Industri Teknologi Digital Dorong Perkembangan Kota
Pesatnya pertumbuhan industri teknologi digital memicu permintaan properti perkantoran sampai ke luar Jakarta.
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Maraknya perkembangan industri digital memicu perkembangan kota. Sebuah kawasan kota akan semakin maju bila ekosistem digital telah terbentuk.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, kemajuan industri teknologi informasi komunikasi (TIK) membuka peluang pengembangan kota-kota baru.
”Pengembangan kawasan seperti harus tetap mengakomodasi kebutuhan masyarakat setempat, membuka lapangan kerja baru, dan membantu akses pendidikan anak-anak warga lokal,” ujarnya saat menghadiri peletakan batu pertama gedung Knowledge Hub di BSD City, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (8/12/2021).
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate yang hadir saat bersamaan mengatakan, selama pandemi Covid-19, sektor industri TIK di Indonesia tetap tumbuh dua digit. Ini berarti pandemi melahirkan peluang-peluang bisnis TIK yang baru.
Nilai ekonomi internet di Indonesia, sesuai laporan e-Economy SEA 2021, diproyeksikan tumbuh 49 persen dari 47 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 70 miliar dollar AS pada akhir tahun 2021. Kontribusi terbesar datang dari perdagangan elektronik atau e-dagang sebesar 52 persen.
Laporan e-Economy SEA 2021 merupakan hasil riset Google, Temasek Holdings Pte, dan Bain & Company. Ekonomi internet dilihat dalam ukuran nilai barang dagangan (GMV). Lembaga itu meriset sektor e-dagang, media daring, ride hailing, wisata dan perjalanan, jasa keuangan digital, teknologi edukasi, serta teknologi kesehatan (Kompas, 19/11/2021).
Pembangunan gedung Knowledge Hub di kawasan komersial Digital Hub BSD City, pada tahap pertama berdiri di atas lahan seluas 1,1 hektar. Total investasi Rp 750 miliar.
Sementara total kawasan komersial Digital Hub BSD City memiliki luas area 26 hektar dan telah dikembangkan oleh Sinar Mas Land sejak tahun 2016. Kawasan komersial ini diperuntukkan bagi komunitas, institusi pendidikan, pelaku industri kreatif, serta perusahaan rintisan dan multinasional di bidang teknologi digital. Beberapa perusahaan rintisan dan multinasional bidang teknologi digital yang berkantor di kawasan itu adalah Traveloka, Grab, Apple Developer Academy, dan Juniper Networks Inc.
CEO Asset Management Sinar Mas Land Teky Mailoa mengklaim, meski baru akan konstruksi, di gedung Knowledge Hub sudah ada perusahaan rintisan bidang teknologi yang berkomitmen menggunakan. Dia menyebut Sirclo, perusahaan rintisan bidang teknologi solusi layanan e-dagang.
”Dia (Sirclo) telah komitmen memakai 5.000 meter persegi. Perjalanan perusahaan ini menarik, yakni dari memakai area ruko untuk kantor sekitar 800 meter persegi kini akan menggunakan area sekitar 5.000 meter persegi,” ujar Teky.
Selain mengembangkan Knowledge Hub, dia menceritakan bahwa Sinar Mas Land juga menggandeng Mitbana, sebuah perusahaan patungan dari Mitsubishi Corporation (Jepang) dan Surbana Jurong (Singapura), untuk mengembangkan kawasan berorientasi transit atau TOD di Intermoda BSD City yang mengintegrasikan beberapa moda transportasi, termasuk kereta komuter, BSD Link (layanan bus antar-jemput gratis BSD City), bus antar-jemput bandara, dan fasilitas park-and-ride.
"Intermoda TOD juga akan menguji coba solusi mobilitas pintar baru untuk meningkatkan konektivitas antara BSD City dan Jakarta,” imbuhnya.
Baca Juga: Properti Semakin Fleksibel
Menantang
Sementara itu, konsultan properti Colliers International melalui laporan riset properti kantor tanggal 6 Oktober 2021 menyebut industri properti perkantoran di Jakarta masih menantang, tetapi prospeknya menjanjikan. Di kawasan bisnis atau CBD, secara kumulatif, pasokan mencapai 6,96 juta meter persegi. Laporan itu memperkirakan total pasokan pada 2021 akan tumbuh 1,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Jumlah total ruang kantor akan tumbuh secara substansial karena beberapa gedung perkantoran kelas premium akan selesai pada tahun 2022-2023. Di CBD, pasokannya stagnan 3,63 juta meter persegi pada triwulan III-2021. Namun, di luar area CBD, laporan itu menyebut ada tambahan sekitar 100.000 meter persegi pada triwulan IV-2021, yang mencerminkan pertumbuhan 4,4 persen dibanding tahun lalu.
”Kami mengantisipasi lebih banyak pasokan mulai 2024 dan seterusnya, dengan harapan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif,” tulis Colliers.
Tren okupansi properti perkantoran dilaporkan masih menurun. Di CBD, okupansi terus mengalami penurunan yang telah terlihat sejak tujuh triwulan terakhir. Tingkat hunian properti perkantoran rata-rata tercatat 78,7 persen di triwulan III-2021, atau turun 0,7 persen per triwulan sejak triwulan I-2020.
Tingkat hunian diperkirakan akan relatif stabil di triwulan IV-2021, tetapi masih mencerminkan penurunan 2,6 persen tahun ke tahun. Meski terdapat indikasi komitmen penyewa terhadap jumlah pasokan kantor baru yang cukup besar pada tahun 2022, stok baru dan tingkat penyerapan tidak akan seimbang, yang berarti tingkat hunian kemungkinan akan terus menurun pada 2022.
Area properti perkantoran di luar CBD juga mengalami penurunan tingkat hunian menjadi 77,8 persen pada triwulan III-2021, turun 0,6 persen triwulan ke triwulan. Sama seperti di CBD, tingkat hunian properti perkantoran di luar CBD terus menurun sejak pertengahan 2020. Laporan itu memperkirakan tingkat huniannya mencapai sekitar 76 persen pada triwulan IV-2021, turun sekitar 4 persen secara tahunan.
”Permintaan diperkirakan akan meningkat 1,0-1,5 persen per tahun pada tahun 2021-2025. Sektor industri logistik, farmasi, teknologi, dan energi akan mendorong permintaan perkantoran. Preferensi penyewa terhadap bangunan berkualitas tinggi, berteknologi tinggi, dan meningkatkan kesehatan akan semakin kuat pada masa depan,” tulis Colliers.
Baca Juga: Menatap Masa Depan Bisnis Perkantoran