IdEA: Ada Potensi Kenaikan Transaksi di Hari Belanja Nasional
Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) menyebut tren hasil transaksi selama penyelenggaraan promo Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas yang jatuh setiap 12 Desember menunjukkan kenaikan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas tahun 2021 ditargetkan bisa membukukan nilai transaksi sekitar Rp 13 triliun. Target ini dinilai realistis sebab animo masyarakat untuk berbelanja daring terus meningkat meski di tengah pandemi Covid-19.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga saat dihubungi Minggu (12/12/2021) di Jakarta, menyebutkan, realisasi transaksi Harbolnas tahun 2019 mencapai sekitar Rp 9 triliun. Lalu, ketika pandemi Covid-19 tahun pertama, realisasi transaksinya naik menjadi sekitar Rp 11,6 triliun.
”Minat konsumen terhadap produk buatan lokal yang dijual secara daring tergolong tinggi. Pada tahun 2020, kontribusi transaksi jual-beli produk buatan lokal telah mencapai sekitar 48 persen terhadap total transaksi Harbolnas,” ujar Bima. Hal ini diduga juga disokong dengan adanya program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI).
Gerakan Nasional BBI merupakan program pelatihan dan pendampingan pelaku UMKM agar bisa berjualan secara daring, terutama di platform lokapasar nasional. Sepanjang Mei 2020-Oktober 2020, Gerakan Nasional BBI berhasil meningkatkan jumlah pelaku UMKM berjualan daring sekitar sembilan juta unit usaha. Karena melalui pelatihan dan pendampingan, produk-produk UMKM mengalami peningkatan kualitas.
Bima mengatakan, produk buatan UMKM lokal juga kembali menjadi perhatian selama penyelenggaraan Harbolnas tahun 2021. Dari total target transaksi yang sudah ditetapkan, harapannya, penjualan produk lokal itu bisa berkontribusi sampai 70 persen.
Produk buatan UMKM lokal juga kembali menjadi perhatian selama penyelenggaraan Harbolnas tahun 2021.
Penyelenggaraan Harbolnas berlangsung setiap tanggal 12 Desember. Pada tahun 2021, dia menyebut ada tambahan hari penyelenggaraan, yakni tanggal 11 Desember 2021 dan dikhususkan untuk penjualan produk buatan lokal.
Sebanyak 50 platform e-dagang berpartisipasi dalam penyelenggaraan Harbolnas tahun 2021. Hingga sejauh ini, Bima menyebut belum ada konsumen yang mengadukan keluhan transaksi belanja e-dagang saat Harbolnas.
Hari pertama penyelenggaraan Harbolnas 2021 dikhususkan untuk penjualan produk lokal dengan potongan harga hingga 70 persen dengan minimum transaksi hanya Rp 50.000. Tujuannya adalah menarik konsumen. Program seperti ini pernah dijalankan tahun lalu.
Berdasarkan riset Criteo, perusahaan teknologi periklanan berkantor pusat di Paris (Perancis), promo belanja daring yang berlangsung memakai tanggal unik selalu memikat konsumen. Ini juga berlaku dengan Harbolnas yang biasanya jatuh pada 12 Desember. Penjualan ritel secara daring meningkat di atas 100 persen.
Selain Harbolnas, promo-promo memakai tanggal unik lainnya juga disukai konsumen dan mampu meningkatkan penjualan. Criteo mencontohkan promo Hari Lajang Internasional yang jatuh setiap 11 November meningkatkan penjualan di atas 100 persen dan promo 10 Oktober meningkatkan penjualan 46 persen dibandingkan hari biasa.
”Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, konsumen di Indonesia tetap semangat membeli barang melalui kanal daring dengan memanfaatkan promo tanggal unik, seperti Harbolnas. Bagi jenama, temuan seperti ini bisa dipakai meninjau atau menyusun strategi kampanye promo yang pas,” ujar Head of Mid-Market, Southeast Asia Criteo Mark Gubbles, pekan lalu, di Jakarta.
Sementara itu, anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Heru Sutadi, mengatakan, masyarakat tetap perlu berhati-hati berbelanja daring pada momentum Harbolnas. Selain harus lebih bijak dalam berbelanja, warga diharapkan teliti dan tidak mudah tergiur saat menerima informasi iming-iming diskon besar atau cashback. Cashback adalah hadiah uang tunai atau poin belanja yang diberikan oleh suatu perusahaan setelah seseorang melakukan pembelian barang atau jasa di perusahaan tersebut.
Hingga awal Desember 2021, BPKN menerima 3.177 pengaduan konsumen. Sebanyak 481 pengaduan di antaranya berkaitan dengan layanan e-dagang. Contoh pengaduan adalah kendala pengembalian kembali uang (refund), pencurian informasi pribadi dengan pengambilalihan one time password (OTP), dan proses pemesanan yang bermasalah. Masalah lainnya adalah cashback tidak diperoleh, kupon tidak bisa dipakai, dan garansi layanan yang tidak dipenuhi.
Sepanjang tahun 2020, jumlah pengaduan layanan e-dagang yang diterima BPKN mencapai sekitar 351. Adanya tren pengaduan terkait layanan itu diduga karena selama pembatasan sosial pandemi Covid-19, terjadi lebih banyak pergeseran orang berbelanja secara daring dari sebelumnya belanja secara luring.
Heru menyampaikan, BPKN menyarankan agar warga berbelanja sesuai kebutuhan. Kedua, warga memilih platform e-dagang yang tepercaya. Ketiga, sebagai konsumen, warga perlu menghindari penawaran yang tidak masuk akal.
”Pastikan pula platform e-dagang tujuan memiliki mekanisme layanan pengaduan konsumen yang jelas. Apabila menerima barang tidak sesuai pesanan, konsumen segera mengadu. Konsumen sebaiknya mendokumentasikan sejak barang tiba hingga dibuka sehingga ada bukti untuk memudahkan mengadu jika terjadi ketidaksesuaian,” ujar Heru.