Erick Thohir: Kawasan Industri Harus Bertransformasi ke Ekonomi Hijau
Menteri BUMN meminta kawasan industri bertransformasi ke ekonomi hijau untuk meningkatkan daya saing global. Pengelola didorong membangun fasilitas pengolahan limbah, meningkatkan bauran energi baru terbarukan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir meminta kawasan industri bertransformasi ke ekonomi hijau untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk tahap awal, kawasan industri harus membangun fasilitas pengolahan limbah, meningkatkan bauran energi baru terbarukan, dan manajemen sumber daya air ramah lingkungan.
”Pelaksanaan ekonomi hijau di kawasan industri juga sebagai wujud pelaksanaan komitmen yang telah disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Roma,” ujar Erick saat meresmikan Fasilitas Pengolahan Limbah Terpadu (FPLT) Kawasan Industri Medan (KIM) dan pembukaan KIM Investment Expo 2021 di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (25/11/2021).
Erick mengatakan, industri nasional bisa tertinggal jika tidak bertransformasi pada ekonomi hijau yang saat ini sudah menjadi tuntutan pasar global. FPLT pun harus dibangun di semua kawasan industri.
Di Sumatera, baru KIM yang sudah membangun FPLT. ”Jangan lagi kawasan industri itu kumuh, tidak mengolah limbah-limbahnya,” lanjut Erick.
Erick juga mendorong agar pabrik-pabrik yang ada di kawasan industri mulai beralih menggunakan energi baru terbarukan. Untuk kebutuhan listrik, misalnya, pabrik bisa membangun panel surya bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara. Ia juga meminta agar pengelola kawasan melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang lebih ramah lingkungan.
Agar pabrik-pabrik yang ada di kawasan industri mulai beralih menggunakan energi baru terbarukan.
Daya saing industri nasional, kata Erick, juga sedang ditingkatkan dengan pembangunan infrastruktur jalan tol dan pelabuhan yang masif untuk menekan biaya logistik yang masih tinggi. Biaya logistik Indonesia masih 26 persen dari produk domestik bruto, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang 8 persen dan negara-negara tetangga lainnya yang rata-rata 13 persen.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebutkan, pengolahan limbah itu sangat penting untuk Sumut. Selama ini, banyak limbah industri dari Sumut yang harus dikirim ke Jawa Barat untuk pengolahannya. Banyak juga limbah yang tidak diolah dengan baik.
Direktur Utama PT Kawasan Industri Medan Ngurah Wirawan mengatakan, pembangunan FPLT adalah langkah awal mereka dalam menerapkan ekonomi hijau di kawasan. Fasilitas itu dibangun oleh PT Adhi Karya.
Selain itu, KIM juga akan meremajakan infrastruktur dasar kawasan yang rata-rata sudah berusia 33 tahun sejak pertama kali didirikan. Permasalahan utama yang sering dihadapi adalah banjir yang hampir selalu terjadi setiap hujan turun.
Adapun KIM Investment Expo diharapkan bisa menyerap investasi sebesar Rp 1 triliun dari pemanfaatan lahan, pembangunan pabrik, fasilitas medis, dan digitalisasi kawasan. Selama persiapan, sudah ada transaksi sebesar Rp 500 miliar.
Direktur Utama PT Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson menuturkan, FPLT yang dibangun di KIM itu mempunyai kapasitas pengolahan limbah padat 24 ton dan limbah cair 200 meter kubik per hari. ”Fasilitas itu pun diharapkan bisa digunakan oleh pabrik-pabrik yang ada di KIM dan juga rumah sakit di Medan,” katanya.
Fasilitas yang sudah dibangun adalah pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) spent bleaching earth dari pengolahan minyak kelapa sawit, limbah B3 padat medis, majun bekas, dan B3 terkontaminasi residu minyak bumi. Ada juga fasilitas distilasi minyak pelumas bekas.
Kapasitas FPLT itu akan terus ditingkatkan agar bisa mengolah limbah industri dalam jumlah lebih banyak dan bisa dimanfaatkan 550 pabrik yang ada di kawasan. Selain di Medan, FPLT pun akan dibangun di kawasan-kawasan industri lainnya di Indonesia.