Bursa Efek Indonesia dan Yayasan Kehati Luncurkan Indeks Baru
Bursa Efek Indonesia dan Yayasan Kehati meluncurkan dua indeks baru yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para investor yang ingin melihat aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam portofolionya.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan untuk melihat faktor lingkungan dan tata kelola yang baik dari sebuah perusahaan, tidak hanya dari kinerja keuangan, semakin meningkat belakangan ini. Bursa Efek Indonesia dan Yayasan Kehati meluncurkan dua indeks baru yang didasarkan pada perhitungan lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, and governance (ESG).
Dua indeks baru yang akan diluncurkan adalah Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati dan ESG Quality 45 IDX Kehati. Indeks ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan investor yang ingin melihat aspek ESG dalam portofolionya. Indeks IDX Kehati Leaders dan indeks IDX Kehati Q45 dapat menjadi acuan bagi produk reksa dana dan exchange traded fund (ETF). Indeks ini akan diluncurkan pada 20 Desember 2021.
”Investor tidak hanya memperhatikan aspek keuntungan, tetapi juga menempatkan investasi pada perusahaan dan aset yang menerapkan ESG dan tata kelola yang baik,” kata Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi, Rabu (8/12/2021).
Dia menambahkan, investasi yang berbasis ESG telah menjadi perhatian utama dan mengalami tren peningkatan di pasar keuangan global dan domestik. Dana kelolaan investasi dari perusahaan manajer investasi yang tergabung dalam Principle for Responsible (PRI) terus meningkat, yakni rata-rata 15 persen per tahun. Saat ini dana kelolaan dalam PRI sebesar 121 juta dollar AS.
Direktur Kehati Riki Frindos menambahkan, peluncuran dua indeks baru yang berdasarkan pada ESG ini merupakan tanggapan atas permintaan dari para pengelola dana. ”Baik indeks IDX Kehati Leaders maupun IDX Kehati Q45 merupakan terbaik di bidang masing-masing menurut skor ESG dan keuangannya,” kata Riki.
Di Indonesia, produk reksa dana dan ETF yang berbasis ESG semakin banyak. Hingga Oktober 2021, ada 15 produk reksa dana dan ETF yang berbasis ESG. Adapun dana yang dikelola sebesar Rp 3,3 triliun. Pada tahun 2017, hanya ada tujuh produk reksa dana dengan dana kelolaan Rp 730 miliar.
Perusahaan teknologi
Konstituen dari kedua indeks baru ini sebagian berasal dari emiten di sektor finansial. Emiten dari sektor teknologi belum masuk ke dalam konstituen kedua indeks ini. Riki Frindos mengatakan, tidak ada emiten dari sektor teknologi bukan berarti perusahaan teknologi tidak menjalankan bisnis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip ESG. Hanya saja, untuk sementara ini emiten-emiten dari sektor tersebut belum lolos klasifikasi dalam proses penyaringan kedua indeks tersebut.
Aulia Nurul, salah satu anggota tim Yayasan Kehati, menjelaskan, indeks ESG Sector Leader adalah indeks yang berisi saham pilihan dari setiap sektor yang ada di bursa. Ada 48 emiten yang menjadi konstituen indeks ini. Emiten itu berasal dari sektor infrasruktur yang mendominasi, yakni hingga 21,57 persen. Selain itu, ada emiten dari sektor keuangan sebesar 19,61 persen dan sektor bahan baku dengan bobot 13,73 persen.
Emiten ini sudah melewati berbagai tahap seleksi. Aulia menjelaskan, dari sekitar 700 emiten yang ada di bursa, sudah dipilih saham yang bisnis intinya tidak masuk ke dalam sembilan sektor yang berdampak negatif. Selain itu, emiten tersebut memiliki kinerja keuangan baik. Selanjutnya, saham-saham itu dinilai dengan kriteria ESG. Saham yang memiliki nilai dalam batas minimal sudah masuk ke dalam daftar ESG Kehati Universe.
Dari daftar ini, diseleksi lagi berdasarkan sektor-sektor yang ada di bursa. Emiten yang memiliki skor di atas rata-rata akan dipilih dan dimasukkan ke dalam indeks.
Adapun indeks ESG 45Q merupakan indeks yang berisi saham-saham mempertimbangkan skor ESG dan kinerja keuangan yang baik. Konstituen dalam indeks ini diseleksi juga dari ESG Kehati Universe. Dari sisi kinerja keuangan, emiten-emiten itu akan dinilai dari profitabilitas, permodalan, dan stablitas keuangan.
Indeks ini berisi 45 emiten. Emiten terbanyak, yakni 10 emiten, berasal dari sektor infrastruktur, sementara 9 emiten lain dari sektor keuangan, 8 emiten sektor bahan baku, 5 emiten sektor barang konsumen primer, 3 emiten sektor barang konsumen non primer, 3 emiten sektor energi, 2 emiten sektor kesehatan, dan ada 2 emiten sektor properti.