Zoom Kuasai Setengah Pasar Platform Konferensi Video di Indonesia
Penyedia aplikasi konferensi video Zoom Communications Inc atau Zoom berusaha memenangi pangsa pasar di Indonesia dengan menawarkan layanan yang mudah diakses serta terintegrasi dengan sistem lain.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Penyedia platform konferensi video Zoom Video Communications Inc (Zoom), sesuai riset Synergy Research Group, telah menguasai 50,4 persen pangsa pasar di Indonesia. Zoom berkomitmen meningkatkan penetrasi dengan cara membuat platformnya mudah diakses di berbagai kondisi jaringan internet, andal, dan dapat dikolaborasikan dengan platform lain.
Riset Synergy Research Group (SRG) ini terangkum di dalam laporan Indonesia Revenue for Cloud Video Conferencing and Infrastructure Market Q1-2019 to Q2-2021.
Head of Zoom Asia Pasifik Ricky Kapur mengatakan, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 145 juta orang. Sebagian di antaranya merupakan pengguna asli teknologi digital atau digital native. Digital native merupakan generasi yang lahir dan tumbuh berkembang di lingkungan masyarakat yang sudah mengadopsi teknologi digital.
Dari sisi segmen pelaku usaha, dia menyebut sejumlah perusahaan di Indonesia yang memakai platform Zoom, juga termasuk digital native. Ini marak terjadi selama pandemi Covid-19.
”Pola komunikasi hibrida tidak akan menghilang saat pandemi Covid-19 usai. Cara perusahaan menerapkan bekerja jarak jauh dan dari kantor secara bersamaan akan tetap berkembang pada masa depan karena sudah ada bukti efisiensi. Di situlah, kami percaya platform Zoom akan tetap dipakai,” ujar Ricky dalam wawancara terbatas dengan media nasional, Jumat (3/12/2021), di Jakarta.
Sebagai salah satu pasar terpenting bagi Zoom, Indonesia dinilai masih memiliki kondisi kualitas jaringan internet yang tidak merata. Oleh karena itu, dia menyampaikan bahwa pengembangan Zoom akan semakin demokratis. Artinya, bisa dijalankan pada kondisi kualitas jaringan internet yang relatif masih kurang bagus, seperti di luar kota besar.
Fitur bahasa nasional di setiap negara juga terus dikembangkan oleh Zoom. Saat ini, Zoom sudah menghadirkan 30 bahasa.
Secara sistem platform pun semakin bisa diintegrasikan dengan sistem yang dikembangkan oleh mitra pengguna. Di Indonesia, Zoom telah bermitra dengan Telkomsel untuk menyediakan aplikasi CloudX 2.0. Aplikasi video konferensi ini ditujukan khusus bagi segmen korporasi. Dilihat dari sektor industri, pengguna Zoom di Indonesia bervariasi. Ricky mencontohkan, sektor perbankan, misalnya, memanfaatkan platform Zoom untuk verifikasi calon nasabah secara jarak jauh.
Secara global, bisnis Zoom tumbuh 35 persen per tahun. Zoom sedang mencoba memonetisasi platform konferensi video dengan cara memasang program iklan. Pengujian cara ini sedang dilakukan, tetapi belum sampai di Indonesia.
”Pendapatan bisnis kami di Asia Pasifik tumbuh 45 persen. Dengan pangsa pasar kami di Indonesia yang telah mencapai setengah dari industri, kami menilai Indonesia merupakan pasar strategis di wilayah Asia Pasifik,” kata Ricky.
Dia menambahkan, pihaknya mengakui sekarang telah berkembang aneka platfrom sejenis di Indonesia. Zoom memilih fokus mendengarkan kebutuhan penggunanya agar bisa tetap memenangi persaingan.
Mengutip Reuters, pendapatan Zoom pada triwulan III-2021 tumbuh melambat. Tingkat pertumbuhannya sebesar 35 persen. Hal ini diduga karena permintaan untuk platform konferensi video mereda seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial karena pandemi Covid-19.
Analis senior di Third Bridge, Joe McCormack, berpendapat, Zoom harus bersaing ketat dengan penyedia platform video konferensi lain, seperti Cisco Webex dan Teams dari Microsoft. Untuk mempertahankan penggunanya, Zoom meluncurkan berbagai penawaran baru, antara lain fitur Events, layanan panggilan berbasis komputasi awan Zoom Phone, dan pertemuan di kantor Zoom Rooms.
”Penetrasi bisnis Zoom Rooms dan Zoom Phone mungkin bisa tembus 5 persen atau di bawah itu. Situasi ini menyiratkan masih banyak ruang pertumbuhan perlu diraih Zoom meski hanya memakai fitur mereka yang sudah ada,” katanya.
Di dunia, Zoom juga sedang menghadapi sejumlah tantangan lain. Misalnya, gugatan atas masalah privasi dan keamanan. Mengutip tulisan Zoom Might Pay You $25 as Part of Class-Action Settlement di The Verge (2/12/2021), ada dua kelompok yang berhak mengajukan klaim.
Kelompok pertama yang berlangganan aplikasi Zoom Meetings antara 30 Maret 2016 dan 30 Juli 2021. Kelompok ini dapat mengajukan klaim sebesar 25 dollar AS atau 15 persen dari jumlah biaya langganan yang dibayarkan. Kelompok kedua ialah pengguna yang mendaftar, menggunakan, membuka, atau mengunduh aplikasi Zoom Meeting antara 30 Maret 2016 dan 30 Juli 2021. Kelompok ini dapat mengajukan klaim sebesar 15 dollar AS.