Investasi dan Ekspor Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi 2022
Untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan investasi, terutama di sektor manufaktur, serta kinerja ekspor.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investasi dan ekspor diyakini akan jadi kunci pemulihan ekonomi tahun depan. Investasi akan menciptakan lapangan kerja yang lebih besar. Adapun peningkatan ekspor akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan. Keduanya diyakini akan mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi 2022.
”Investasi dan ekspor akan meningkatkan kapasitas produktif perekonomian yang sempat turun karena dampak krisis Covid-19. Peningkatan kapasitas produktif terjadi melalui peningkatan stok kapital dan produktivitas berujung pada pemulihan dan percepatan ekonomi 2022,” ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa pada diskusi ”Membangun Optimisme Baru untuk Mendorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional”, Jumat (26/11/2021).
Ia menjelaskan, investasi yang diprioritaskan adalah pada sektor manufaktur. Sektor ini diharapkan bisa memberikan serapan tenaga kerja yang tinggi. Pengembangan manufaktur juga akan meningkatkan produktivitas serta mendorong hilirisasi industri dan hasil tambang. Selain itu, pemerintah akan mendorong investasi pada sektor yang mendorong pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan manufaktur juga akan meningkatkan produktivitas serta mendorong hilirisasi industri dan hasil tambang. Selain itu, pemerintah akan mendorong investasi pada sektor yang mendorong pengembangan sumber daya manusia.
Lebih lanjut, pembiayaan investasi itu akan dilakukan terutama untuk enam hal. Yang pertama adalah pengembangan UMKM produsen. Kedua, peningkatan industri manufaktur prioritas (substitusi impor, pemenuhan kebutuhan domestik, dan pendorong ekspor). Ketiga, pengusahaan kawasan industri prioritas.
Fokus keempat pada pembiayaan investasi ditujukan untuk mendorong transformasi digital. Kelima, diperuntukkan bagi pengembangan pariwisata berkualitas. Adapun fokus keenam adalah pengembangan ekonomi hijau.
Selain investasi, kinerja ekspor Indonesia yang terus membaik tahun ini diharapkan bisa berlanjut hingga tahun depan dan menjadi salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi. Harapannya, ekspor bisa mendorong pengurangan tekanan defisit transaksi berjalan.
Upaya-upaya itu, lanjut Suharso, dilakukan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pada 2022. Dalam sasaran pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2022 berada pada kisaran 5,2-5,8 persen.
Adapun tahun ini, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal keempat berada pada kisaran 5,5-6,1 persen. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 3,8-4,0 persen.
Selain itu, pemerintah menargetkan capaian berbagai indikator lain, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2022 pada kisaran 73,41-73,46; rasio gini pada level 0,376- 0,378, membaik dari posisi Maret 2021 yang berada pada level 0,384; tingkat kemiskinan menurun hingga di kisaran 8,5-9,0 persen, membaik dari posisi Maret 2021 pada 10,14 persen.
Investasi harus berorientasi pada sektor-sektor padat karya yang bisa memberikan serapan tenaga kerja signifikan.
Dihubungi terpisah, peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan, investasi harus berorientasi pada sektor-sektor padat karya yang bisa memberikan serapan tenaga kerja signifikan.
Penciptaan lapangan kerja dari investasi padat karya itu bisa berujung pada pengurangan jumlah penganggur. Pada gilirannya, hal ini diharapkan akan menurunkan angka kemiskinan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
”Investasi yang tepat, khususnya di sektor padat karya, bisa memberikan serapan tenaga kerja yang besar sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Ahmad.
Selain itu, tahun depan pemerintah dipandang perlu fokus menciptakan dan mendorong daya beli masyarakat. Sebab, produk domestik bruto Indonesia banyak ditopang dari konsumsi masyarakat. Perbaikan daya beli masyarakat adalah bentuk nyata dari pemulihan ekonomi masyarakat.
UMKM
Selain investasi dan ekspor, salah satu elemen pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya mengatakan, pandemi telah memukul sekitar 50 persen pelaku UMKM. Mereka adalah pelaku UMKM konvensional yang belum beralih ke ekosistem digital.
Pemerintah secara khusus memberi perhatian juga kepada UMKM agar bisa bertahan menghadapi pandemi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya anggaran pengembangan UMKM dalam anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sebesar Rp 162,4 triliun atau setara dengan 21,80 persen dari total anggaran PEN Rp 744,7 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana mengatakan, perbankan terus berperan memberikan kredit ke semua segmen dunia usaha, baik korporasi maupun UMKM.
”Seiring dengan terkendalinya jumlah kasus Covid-19 yang diiringi pelonggaran pembatasan sosial, dunia usaha sudah mulai menggeliat. Ini ditunjukkan dengan penyaluran kredit pada Oktober yang sudah bertumbuh 3 persen secara tahunan setelah pada pertengahan tahun masih terkontraksi negatif,” ujar Heru.
Ketua Komite Tetap Bidang Investasi dan Kemitraan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Nicko Widjaja mengatakan, beberapa sektor dunia usaha mengalami dampak dari pandemi. Namun, pihaknya optimistis perekonomian akan membaik pada tahun depan. Ini didasarkan sejumlah indikator yang sudah menunjukkan pemulihan.