Dari Spanduk Peternak Unggas, Menanam Jagung Jadi Agenda Kunker
Kegiatan Presiden Jokowi menanam jagung saat kunker di daerah seakan merespons keluhan peternak akan tingginya harga jagung. Tak cukup seremonial, upaya meningkatkan produktivitas jagung butuh sejumlah unsur pendukung.
Menanam jagung dalam kunjungan kerja ke daerah mulai menjadi tradisi baru bagi Presiden Joko Widodo. Selasa (23/11/2021), Presiden menanam jagung menggunakan traktor di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Traktor bercat hijau dengan planter di bagian belakangnya bergerak mengikuti alur tanam.
Alat tanam dorong pun digunakan untuk lahan yang tak seberapa luas. Aksi tanam jagung ini dilakukan bersama masyarakat Jeneponto. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Plt Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, dan Bupati Jeneponto Iksan Iskandar ikut pula.
Sebulan sebelumnya, pada 4 Oktober 2021, Presiden Jokowi juga menanam jagung di Kelurahan Klamesen, Kecamatan Mariat, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Planter dorong digunakan.
Alat tanam sederhana ini mempermudah penanaman jagung. Alat beroda model dorong berkecepatan sedang ini dilengkapi tabung yang berisi benih jagung. Ketika alat serupa bajak ini didorong, otomatis benih diluncurkan ke lubang tanam. Jarak tanam pun bisa diatur otomatis.
Penanaman jagung di Jeneponto dilakukan di areal seluas seribu hektar. Harapannya di setiap hektar bisa dihasilkan enam sampai tujuh ton. Dengan demikian, dari Provinsi Sulsel bisa dihasilkan 1,8 juta ton dalam setahun.
Baca juga: Kunker di Tarakan, Rantis Paspampres Jadi Pilihan Presiden Jokowi
Harga dan ketersediaan jagung memang kerap menjadi masalah di Tanah Air. Harga jagung yang tinggi dan ketiadaan pasokan membuat peternak ayam kelimpungan. Seperti yang disampaikan peternak ayam bernama Suroto yang sempat membentangkan poster bertuliskan ”Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar, Telur Murah” saat Presiden Jokowi melintasi Jalan Moh Hatta, Blitar, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021).
Aspirasi ini sempat ditindaklanjuti melalui pertemuan Presiden dengan perwakilan Perhimpunan Insan Perunggasan dan Peternak Ayam Petelur, termasuk Suroto, di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (15/9/2021). Presiden berjanji harga jagung akan turun dari sekitar Rp 6.000 menjadi Rp 4.500.
Seusai bertemu dengan Suroto dan peternak ayam pada September itu, perhatian pemerintah tercurah ke jagung. Ketika memimpin rapat yang membahas topik ”Penguatan Ekosistem Pangan” di Istana Merdeka, Rabu (6/10/2021), Presiden Jokowi juga meminta Menteri Pertanian meningkatkan produktivitas jagung.
Seusai bertemu dengan Suroto dan peternak ayam pada September itu, perhatian pemerintah tercurah ke jagung.
Mentan diperintahkan untuk menyiapkan pengelolaan mulai dari pemetikan hingga pengolahan pascapanen. Pasar bagi komoditas jagung harus disiapkan.
Produksi memang seakan tak pernah mencukupi kendati klaim surplus kerap disampaikan. Mentan Syahrul Yasin Limpo, misalnya, menyebut stok jagung aman pada akhir September. Dia juga mengatakan akhir 2021 akan ada surplus jagung 2,85 ton (Kompas.id, 30/9/2021).
Baca juga: Guyuran Ratusan Ton Jagung Bersubsidi Turunkan Harga Pakan Ternak di Blitar
Kenyataannya, harga berulang kali melonjak. Dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Pangan dan Advokasi (Pataka), diperkirakan hal ini akibat stok tidak mencukupi. Cadangan jagung pun diminta diperkuat untuk menstabilkan harga.
Presiden Jokowi mengakui adanya defisit jagung. ”(Pemenuhan) Kebutuhan jagung secara nasional memang masih kurang sehingga kita harapkan dengan semakin banyak petani yang menanam jagung, kekurangan stok jagung secara nasional dapat kita tutup dan tidak usah impor lagi,” tutur Presiden di Jeneponto.
Petani umumnya bersemangat untuk menanam jagung saat harga jual cukup tinggi. ”Tadi saya tanya kepada para petani, (harganya) mencapai Rp 4.000 per kilogram. Tapi, kalau harga terlalu tinggi, yang senang petani. Tapi, peternak (ayam) pedaging dan peternak telur akan mengeluh karena harga pakan ternak menjadi tinggi,” ujar Presiden seusai menanam jagung.
Kedua hal tersebut diharapkan bisa seimbang. Petani diuntungkan, begitu pula peternak. Keseimbangan ini akan lebih mudah dicari bila produksi secara nasional memadai. Karena itu, mendorong produksi jagung tentu tak sebatas seremonial Presiden Jokowi dan para pejabat menanam jagung bersama petani. Perlu disiapkan alat-alat pertanian yang memadai.
Salah seorang petani di Jeneponto, Nawir, meminta supaya dibantu alat pertanian. ”Bapak Presiden, saya minta alat-alat pertanian supaya petani bisa memanfaatkannya di lahan masing-masing,” katanya dalam rekaman Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden di kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Di Sorong, petani menyampaikan hal serupa. Penanaman secara manual membuat banyak lahan tak tergarap. Selama ini hanya cangkul yang diandalkan.
