Selain menjaga ketersediaan energi di masa depan, keberadaan industri hulu migas dinilai menggerakkan perekonomian nasional. Namun, sektor ini menghadapi tantangan, terutama terkait bagaimana mesti menggaet investor.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·4 menit baca
Kompas
Kegiatan pengeboran dilaksanakan di Blok West Madura Offshore, Kamis (21/3/2013), di perairan Laut Jawa.
BADUNG, KOMPAS — Sektor hulu minyak dan gas bumi dinilai tetap memiliki peran strategis bagi Indonesia di tengah transisi ke arah energi baru terbarukan. Selain menjaga ketersediaan energi di masa depan, keberadaannya menggerakkan perekonomian nasional. Upaya menggaet investor menjadi tantangan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada pembukaan konvensi ”The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2021” yang digelar Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) secara hibrida di Nusa Dua, Bali, Senin (29/11/2021), menyatakan, industri hulu migas tidak akan serta-merta ditinggalkan karena menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia.
Menurut Arifin, ada efek berganda (multiplier effect) yang tercipta dari kegiatan industri hulu migas. Pemakaian kapasitas nasional di industri ini terbilang besar. Pada tahun 2020, misalnya, penggunaan kapasitas nasional mencapai 57 persen dengan nilai pengadaan sekitar 2,54 miliar dollar AS.
Berdasarkan hasil studi Universitas Indonesia atas dampak usaha hulu migas tahun 2003-2017, kata Arifin, efek berganda industri hulu migas terus meningkat. Pada awalnya, industri ini menghasilkan manfaat berupa penerimaan negara, lalu dikembangkan menjadi salah satu mesin penggerak kegiatan penunjang, seperti perbankan dan perhotelan.
”Dalam perhitungan umum, setiap investasi 1 dollar AS menghasilkan dampak senilai 1,6 dollar AS yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya,” kata Arifin yang hadir secara virtual.
Kompas
Urgensi penguatan hulu migas 2.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo untuk membuka IOG 2021, menyatakan, Pemerintah Indonesia melihat industri hulu migas sebagai pendorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
”Di masa depan, kita memiliki visi industri hulu migas tetap menjadi pendorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, tak hanya dengan menciptakan nilai tambah, tetapi juga meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah,” ujar Luhut.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, para pelaku industri hulu migas memiliki visi menciptakan transisi yang mulus dalam masa peralihan energi. Guna memberikan kontribusi maksimal, industri hulu migas memerlukan investasi yang signifikan dan partisipasi aktif dari para pemain domestik dan internasional.
”Penyelenggaraan konvensi ini diharapkan menjadi platform perubahan bagi industri hulu migas yang mampu memberikan tingkat imbal balik (IRR) proyek yang kompetitif, peraturan yang stabil, serta mampu mendorong eksplorasi untuk giant discovery (penemuan besar), dan menciptakan ekosistem hulu migas sesuai peta jalan pengembangan emisi nol tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Dwi.
Investasi
Konvensi itu juga diharapkan dapat mengidentifikasi kebijakan dan strategi meningkatkan daya tarik investasi di hulu migas Indonesia di tengah kondisi global yang makin kompetitif, mengidentifikasi dampak global terkait transisi energi, serta meningkatkan kolaborasi antarinvestor dan pemangku. Dengan demikian, pemerintah dapat mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) tahun 2030.
Selama ini, iklim berusaha menjadi salah satu penghambat investasi di hulu migas, terutama menyangkut perizinan dan kepastian regulasi/kontrak. Staf Ahli Menteri ESDM Nanang abdul Manaf seusai sesi diskusi sore menyatakan, terkait problem investasi, Kementerian ESDM bersama Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal tengah bekerja sama untuk mencari jalan keluar atas problem tersebut. ”Menteri (ESDM) membentuk tim percepatan dengan dibantu kementerian/lembaga (lain) serta perguruan tinggi,” ujarnya.
Menurut Direktur Utama PT Medco E&P Ronald Gunawan, investasi di sektor hulu migas di Indonesia tetap prospektif di tengah transisi menuju energi baru terbarukan. Target produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari tahun 2030 masih sejalan dengan transisi tersebut. ”Persentase energi fosil (dalam target bauran energi nasional) memang semakin kecil, tetapi volume yang dibutuhkan semakin besar,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, pemerintah mengumumkan lelang delapan wilayah kerja (blok) migas tahap II tahun 2021. Empat blok migas ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung, sementara empat blok lainnya melalui mekanisme lelang regular.
Empat blok yang ditawarkan dengan skema penawaran langsung adalah Blok Bertak Pijar Puyuh di Sumatera Selatan, Blok North Ketapan di lepas pantai Jawa Timur, Blok Agung I di lepas Pantai Bali dan Jawa Timur, serta Blok Agung II di lepas pantai Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur.
Sementara empat blok lain yang ditawarkan melalui lelang regular adalah Blok West Palmerah di Sumatera Selatan dan Jambi, Blok Paus di lepas Pantai Natuna, Blok Maratua II di daratan dan lepas pantai Kalimatan Utara, serta Blok Karaeng di daratan dan lepas pantai Sulawesi Selatan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyatakan, pemerintah mengundang badan usaha yang bergerak di industri hulu migas yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi pada lelang tersebut.