Dorong Pembayaran Nirsentuh, BI Optimalkan Pengembangan QRIS
Pengembangan aneka model pemakaian Standar Kode Baca Cepat Indonesia atau QRIS terus dilakukan Bank Indonesia. Harapannya bisa menarik lebih banyak pengguna untuk bertransaksi nirsentuh dengan QRIS.
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia menyebutkan ada tiga bentuk pengembangan ke depan terkait penerapan Standar Kode Baca Cepat Indonesia atau QRIS. Ketiganya meliputi QRIS transfer-tarik-setor, QRIS lintas negara, dan QRIS bayar kemudian.
Asisten Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Ginanjar menyampaikan hal itu saat menghadiri peluncuran QRIS bagi Mitra Tokopedia, Kamis (16/12/2021), di Jakarta. Mengenai pengembangan QRIS transfer-tarik-setor, ini merupakan fitur yang memungkinkan pengguna melakukan transfer dana serta tarik dan setor tunai menggunakan QRIS di agen.
Pengembangan QRIS lintas batas negara merupakan kerja sama kode baca cepat antarnegara yang dapat dibaca dan ditransaksikan secara resiprokal. Saat ini sedang dilakukan uji coba dengan Thailand dan Malaysia. BI terbuka bekerja sama dengan negara lainnya. Pada 2022, model pengembangan seperti itu akan diperluas sehingga memudahkan transaksi perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
Terkait pengembangan QRIS bayar kemudian, dia menjelaskan bahwa itu merupakan fitur pembayaran QRIS menggunakan sumber dana pinjaman yang disediakan oleh penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi bekerja sama dengan penyedia jasa pembayaran QRIS.
Ginanjar menekankan, BI mendorong pembayaran nirsentuh semakin meluas untuk mendukung pemulihan perekonomian. Penerapan QRIS bisa menjadi alternatif pembayaran nontunai.
Pada tahun ini, bersama Kementerian Perdagangan (Kemendag), BI mulai melakukan uji coba penerapan QRIS di pusat perbelanjaan/mal dan pasar tradisional di 46 kabupaten/kota. Di 46 kabupaten/kota itu berdiri kantor perwakilan BI. Di daerah itu, minimal satu pusat perbelanjaan/mal dan satu pasar menjadi sasaran uji coba implementasi QRIS.
”QRIS sudah hadir di 480 kabupaten/kota di 34 provinsi. Transaksi memakai QRIS masih dominan di Jakarta karena memang besar dan kecilnya transaksi nontunai mengikuti pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah,” ujarnya.
Dengan adanya aneka model pengembangan penggunaan QRIS, dia optimistis hal itu bisa mendorong peningkatan transaksi di luar Jakarta. Jumlah konsumen yang mengadopsi QRIS juga semakin bertambah.
”Pada 2021, kami fokus ke merchant. Jumlah merchant akan kami dorong bertumbuh secara organik pada tahun-tahun mendatang. Adapun pada 2022, kami fokus ke user sehingga kami menargetkan ada kenaikan 15 juta user,” tutur Ginanjar.
Berdasarkan data BI per 10 Desember 2021, jumlah merchant (gerai) menggunakan QRIS telah mencapai 13,6 juta. Jumlah ini melampaui target untuk tahun 2021, yaitu sebesar 12 juta gerai. Dari 13,6 juta gerai, 96 persen di antaranya berlatar belakang pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sisanya, 4 persen merupakan pelaku usaha skala besar.
Dari sisi transaksi, BI mencatat terjadi tren kenaikan. Per akhir November 2021, volume transaksi mencapai sekitar 42,76 juta dan nilainya berkisar Rp 3,36 triliun.
Adapun jumlah penyelenggara jasa pembayaran yang telah menerapkan dan memfasilitasi QRIS mencapai 73 perusahaan. Mereka berlatar belakang perusahaan perbankan dan perusahaan teknologi finansial.
Secara terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira berpendapat, agar transaksi QRIS semakin merata ke seluruh daerah, kerja sama antara platform dompet elektronik dengan pelaku usaha di pasar tradisional dan warung perlu lebih didorong. Sejauh ini, porsi retail dari pasar tradisional dan warung informal mencapai 75 persen dari total retail nasional.
”Pemilik platformnya diberikan insentif khusus, begitu pula dengan pelaku usaha tradisional dan konsumen yang ingin adopsi QRIS. Dana insentifnya bisa berasal dari anggaran pemerintah pusat ataupun APBD. Intinya, harus ada iming-iming dulu sehingga konsumen tertarik melakukan pembayaran digital di pedagang informal,” ujarnya.
