Destinasi baru wisata olahraga di Nusa Tenggara Barat perlu menciptakan nilai tambah dan standardisasi layanan. Potensi dan keunggulan lokal menjadi kunci diversifikasi wisata.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Diversifikasi wisata di Nusa Tenggara Barat perlu terus dikembangkan agar bernilai tambah dengan berbasis keunggulan lokal. Mandalika di Lombok, NTB, yang tengah digarap menjadi destinasi wisata olahraga berskala internasional harus diimbangi dengan peningkatan standar mutu layanan dan produk.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengemukakan, Mandalika yang termasuk cagar biosfer Rinjani telah mendapat pengakuan dunia melakui UNESCO. Potensi besar Mandalika yang juga termasuk destinasi superprioritas perlu dioptimalkan melalui kolaborasi seluruh pihak sehingga kegiatan wisata yang ditawarkan dapat menggerakkan ekonomi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal.
”Mandalika memiliki potensi dan menawarkan pengalaman tak terbantahkan terkait alam dan olahraga,” ujar Sandiaga, dalam Konferensi Internasional ”Mandalika” Infinity Experiences of Natura and Sport Tourism”, yang diselenggarakan Kementerian Pawisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan harian Kompas secara hibrida, Rabu (1/12/2021).
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani mengemukakan, aktivitas pariwisata luar ruangan bukan hal baru karena NTB memiliki jalur pendakian Gunung Rinjani yang tersohor di internasional. Diversifikasi produk wisata dengan menggarap ajang wisata olahraga berskala internasional harus diimbangi lompatan pengembangan bisnis dengan melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
Sekretaris Pemerintah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi mengemukakan, pariwisata di NTB telah mengalami tiga fase evolusi, yakni fase tradisional, pertumbuhan, dan perkembangan. Citra awal sebagai destinasi berlibur dan bulan madu telah berkembang dengan ikon baru sebagai penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konvensi, dan pameran (MICE) nasional dan internasional, serta destinasi wisata halal.
Potensi besar Mandalika yang juga termasuk destinasi superprioritas perlu dioptimalkan melalui kolaborasi seluruh pihak sehingga kegiatan wisata yang ditawarkan dapat menggerakkan ekonomi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal.
Namun, pada masa pandemi, kegiatan MICE tertekan sehingga destinasi luar ruangan (outdoor) mulai dikembangkan sebagai daya tarik wisata baru. Wisata olahraga kini menjadi salah satu fokus yang digarap serius di NTB, terutama ditopang kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Penyelenggaraan ajang World Superbike bulan November 2021 juga telah mempercepat pengembangan infrastruktur, fasilitas pariwisata, dan kapasitas bandar udara. Mandalika kini bersiap menjadi tuan rumah perhelatan MotoGP Mandalika pada Maret 2022.
”Kita dituntut meramaikan dan mencari acara yang relevan di tengah pandemi. Dengan aksesibilitas semakin lancar, investor akan terus datang. Pariwisata diharapkan membangkitkan perekonomian di NTB yang sebelumnya tergerus akibat pandemi,” ucap Lalu.
Pengalaman
Country Manager VITO Perancis Ekawati Moncarre mengemukakan, evolusi pariwisata Lombok selama 2015-2018 telah meningkatkan kunjungan wisata secara signifikan, yakni mencapai 37,5 persen. Bagi sebagian turis Eropa, Lombok diibaratkan Bali pada 30 tahun lalu, yang tidak terlalu ramai dan menawarkan petualangan wisata alam terbuka yang sangat menarik.
Upaya menciptakan nilai tambah wisata perlu mengangkat produk lokal, kuliner khas, dan wisata unggulan. Lombok memiliki sejumlah produk lokal unggulan, seperti madu, kopi, tenun, dan daun kelor (moringa). Inovasi dan kreasi produk lokal perlu melibatkan semua pihak, antara lain, edisi khusus makanan dan kerajinan tenun untuk ajang internasional dan atraksi khas lokal, sehingga nilai tambah wisata mendatangkan keuntungan bagi masyarakat lokal.
”Pariwisata perlu memberikan pengalaman bagi wisatawan, tidak sekadar produk. Pengalaman yang tidak bisa dilupakan akan disebarkan kepada orang lain dan meningkatkan nilai tambah pariwisata,” ujarnya.
