Pasar properti di wilayah metropolitan tampaknya tengah mencari keseimbangan baru, menyesuaikan preferensi konsumen yang kembali berubah setelah pandemi mulai mereda.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mencatatkan pencapaian kinerja positif sampai dengan triwulan III (Juli-September) tahun 2021. Badan usaha milik negara itu berencana mengoptimalkan ekosistem industri perumahan yang terdampak pandemi Covid-19.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengemukakan, kinerja perseroan tetap tumbuh dengan baik di tengah pandemi melalui penyaluran pembiayaan kepada lembaga penyalur kredit pemilikan rumah (KPR), serta pendapatan usaha. Hingga akhir 2021, perseroan akan fokus memaksimalkan peran dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui penguatan ekosistem industri perumahan yang terdampak pandemi Covid-19.
Strategi memperkuat ekosistem industri perumahan antara lain mendukung program pemerintah untuk perluasan penyaluran subsidi perumahan, kerja sama pembiayaan perumahan khususnya untuk pekerja di sektor informal (kredit mikro), serta menginisiasi program baru untuk keterjangkauan pemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, pelaksanaan program kredit konstruksi dan pembiayaan jangka panjang kepada lembaga penyalur, baik konvensional maupun syariah.
Per triwulan III-2021, perseroan menyalurkan pinjaman kepada penyalur KPR sebesar Rp 4,9 triliun. Dengan demikian, akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan sejak 2006 sampai 30 September 2021 mencapai Rp 74,04 triliun untuk membiayai 1,19 juta debitor KPR. Dana itu terdiri dari pembiayaan sebesar Rp 61,10 triliun, sekuritisasi KPR senilai Rp 12,79 triliun, dan pembelian KPR sebesar Rp 156 miliar.
Strategi memperkuat ekosistem industri perumahan antara lain mendukung program pemerintah untuk perluasan penyaluran subsidi perumahan, kerja sama pembiayaan perumahan, khususnya untuk pekerja di sektor informal.
Menurut Ananta, pihaknya berkomitmen menyalurkan pembiayaan perumahan yang berkesinambungan dan mendorong bangkitnya industri perumahan, baik dari sisi suplai maupun permintaan. Sampai triwulan III-2021, total surat utang yang diterbitkan perseroan senilai Rp 3,1 triliun dan sukuk mudharabah sebesar Rp 200 miliar.
”Penerbitan obligasi tersebut merupakan upaya perseroan sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR. Ini merupakan bagian dari komitmen SMF untuk mendukung ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ujar Ananta dalam keterangan tertulis, Senin (29/11/2021).
Selama Januari-September 2021, SMF menyalurkan dana pendamping untuk pembiayaan KPR bersubsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebesar Rp 3,09 triliun untuk pembangunan 84.982 unit rumah dari total 157.500 unit rumah subsidi yang ditargetkan pemerintah tahun ini. SMF berperan mengurangi beban fiskal pemerintah dengan membiayai 25 persen dari pendanaan KPR-FLPP.
Keseimbangan baru
Hasil survey Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) Q3 2021 memperlihatkan perlambatan kenaikan harga properti hunian pada triwulan III-2021. Harga rumah meningkat 3,24 persen, di mana harga rumah tapak naik 4,39 persen, sedangkan harga apartemen turun 2,57 persen.
Selama Januari-September 2021, SMF menyalurkan dana pendamping untuk pembiayaan KPR bersubsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebesar Rp 3,09 triliun.
Menurut Country Manager Rumah.com Marine Novita, melambatnya kenaikan harga properti hunian ini disebabkan oleh melimpahnya suplai pada triwulan III-2021 di mana indeks suplai meningkat 9,58 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, meliputi indeks suplai rumah tapak naik 9,44 persen dan apartemen naik 7,31 persen.
Pengembang yang sempat mengurangi suplai untuk menghabiskan stok hunian mulai kembali melanjutkan pembangunan. Konsumen juga tidak lagi menghindari area pusat kota yang cenderung lebih padat. Pertumbuhan harga dan suplai turut didorong insentif fiskal pemerintah di sektor perumahan.
”Pasar properti di wilayah metropolitan tampaknya tengah mencari keseimbangan baru, menyesuaikan preferensi konsumen yang kembali berubah setelah pandemi mulai mereda,” kata Marine, pertengahan pekan lalu.