Kebijakan Moneter BI Tahun Depan Kedepankan Stabilitas
Kebijakan moneter tahun depan akan lebih menekankan pada menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan. Ini untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang bisa mengguncang nilai tukar dan stabilitas.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan moneter tahun depan akan lebih menekankan menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan. Namun, BI juga tetap menjalankan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
”Kebijakan moneter akan lebih kepada prostabilitas dengan tetap mendorong pemulihan ekonomi,” ujar Perry pada acara bertajuk ”Bank Indonesia Bersama Masyarakat (Birama): Sinergi Mendorong Pemulihan Ekonomi”, Kamis (2/12/2021).
Perry menjelaskan, kebijakan moneter yang lebih condong untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan itu diambil untuk menyikapi ketidakpastian global. Salah satunya adalah normalisasi kebijakan moneter negara-negara dunia yang bisa memicu fluktuasi nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan Indonesia. Untuk itu, BI bersama pemerintah yang bersama-sama tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas terjaga.
”Kami akan jaga stabiltas nilai tukar dan memastikan likuiditas perbankan yang tengah berlebih ini akan kami kurangi sedikit demi sedikit dengan berhati-hati,” kata Perry.
Selain itu, pihaknya berencana meningkatkan tingkat suku bunga acuan perbankan ketika sudah ada indikasi kenaikan inflasi. Sampai dengan Oktober, inflasi berada pada level 1,66 persen. Ini jauh di bawah target inflasi BI, yakni 3 persen dengan deviasi 1 persen lebih besar atau lebih kecil. Sepanjang tahun inflasi terjaga 1,3-1,6 persen. Adapun tahun depan, target inflasi sama seperti tahun ini, yakni 3 persen dengan deviasi 1 persen lebih besar dan lebih kecil.
Meski mengakui bakal lebih condong untuk menjaga stabilitas, Perry menjelaskan, di sisi lain, kebijakan moneter BI juga akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, ada empat kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Yang pertama adalah menjalankan kebijakan makroprudensial yang longgar dengan mendorong penyaluran kredit perbankan dan pembiayaan ke sektor riil. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan makin besarnya kucuran kredit dari perbankan atau lembaga keuangan ke dunia usaha. Makin besar pertumbuhan penyaluran kredit, makin cepat pula pertumbuhan ekonomi bisa terdorong.
Kebijakan yang kedua adalah dengan digitalisasi sistem pembayaran. BI mendorong perluasan penggunaan QRIS (quick response Indonesia standar) serta pemberlakuan BI-Fast sebagai sistem layanan transaksi pembayaran. Adapun kebijakan ketiga adalah pendalaman pasar uang dan valuta asing. Sementara kebijakan keempat yakni pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta ekonomi dan keuangan syariah.
Perry menambahkan, tahun depan BI menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran 4,7-5 persen, bertumbuh dari 2021 yang diperkirakan pada kisaran 3,2-4 persen. Tahun depan, penyaluran kredit perbankan diperkirakan bisa tumbuh 6-8 persen.
”Tahun depan ekonomi kita akan lebih baik menuju pemulihan,” ujar Perry.
Pada kesempatan yang sama, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Sekar Utami, menyampaikan, kebijakan BI untuk lebih menjaga stabilitas cukup berdasar. Ini mengingat ketidakpastian global di tengah munculnya varian baru virus korona serta melonjaknya inflasi di sejumlah negara sehingga memicu normalisasi pelonggaran kebijakan moneter mereka.
Di sisi lain, kata Utami, BI juga perlu mendorong pertumbuhan ekonomi. Tren kenaikkan inflasi sudah mulai terjadi dalam beberapa bulan terakhir, tetapi jumlahnya belum signifikan. Insentif fiskal dari APBN masih besar porsinya untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), tetapi BI juga bisa lebih berperan dalam hal ini.
”Walaupun prediksi tahun depan ekonomi terus membaik, tetap harus berhati-hati di tengah munculnya varian baru Covid-19. Berbagai upaya mendorong pemulihan ekonomi dalam negeri perlu terus dilakukan,” kata Utami.
Senada dengan Utami, ekonom PT Bank Danamon Tbk, Wisnu Wardana, mengatakan, BI perlu terus mewaspadai kondisi global yang diliputi ketidakpastian. Namun, juga BI punya peran besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.