Baca juga: Harga Jagung Melambung karena Neraca Defisit
Program peningkatan indeks pertanaman pun dilakukan Kementerian Pertanian. Harapannya, indeks pertanaman bisa mencapai tiga kali per tahun. Indeks pertanaman jagung di Kabupaten Jeneponto, misalnya, saat ini baru 200 atau dua kali tanam dalam setahun. Jeneponto memiliki luas lahan jagung eksisting sebesar 70.052 hektar dengan produktivitas 6 sampai 7 ton per hektar sehingga diperoleh produksi jagung 280.000 ton.
”Upaya konkret yang kita dilakukan untuk tercapainya peningkatan indeks pertanaman ini ialah penambahan alat mesin pertanian untuk percepatan olah tanah dan tanam, penggunaan bibit unggul, penyediaan sumur bor dan terjaminnya aliran air irigasi dari bendungan Karalloe, bahkan penyediaan fasilitas dana kredit usaha rakyat (KUR) bagi petani,” kata Syahrul.
Papua Barat juga berpotensi besar menjadi produsen utama komoditas pertanian di Indonesia timur. ”Di sini terdapat 11.000 hektar tanaman jagung di seluruh provinsi, serta 7 juta hektar untuk tanaman pangan dan hortikultura, sehingga ini lahan yang sangat luas. Tetapi, memang termanfaatkan maksimal hanya 33 persen,” tutur Presiden seusai menanam jagung, awal November.
Tradisi menanam jagung dengan petani juga mulai dikembangkan Mentan Syahrul. Salah satunya gerakan olah tanam jagung di Desa Pangeureunan, Limbangan, Garut, Jawa Barat, Minggu (14/11/2021).
Tradisi menanam jagung dengan petani juga mulai dikembangkan Mentan Syahrul. Salah satunya gerakan olah tanam jagung di Desa Pangeureunan, Limbangan, Garut, Jawa Barat, Minggu (14/11/2021). Garut diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan jagung Jawa Barat dengan produktivitas mencapai 550.000 ton per tahun.
”Saya kira kalau kita semua perhatian pada pertanian, maka insya Allah ekonomi kita akan pulih dan masyarakat tidak perlu risau lagi atas berbagai tantangan yang ada,” ujar Mentan.
Baca juga: Resmikan Bendungan Kuningan, Presiden Jokowi Minta Jaringan Irigasi Ditata
Jagung sejatinya adalah tanaman pangan yang sudah diakrabi petani Indonesia sejak dulu kala. Buku The History of Java karya Thomas Stamford Raffles yang diterbitkan pertama kali pada 1817 menyebut bahwa makanan pokok penduduk setelah beras adalah jagung yang biasa ditanam di seluruh distrik Jawa. Di daerah padat penduduk di mana produksi sawah tidak mencukupi, jagung merupakan tanaman pengganti utama.
Raffles menyebut ada tiga jenis jagung yang dibedakan berdasarkan lama waktu panen. Jenis pertama, matang dalam waktu 7 bulan dan buahnya besar serta padat. Jenis kedua matang dalam waktu 3 bulan, tetapi kualitasnya kalah dari yang pertama. Jenis ketiga hanya disukai karena matangnya lebih cepat, yaitu dalam 4 hari saja, tetapi buahnya sangat kecil dan jarang. Jagung dinilai unggul karena dapat ditanam kapan saja dan di mana saja.
Namun, ketika jagung tak hanya untuk makanan masyarakat, tetapi juga untuk pakan ternak seperti saat ini, produktivitas menjadi kata kunci. Kebutuhan juga terus meningkat karena jagung juga digunakan sebagai bahan baku dalam produksi etanol.
Penyediaan air irigasi juga tak bisa dilupakan. Karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan bendungan-bendungan seperti Bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulsel, dan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bendungan Karalloe yang diresmikan Presiden Jokowi, Selasa (23/11/2021), berkapasitas 40,53 juta meter kubik. Adapun Bendungan Rotiklot yang berkapasitas tampung 3,3 juta meter kubik diresmikan Presiden Jokowi pada Mei 2019.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui keterangan yang diterima Kompas, 15 Oktober 2021, mengatakan bahwa ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. ”Ketersediaan air dibutuhkan untuk air minum, pertanian, peternakan dan lainnya,” katanya.
Apalagi, di kawasan Atambua yang tandus, penyediaan air dan metode pengairan yang tepat sangat penting. Karena itu, menurut Direktur Air Tanah dan Air Baku Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Iriandi Azwartika, sesuai arahan Menteri PUPR, dikembangkan irigasi perpipaan menggunakan sprinkler dengan luas lahan pengembangan food estate seluas 55 ha.
Menurut Iriandi, penggunaan sprinkler di pengembangan food estate Atambua karena merupakan daerah tandus. Alhasil, pemanfaatan yang dinilai paling tepat adalah menggunakan sprinkler. ”(Hal ini) Karena jenis tanahnya yang tidak membutuhkan banyak air jadi lebih hemat air dengan sprinkler dan komoditas tanamannya juga berupa holtikultura jagung,” katanya.
Iriandi menambahkankan, pengembangan sprinkler yang digunakan juga produk kerja sama dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ini sekaligus mendukung pemulihan ekonomi nasional.
”Sprinkler ini didukung dengan reservoar dan rumah pompa yang mengambil air dari Bendungan Rotiklot. Masing-masing sprinkler mampu mengeluarkan tekanan air sebesar 4 bar dengan jangkauan sekitar 33 meter,” tutur Iriandi.
Karena itu, mendorong produktivitas tak melulu sesederhana lagu anak ”Menanam Jagung” yang diciptakan Ibu Sud. ”Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita....”
Namun, selain penyediaan air, alat pertanian, serta benih yang memadai, juga diperlukan akurasi pendataan produksi. Dengan demikian, segala keruwetan harga dan pasokan jagung diharapkan bisa terurai.