Baca Juga: Indonesia dan Thailand Jalin Kerja Sama Sistem Pembayaran Kode QR Antarnegara
Mitra Tokopedia
Head of Regulatory Affairs GoPay Yogi Harsudiono mengatakan, GoPay ikut terlibat saat implementasi awal QRIS, yaitu sekitar tahun 2019. Selama dua tahun terakhir, baik mitra maupun konsumen Gojek telah terbiasa bertransaksi memakai QRIS.
GoPay yang sudah memiliki fitur QRIS akan diterapkan ke puluhan ribu warung kelontong yang tergabung dalam program Mitra Tokopedia. Mereka menyebar di Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung, dan Jabodetabek. Lalu, Bandung, Cirebon, Sukabumi, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, Mataram, Makassar, Manado, dan Pontianak. Jumlah kota/kabupaten asal mitra ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan dua tahun lalu.
Untuk mendorong penetrasi penggunaan QRIS di kalangan pedagang warung kelontong yang tergabung di Mitra Tokopedia, GoPay memberikan berbagai promo sampai triwulan I-2022. Yogi berharap pelanggan pedagang warung kelontong bisa semakin tertarik membayar aneka layanan Tokopedia, seperti grosir dan pembayaran tagihan, memakai QRIS.
”Saat ini, konsumen yang bertransaksi memakai Gopay di gerai-gerai luring meningkat dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Tren ini akan berlanjut,” kata Yogi.
Shopee
Perusahaan transportasi penumpang dan jasa angkutan darat PT Blue Bird Tbk (Blue Bird) memperluas cakupan kerja sama dengan Shopee Indonesia. Sebelumnya, Blue Bird dan Shopee Indonesia telah lebih dahulu meresmikan layanan pembayaran digital ShopeePay sebagai salah satu pilihan metode pembayaran nontunai di aplikasi MyBluebird. Kedua perusahaan juga sebelumnya telah meluncurkan layanan Bluebird Kirim sebagai metode pengiriman berkapasitas daya angkut hingga 200 kilogram di aplikasi Shopee. Kini, layanan pemesanan taksi Blue Bird bisa diakses melalui aplikasi Shopee.
Wakil Direktur Utama PT Blue Bird Tbk (Blue Bird) Andre Djokosoetono mengatakan, pihaknya gencar melakukan transformasi yang ditandai dengan membuka multiproduk dan multisaluran pembayaran. Dia berharap kemitraan Blue Bird dengan Shopee Indonesia bisa mendorong perusahaan meraih kenaikan pertumbuhan pendapatan sampai dua-tiga digit (doble-triple digit growth).
”Shopee Indonesia mempunyai jumlah pengguna yang besar. Tingkat jangkauan layanannya pun luas,” ujarnya.
Mengenai volume pemesanan taksi Blue Bird, Andre mengklaim, porsinya masih lebih besar tercipta di sistem Blue Bird, seperti aplikasi MyBlueBird, dibandingkan dengan sistem daring milik mitra, seperti di aplikasi Gojek dan Shopee Indonesia. Meski demikian, dia optimistis, pemesanan layanan melalui aplikasi milik mitra akan membesar pada tahun-tahun mendatang.
Saat ini pun, perekonomian mulai pulih yang ditandai dengan mobilitas orang yang mulai meningkat. Pada saat bersamaan, warga tidak akan meninggalkan kebiasaan bertransaksi secara daring yang mulai masif terbangun selama pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.
”Kemitraan kami dengan Shopee Indonesia menemukan momentumnya. Warga bisa berbelanja barang di aplikasi Shopee lalu pengirimannya memakai BlueBird Kirim ataupun pesan taksi BlueBird melalui aplikasi Shopee lalu membayar layanan memakai ShopeePay,” papar Andre.
Head of Brands Management and Digital Products Shopee Indonesia Daniel Minardi menyampaikan, kelebihan pemesanan secara daring taksi Blue Bird di aplikasi Shopee adalah efisien. Warga tidak perlu mengunduh aplikasi baru. Cara pembayaran mereka pun dimudahkan karena bisa memakai ShopeePay.
ShopeePay pun turut mendukung penggunaan QRIS dengan menghadirkan fitur ”Upload QRIS dari Galeri Ponsel” yang memungkinkan pengguna mengunggah kode QRIS pada fitur ”Pay” dari ShopeePay. Kemudian, setiap mitra ShopeePay langsung terintegrasi dengan layanan QRIS yang memungkinkan mereka menerima pembayaran dari penyedia layanan pembayaran digital mana pun.
”Pemesanan layanan taksi Blue Bird melalui aplikasi Shopee bisa dilakukan 24 jam. Bentuk kemitraan ini sudah hadir di 16 kota yang menjadi wilayah operasional Blue Bird,” kata Daniel.
Baca Juga: Digitalisasi UMKM dan Wajah Baru QRIS