoba.
Tantangan lain, sejumlah perempuan wirausaha masih takut mengeksplorasi teknologi digital. Mereka beranggapan pemanfaatan teknologi digital itu rumit, padahal belum mencoba. ”Di era globalisasi seperti sekarang, penggunaan teknologi digital untuk berbisnis mempunyai peluang besar menghasilkan pendapatan. Jangan takut,” kata Jessy.
Pengalaman Grab
Tirza mengatakan, berdasarkan pengalaman Grab, perempuan wirausaha yang menjadi mitra lebih aktif mencoba dan memakai aneka fitur teknologi digital di platform Grab. Perempuan wirausaha yang tergabung sebagai mitra GrabFood juga memanfaatkan hasil analisis mahadata pemesanan makanan untuk inspirasi bisnis mereka selanjutnya.
Menurut dia, salah satu kebiasaan di Grab adalah jemput bola. Dengan kata lain, selama proses mengakuisisi mitra baru, Grab ikut mengenalkan cara penggunaan teknologi informasi untuk kebutuhan bisnis. Kebiasaan ini membuat pelaku UMKM melek digital.
”Kami percaya, ketika perempuan pengusaha terliterasi teknologi digital, itu bermanfaat besar bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Apalagi, (pelaku) UMKM perempuan. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami, mereka mampu memberi keragaman produk yang dibutuhkan pasar,” ujar Tirza.
Riatu Mariatul Qibthiyyah berpendapat, kemunculan aplikasi atau platform internet mendorong orang untuk melek layanan keuangan digital. Saat terpapar informasi kehadiran aplikasi e-dagang, misalnya, UMKM ataupun konsumen harus menggali informasi persyaratan penggunaan.
”Ketika jadi mitra, mereka yang sebelumnya tidak mempunyai rekening bank harus membuat agar bisa mengurus perolehan transaksi. Ini berarti ada peningkatan inklusi keuangan,” ujarnya
Baca juga : ”Nglarisi Jajanan”, Ikhtiar Menyambung Napas Pedagang Kecil