Santripreneur Indonesia, Tak Hanya Tangguh, tetapi Juga Ikut Berdayakan Ekonomi...
Wakil Presiden meminta pesantren sebagai institusi pendidikan tertua berbasis Islam dalam sejarah bangsa tak hanya berdedikasi pada Tanah Air. Lewat Santripreneur Indonesia, santri juga ikut memberdayakan ekonomi umat.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
Santri tangguh berdedikasi kepada Tanah Air tak hanya diberdayakan, tetapi juga ikut memberdayakan ekonomi umat. Lewat Santripreneur Indonesia, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengharapkan santri dapat menjadi lembaga pemberdaya ekonomi berbasis pesantren yang amanah. Santripreneur Indonesia juga diharapkan mampu istikamah atau teguh pendirian dan selalu konsekuen dalam mewadahi dan membina para santri, selain ikut memberdayakan umat.
”Kita ingin membentuk lebih banyak santri tangguh dan unggul serta senantiasa menjunjung nilai-nilai kepesantrenan dalam menjalankan dedikasinya kepada bangsa,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan secara virtual pada acara Penganugerahan Santripreneur Award 2021, Senin malam, kemarin.
Kita ingin membentuk lebih banyak santri tangguh dan unggul serta senantiasa menjunjung nilai-nilai kepesantrenan dalam menjalankan dedikasinya kepada bangsa.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin pun mengucapkan selamat kepada Santripreneur Indonesia atas terselenggaranya Santripreneur Award 2021. Ajang ini adalah kedua kalinya Santripreneur Award diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat Santripreneur Indonesia dan para peserta untuk terus berkarya.
”Kepada para pemenang dan nominator, saya ucapkan selamat atas prestasi yang diraih. Jadikan prestasi ini sebagai motivasi untuk terus bertumbuh di tengah berbagai tantangan serta tetap berkontribusi membangun ekonomi negeri,” kata Wapres Amin.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, pesantren adalah institusi pendidikan tertua berbasis Islam dalam sejarah bangsa. ”Selain lembaga pendidikan, sejarah juga mencatat bahwa para tokoh ulama dan para santri dikenal sebagai pejuang garda terdepan untuk meraih kemerdekaan Indonesia,” katanya.
Sandiaga mengatakan, semangat dan daya juang para santri terdahulu harus terus tetap dijaga dan diadaptasi sesuai dengan perkembangan zaman. Resolusi jihad berhasil mengantarkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, para santri pun diharapkan akan terus menghidupkan dan melanjutkan semangat perjuangan dengan menunjukkan bahwa para santri Indonesia mampu ikut bersaing secara nasional ataupun global dan berakhlak terpuji di bidang kewirausahaan sesuai dengan nilai luhur yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Indonesia membutuhkan sumber daya manusia profesional, kompetitif, dan kompeten dalam menghadapi era industri 4.0 yang serba digital. ”Keberadaan para santri yang kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi digital serta sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa yang baik menjadi sangat penting,” kata Sandiaga.
Keberadaan para santri yang kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi digital serta sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa yang baik menjadi sangat penting.
Santri dalam hal ini tidak hanya mengenal iman dan takwa, tetapi juga mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah santri yang sangat besar, yakni mencapai 4 juta-5 juta orang, tersebar di 28.000 lebih pesantren di seluruh Indonesia menjadikan keberadaan santri sebagai potensi yang luar biasa. ”Dan, bangsa ini mengharapkan para santri untuk berpartisipasi dalam pembangunan perekonomian Indonesia,” katanya.
Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Santripreneur Indonesia Ahmad Sugeng Utomo mengatakan, Santripreneur Award digelar dari tahun ke tahun. Tahun ini Santripreneur Award menginjak penyelenggaraan yang ketujuh kali. ”Semua ini bisa terlaksana karena saling berkolaborasi, bergandengan tangan, antara satu dan yang lain,” katanya.
Beragam
Sebelumnya, Staf Khusus Presiden Joko Widodo yang berasal dari kalangan milenial, Aminuddin Ma’ruf, kepada Kompas, Minggu (21/11/2021), mengatakan, setelah mengunjungi banyak pesantren selama hampir dua tahun bertugas, dirinya melihat karakter pesantren semakin beragam. Pesantren tidak lagi dibedakan antara yang masih tradisional (salaf) dan modern. Melihat perkembangannya, variasi karakter pesantren ini menghadirkan lulusan lebih heterogen dengan keterampilan dan pengetahuan yang juga beragam.
”Sebagai contoh, banyak pesantren yang sudah memiliki fokus keunggulan pada bidang entrepreneurship, vokasi, peningkatan kapasitas bahasa, broadcasting, kesehatan, dan lain-lain. Belum lagi pesantren menyediakan lebih banyak ragam ekstrakurikuler, seperti literasi, olahraga, musik, dan kesenian yang berdampak pada keragaman kompetensi santri. (Hal) yang menarik, setiap perubahan dan perbedaan dari karakter pesantren tersebut sama sekali tidak mendegradasi tata nilai luhur pesantren peninggalan dari para sesepuh,” ujar Aminuddin.
Aminuddin menuturkan, tujuan utama pesantren adalah pendidikan untuk masyarakat. Namun, dalam perannya selama ini, pesantren menjalankan fungsi penting dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sekitar. Ada sekitar 29.000 pesantren di Indonesia, dan kalau itu dibagi 80.000-an desa, berarti setidaknya ada satu pesantren di setiap 3 desa.
”Bayangkan saja, jika semua pesantren punya kekuatan dan pemberdayaan ekonomi dan menjadi sentra peningkatan kapasitas masyarakat, tentu akan sangat signifikan membantu mengangkat ekonomi dan kapasitas masyarakat Indonesia,” kata Aminuddin.
Jika semua pesantren punya kekuatan dan pemberdayaan ekonomi dan menjadi sentra peningkatan kapasitas masyarakat, tentu akan sangat signifikan membantu mengangkat ekonomi dan kapasitas masyarakat Indonesia.
Aminuddin mengatakan, pemerintah mendukung upaya pesantren menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Hal ini semisal terlihat dari upaya pemerintah mendorong pesantren membentuk bank wakaf mikro, memberikan bantuan keuangan untuk masyarakat memulai usaha atau UMKM, dan lain-lain. Demikian pula bantuan pembangunan balai latihan kerja komunitas untuk ribuan pondok pesantren yang ditujukan sebagai sarana peningkatan keterampilan masyarakat.