Sirkuit Mandalika menggeliatkan ekonomi NTB dan Indonesia. Kendati bergantung pada musim ajang balap, keberlanjutannya tetap perlu dijaga. Jangan tinggalkan kearifan lokal dan masyarakat setempat.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, membawa Indonesia semakin mendunia. Sumber ekonomi baru, yakni wisata olahraga, muncul, kendati akan bersifat musiman. Era ”Bali baru” ini tetap perlu dijaga keberlanjutannya.
Meski tertatih-tatih mengatasi sejumlah kendala, dua ajang balap tingkat internasional berhasil digelar di sirkuit senilai Rp 1,5 triliun tersebut. Kedua ajang itu adalah Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) dan Asia Talent Cup (ATC) pada 19-21 November 2021. Pemerintah mengeklaim ajang balapan itu disaksikan 1,6 miliar penduduk dunia.
Sirkuit ini akan semakin tenar lantaran akan menjadi tuan rumah seri kedua MotoGP 2022 pada 18-20 Maret yang didahului dengan tes pramusim MotoGP 2022 pada 11-13 Februari. Seri kedua MotoGP 2022 itu akan digelar bersama dengan seri kedua ATC 2022. Kemudian, pada November 2022, WSBK akan kembali hadir di sirkuit tersebut.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan potensi ekonomi WSBK sekitar Rp 550 miliar per sekali balapan. Adapun perusahaan pelat merah, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC, menyebutkan, WSBK dan MotoGP bisa menyerap hingga 7.945 tenaga kerja, termasuk 3.000 pekerja dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
ITDC juga mencatat, ajang WSBK mampu menciptakan dampak ganda terhadap perekonomian daerah. Okupansi hotel yang sebelumnya rata-rata hanya 15 persen meningkat menjadi 95 persen. Omzet rata-rata jasa penyewaan transportasi juga melonjak dari Rp 10 juta-Rp 15 juta per bulan menjadi sekitar Rp 70 juta selama ajang itu berlangsung.
Potensi ekonomi WSBK sekitar Rp 550 miliar per sekali balapan. WSBK dan MotoGP bisa menyerap hingga 7.945 tenaga kerja, termasuk 3.000 pekerja dari kalangan UMKM.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah juga memperoleh tambahan pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak hiburan sebesar 15 persen, pajak parkir 30 persen, serta pajak restoran dan hotel 15 persen. Jumlah tenaga kerja yang terserap di ajang WSBK sebanyak 1.475 orang.
Jumlah tersebut termasuk warga enam desa penyangga kawasan itu. Mereka, antara lain, bekerja sebagai marshal, petugas penanganan Covid-19, kru medis, kru acara, pengawas dan pengendali kerumunan, dokumentasi, perawatan fasilitas, tiket, serta kebersihan dan pengelolaan sampah.
Kehadiran Sirkuit Mandalika menjadikan Lombok Tengah yang 72 persen penduduknya bekerja di sektor pertanian sebagai motor penggerak ekonomi NTB. Selama ini ekonomi NTB ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan; serta pariwisata.
Pada triwulan III-2021, produk domestik bruto regional (PDRB) NTB tumbuh 2,42 persen secara tahunan. Sebelumnya, pada triwulan I dan II-2021, ekonomi NTB tumbuh masing-masing minus 1,17 persen dan 4,76 persen.
Pembangunan Sirkuit Mandalika dan sejumlah infrastruktur penopangnya membuat sektor konstruksi tumbuh tertinggi sebesar 14,82 persen pada triwulan III-2021. Ini melanjutkan tren pertumbuhan pada triwulan II-2021 yang sebesar 14,98 persen.
Sektor ini diperkirakan masih tumbuh seiring dengan geliat investasi di KEK Mandalika. Pada 2021, ada 16 investor yang berinvestasi senilai total Rp 4,28 triliun. Selain pembangunan sirkuit dan fasilitasnya, investasi itu juga menyasar pengolahan air bersih dan yang paling dominan adalah pembangunan hotel.
Sektor lain yang akan menopang ekonomi NTB adalah pertambangan, terutama tembaga dan emas yang harganya tengah melambung. Pada 2023, nilai tambah tembaga akan meningkat setelah smelter tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara selesai.
Menjaga keberlanjutan
Geliat pariwisata dan pertambangan itu menjadi pengungkit dan penjaga lapangan kerja di tengah pandemi Covid-19. Tingkat pengangguran terbuka di NTB pada Agustus 2021 sebesar 3,01 persen, turun dari Agustus 2020 yang sebesar 4,22 persen. Pada periode itu pula, terjadi penambahan tenaga kerja sebanyak 81.430 orang.
Lapangan usaha dengan serapan tenaga kerja yang tinggi antara lain pertambangan dan galian (33,02 persen), penyediaan akomodasi dan makan-minum (19,26 persen), industri pengolahan (8,52 persen), serta konstruksi (4,6 persen). Adapun lapangan usaha utama yang jumlah pekerjanya turun adalah pertanian (minus 5,97 persen).
Kendati bersifat musiman, ke depan, penyelenggaraan berbagai ajang balap internasional di Sirkuit Mandalika akan semakin menumbuhkan pariwisata NTB dan sektor-sektor lain yang terkait. Hal ini perlu dibarengi pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia setempat, transisi mata pencarian, dan penguatan UMKM khas daerah itu.
Pelestarian lingkungan dan kearifan lokal masyarakat juga tetap perlu dijaga. Jangan sampai investasi yang masuk justru mengabaikan hal itu, bahkan meminggirkan masyarakat setempat.
Pelestarian lingkungan dan kearifan lokal masyarakat juga tetap perlu dijaga. Jangan sampai investasi yang masuk justru mengabaikan hal itu, bahkan meminggirkan masyarakat setempat. Sebuah langkah positif telah diambil, yaitu memperkuat citra Mandalika dengan storynomics berbasis folklor Putri Mandalika.
Peran badan usaha milik negara menggeliatkan ekonomi daerah juga perlu berlanjut. Perusahaan-perusahaan pelat merah dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah, swasta, pelaku ekonomi kreatif, dan komunitas setempat untuk menciptakan kegiatan alternatif di Sirkuit Mandalika agar tak hanya bergantung pada musim berbagai ajang balap.
Euforia atas keberhasilan menjulangkan Mandalika dan Indonesia boleh saja. Namun ingat, pandemi Covid-19 masih belum usai. Munculnya virus korona varian baru, seperti Omicron, menjadi alarm untuk terus berhati-hati membuka berbagai aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata, dan menggelar ajang balap.