Dalam kurun 4-5 bulan terakhir setelah pandemi gelombang kedua di Indonesia, nilai kredit usaha mikro yang disalurkan BRI cenderung meningkat dan posisinya sudah melampaui periode sebelum pandemi.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Salah satu stan yang menyediakan bakso dari porang Jatim Fair Hybrid 2021 dalam rangka HUT Ke-71 Provinsi Jawa Timur di Convention Hall Grand City, Surabaya, Senin (11/10/2021). Konsep hibrida yang dilakukan memungkinkan pengunjung menyusuri area pameran secara virtual melalui platform. Dengan tema ”Jatim Bangkit Menuju Pasar Global”, pameran tersebut dijadikan momentum kebangkitan UMKM dan Ekonomi Jawa Timur di tengah pandemi.
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakya Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjaga perannya dalam memberikan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah. Saat ini BRI merupakan bank dengan penyaluran kredit UMKM terbesar, yaitu 67,4 persen dari pangsa pasar.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, dalam kurun 4-5 bulan terakhir setelah pandemi gelombang kedua di Indonesia, nilai kredit usaha mikro yang disalurkan BRI cenderung meningkat dan posisinya sudah melampaui periode sebelum pandemi. ”Angka pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa pelaku UMKM telah berhasil pulih. Tinggal bagaimana kita menjaga kondisi pengendalian Covid-19 ini agar semakin,” ujar Supari dalam keterangannya, Selasa (30/11/2021).
Mengutip laporan keuangan BRI, sampai dengan triwulan III-2021, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp 848,6 triliun atau tumbuh 12,5 persen secara tahunan. Supari pun menyebut kapasitas menabung pelaku UMKM sudah mulai menanjak. Porsi kredit UMKM BRI mencapai 82,67 persen dari total kredit BRI atau tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 80,65 persen.
Pertumbuhan kredit UMKM itu mendorong pertumbuhan kredit BRI secara keseluruhan pada triwulan III-2021 sebesar 9,74 persen yang nilainya mencapai Rp 1.026,42 triliun. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional sampai dengan September 2021 yang sebesar 2,21 persen.
Mengutip laporan keuangan BRI, sampai dengan triwulan III-2021, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp 848,6 triliun atau tumbuh 12,5 persen secara tahunan.
Porsi penyaluran Kredit BRI sampai dengan triwulan III-2021. Sumber: BRI
Hasil riset dari Indeks UMKM BRI pun menunjukkan akan ada proyeksi pertumbuhan yang sangat atraktif pada triwulan IV-2021. Apabila kondisi ini bisa dipertahankan, pertumbuhan UMKM pada 2022 diperkirakan kian membaik.
”Jika hal tersebut terjadi, sesungguhnya akan ada percepatan pemulihan. Saya memprediksi semester kedua 2022 itulah nanti benar-benar para pelaku UMKM mengalami kondisi seperti sebelum pandemi, yang prediksi awalnya sesungguhnya terjadi pada triwulan pertama 2023. Jadi, kami perkirakan pemulihannya akan berlangsung lebih cepat,” ujar Supari.
Di sisi lain, BRI terus mendorong pelaku UMKM semakin adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnisnya. BRI juga telah memiliki kerangka kerja pemberdayaan yang terstruktur. Pemberdayaan tersebut dimulai dari literasi dasar, literasi bisnis untuk meningkatkan kapasitas, dan literasi digital untuk semakin beradaptasi terhadap kebutuhan bisnis di tengah pandemi.
Pada triwulan III-2021, BRI juga telah menuntaskan pembentukan Holding Ultra Mikro sehingga 22 juta data dari pelaku usaha mikro dan ultramikro terintegrasi. Holding Ultra Mikro yang dipimpin BRI bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk bisa menjangkau segmen pasar yang lebih luas.
Di sisi lain, BRI terus mendorong pelaku UMKM semakin adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnisnya.
Perajin merampungkan pembuatan kain batik di Koperasi Konsumen Batik Betawi di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Cakung, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021). Koperasi ini memberdayakan 26 anggota koperasi dari beberapa sektor usaha kerajinan kecil yang terdampak pandemi. Koperasi ini berupaya melestarikan motif khas batik dari lima wilayah DKI melalui pelatihan pengembangan wirausaha terpadu.
Peta jalan
Di kesempatan terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan peta jalan pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah 2021-2025. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan, peta jalan pengembangan BPR itu menjadi pedoman pengembangan usaha dari BPR dan BPR Syariah.
”Industri BPR dan BPR Syariah menghadapi tantangan, baik dari sisi eksternal maupun tantangan struktural. Dari sisi eksternal, terdapat perubahan ekosistem global dan nasional yang ditandai dengan perubahan perilaku masyarakat atas inovasi produk dan layanan yang terpicu dari perkembangan digital ekonomi, perkembangan teknologi dan informasi (TI) di bidang keuangan, serta besarnya investasi infrastuktur TI,” kata Heru.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menambahkan, makin maraknya digitalisasi layanan jasa keuangan yang terpicu oleh pandemi menjadi tantangan dan peluang bagi industri BPR dan BPR Syariah. Digitalisasi itu menumbuhkan banyak layanan perbankan digital dan perusahaan teknologi finansial. ”Hal ini mendisrupsi dan menjadi tantangan BPR,” ujarnya.
Peta jalan tersebut mengatur empat pilar. Yang pertama adalah penguatan struktur dan keunggulan kompetitif. Pilar kedua adalah akselerasi transformasi digital. Pilar ketiga adalah penguatan peran BPR dan BPR Syariah terhadap daerah dan wilayah. Adapun pilar keempat adalah pengaturan, perizinan, dan pengawasan.