Transaksi keuangan digital di Sumatera Selatan tidak merata karena hanya terfokus di Kota Palembang. Terbatasnya sarana dan masih minimnya pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan digital menjadi kendala.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Dua Kode QR Standar Indonesia (QRIS) milik I Desak Made Oka (55) dipajang di lapak dagangannya, Jumat (5/11/2021), di Pasar Tanawangko, Minahasa, Sulawesi Utara.
PALEMBANG, KOMPAS — Transaksi keuangan digital di Sumatera Selatan tidak merata karena hanya terfokus di Kota Palembang. Terbatasnya sarana infrastruktur dan masih minimnya pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan digital menjadi kendala utama. Padahal, sektor ekonomi digital sangat penting untuk menciptakan sumber ekonomi baru di Sumsel.
Hal ini mengemuka dalam pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital ”Digital Kito Galo”. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo, Rabu (1/12/2021), mengatakan, di masa pandemi, pertumbuhan ekonomi digital sangat signifikan. ”Digitalisasi terakselerasi di masa pandemi dan mendukung pemulihan ekonomi regional,” katanya.
Dia merinci pada triwulan III tahun 2021 transaksi uang elektronik di Sumatera Selatan mencapai Rp 1,68 triliun atau meningkat 27,97 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun transaksi jual beli secara elektronik (electronic commerce) telah mencapai Rp 1,9 triliun atau meningkat 89,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara penyewa (tenant) yang sudah menyematkan Kode QR Standar Indonesia (Quick Response Code Indonesian /QRIS) dalam usahanya mencapai 332.886 unit atau sekitar 96,68 persen dari target pencapaian di tahun 2021. ”Saya berharap pada akhir tahun ini target bisa tercapai,” ujar Hari. Dengan data ini, keuangan digital menjadi pertumbuhan ekonomi baru selain dua sektor lainnya, yakni usaha mikro kecil menengah dan keuangan syariah.
Namun, dia mengakui, aktivitas keuangan digital di Sumatera Selatan masih terkonsentrasi di Palembang. ”Sebanyak 60 persen aktivitas keuangan digital masih terkonsentrasi di Palembang,” ujarnya. Padahal, ekonomi digital menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru selain keuangan syariah dan UMKM.
Digitalisasi terakselerasi di masa pandemi dan mendukung pemulihan ekonomi regional. (Hari Widodo)
Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, antara lain terbatasnya sarana, terutama keberadaan sinyal di wilayah pelosok. Kesulitan ini terjadi di sejumlah wilayah perairan atau di kawasan perbukitan. Selain itu, masih banyak warga yang belum bankable. Namun, sebenarnya penggunaan ekonomi digital, kata Hari, menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan produk bank lebih lanjut kepada masyarakat.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah konsumen membeli sejumlah bahan kebutuhan pokok, seperti cabai, dan bawang, di Pasar KM 5, Palembang, Senin (12/4/2021). Jelang Ramadhan, harga bahan kebutuhan pokok tersebut turun.
”Karena Bank Indonesia tidak bisa bekerja sendiri,” kata Hari. Maka, upaya memperluas ekonomi digital di Sumsel dilakukan dengan menyasar sejumlah ekosistem, seperti elektronifikasi transaksi pemerintah daerah, transportasi dan jalan tol, bantuan sosial nontunai dan penggunaan QRIS. Hal yang paling sederhana yakni memperkenalkan transaksi digital kepada pedagang di 13 pasar di Palembang.
”Ternyata banyak yang antusias. Tidak hanya pedagang milenial, tetapi mereka yang sudah senior pun ikut memasang QRIS,” ujarnya. Namun, kata Hari, tidak semua pedagang yang bisa menggunakannya karena pada tahun ini masih pada tahap pengenalan. Ke depan, kami akan fokus pada perluasan ekonomi digital.
Transaksi digital
Sebenarnya penggunaan transaksi digital selain lebih mudah dan aman juga akan mempermudah pihak perbankan untuk menilai kondisi keuangan dari pedagang tersebut sebelum memberikan kerja sama dalam bentuk pemberian kredit.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sebuah pergelaran busana digelar di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (21/8/2020). Ini merupakan pergelaran pertama setelah pandemi. Acara ini diharapkan dapat membangkitkan kembali gairah pengrajin songket dari keterpurukan.
Direktur Operasional Perum Daerah Pasar Jaya Palembang Saiful mengatakan, digitalisasi merupakan upaya pasar untuk menyesuaikan diri pada perkembangan zaman. Menurut dia, jika pasar tradisional tidak menyesuaikan diri, maka akan ditinggalkan. ”Namun, yakinlah pasar tradisional tidak akan mati tetapi terus menyesuaikan diri,” katanya.
Namun, dalam implementasinya masih banyak pedagang yang mengalami kendala. ”Masih banyak yang memilih menggunakan uang tunai karena bisa langsung diputar kembali,” katanya. Selain itu, masalah sinyal juga menjadi kendala karena di dalam pasar banyak aktivitas pedagang yang mungkin akan berpengaruh pada keberadaan sinyal.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya menginstruksikan setiap pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan percepatan ekonomi digital. Menurut dia, pemanfaatan ekonomi digital akan lebih aman dan sudah menjadi gaya hidup.”Dengan transaksi nontunai, masyarakat tidak perlu khawatir akan menjadi korban kejahatan dan terlihat lebih keren,” ujarnya.