Penyelenggaraan ajang World Superbike bulan November 2021 juga telah mempercepat pengembangan infrastruktur, fasilitas pariwisata, dan kapasitas bandar udara.
Pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, M Firmansyah, mengemukakan, Mandalika merupakan episentrum baru perekonomian NTB. Ajang World Superbike 2021 di Mandalika berkontribusi terhadap pendapatan daerah hingga Rp 69 miliar. Pengembangan wisata Mandalika harus menciptakan interkoneksi dengan kawasan wisata lain di NTB sehingga tumbuh bersama. ”Majunya Mandalika harus ikut memajukan kawasan wisata lain,” katanya.
Tantangan pengembangan pariwisata bernilai tambah adalah menyamakan standar mutu layanan dan produk sesuai keinginan tamu dan sesuai kemampuan pelaku usaha. Diperlukan peta jalan pengembangan pariwisata dengan melibatkan asosiasi hotel, restoran, dan pelaku UMKM. Dengan demikian, UMKM bisa naik kelas.
”Tantangan terbesar adalah menyamakan standar mutu produk dan layanan sehingga ada standar yang berkesinambungan. Oleh karena itu, peta jalan harus dibuat, serta desain besar (wisata) yang akan dikembangkan,” imbuhnya.
Budayawan Lombok, Lalu Putria, menambahkan, pariwisata adalah ekonomi kreatif berbasis budaya. Pembangunan pariwisata pada akhirnya juga untuk masyarakat sehingga masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan dan arah pembangunan. Guna memajukan pariwisata, perlu upaya menggali dan mengembangkan budaya setempat.
”Untuk meningkatkan daya saing destinasi, tidak perlu mencontoh destinasi lain, tetapi harus menggali dan menampilkan keunikan daerah kita. Tidak bisa Mandalika maju tanpa mendasarkan pada budaya lokal,” katanya.
Pembangunan pariwisata pada akhirnya juga untuk masyarakat sehingga masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan dan arah pembangunan. Guna memajukan pariwisata, perlu upaya menggali dan mengembangkan budaya setempat.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengemukakan, penyelenggaraan World Superbike 2021 di Indonesia merupakan kedua kalinya sebelumnya diselenggarakan di Sentul pada 1997 atau 24 tahun lalu. Demikian pula, MotoGp 2022 merupakan yang kedua kali setelah Indonesia pernah menjadi tuan rumah MotoGP pada 1998. Penyelenggaraan wisata olahraga mendatang memerlukan pembenahan dan koordinasi seluruh pemangku kepentingan yang lebih optimal dengan becermin dari penyelenggaraan World Superbike 2021, termasuk aksesibilitas.
Wisata olahraga hanya satu elemen pariwisata. Agar berkesinambungan, perlu pemetaan seluruh pemangku kepentingan dan komando yang jelas untuk penyelenggaran wisata olahraga dan wisata terkait. ”Kalau ingin menggarap wisata olahraga, harus pula digarap aspek hiburannya tanpa menabrak rambu-rambu atau nilai masyarakat lokal,” ucap Hendra.
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo mengemukakan, peningkatan kualitas pelayanan akan mendorong jumlah dan belanja wisatawan. Dicontohkan, wisata olahraga Borobudur Marathon. Dari data Litbang Kompas, selama 2017-2019, pengeluaran pelari dan wisatawan selama ajang Borobudur Marathon terus meningkat, yakni tahun 2017 senilai 15,1 miliar, tahun 2018 sebesar Rp 26,55 miliar, dan tahun 2019 menjadi Rp 30,5 miliar.
Sirkuit Mandalika yang berdekatan dengan pantai memiliki keunggulan karena keindahan pemandangan pantai. Modal ini belum tentu dimiliki arena balap motor lain di dunia. Selain itu, kualitas lintasan sirkuit memiliki daya cengkeram yang tergolong paling baik di dunia.
Di sisi lain, konsumen sepeda motor di Indonesia merupakan salah satu tertinggi di Asia. Dengan menjadi tuan rumah kegiatan balap motor, Indonesia mengalami lompatan tidak hanya sebagai konsumen. Meski demikian, Indonesia masih harus berpacu untuk membenahi infrastruktur penunjang sirkuit menjelang ajang MotoGp bulan Maret 2022, serta kesiapan sumber daya manusia.