Pelaku Industri Logam Tegal Siap Dukung Produksi Kendaraan Listrik
Sejumlah pelaku usaha logam di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menyambut baik rencana pengembangan industri kendaraan listrik di Tanah Air. Mereka siap berbenah dan meningkatkan kapasitas agar tetap relevan dengan pasar.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Pelaku industri logam di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menyambut baik pergeseran dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik. Mereka yang selama ini masuk dalam rantai pasok perusahaan otomotif besar tersebut mengklaim siap meningkatkan kualitas sumber daya dan peralatan produksinya.
Faizal Amri Elfas (37), salah satu pelaku industri kecil dan menengah (IKM) logam, menyatakan, pergeseran produksi dari kendaraan berbahan bakar minyak menuju kendaraan listrik sudah berulang kali disampaikan konsumennya. Sejak tahun 2017, perusahaan miliknya, yakni PT FNF Metalindo Utama, masuk ke rantai pasok perusahaan-perusahaan otomotif ternama.
Setiap bulan, PT FNF Metalindo Utama menyuplai ratusan jenis komponen kendaraan ke PT Astra Honda Motor. ”Terkait perubahan menuju kendaraan listrik itu sudah beberapa kali disampaikan oleh para customer kami. Perubahan itu malah baik kalau menurut saya,” kata Elfas di Tegal.
Menurut Elfas, perubahan menuju kendaraan listrik tidak akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan kebutuhan logam dan besi. Oleh karena itu, ia percaya diri bahwa perusahaannya bisa memanfaatkan peluang tersebut dan tetap menjadi salah satu penyuplai kebutuhan komponen industri otomotif.
”Kalau untuk rangka kendaraan dan komponen-komponen kecilnya, saya rasa masih butuh besi atau logam. Kami nanti tinggal menyesuaikan sedikit-sedikit, tetapi dari garis besar manufakturnya saya yakin tetap sama,” ujarnya, Minggu (14/11/2021).
Elfas mengaku siap jika harus meningkatkan kualitas peralatan produksinya agar bisa memproduksi komponen-komponen yang diperlukan kendaraan listrik. Selain itu, ia juga siap meningkatkan kapasitas tenaga kerjanya. Salah satu caranya dengan mengirimkan tenaga kerja di perusahaannya untuk mengikuti pelatihan di perusahaan-perusahaan otomotif besar yang menjadi rekanannya.
”Kami sudah biasa mengirimkan pekerja untuk belajar di perusahaan-perusahaan mitra kami, misalnya di PT Astra Honda Motor. Biasanya, mereka akan belajar selama sepekan sampai dua pekan. Setelah selesai, nanti mereka pulang kemudian mempraktikkan apa yang mereka pelajari di sini,” tutur Elfas.
Analis industri Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin) Kabupaten Tegal, Suyanto, menuturkan, pelaku-pelaku IKM logam di wilayahnya siap menangkap peluang dari perubahan kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik. Di Kabupaten Tegal, sedikitnya ada 3.000 IKM logam.
”Dari jumlah itu, sebanyak 12 IKM logam sudah masuk ke rantai pasok perusahaan produsen sepeda motor dan empat IKM masuk ke rantai pasok perusahaan produsen mobil. Ke depan, kami siap membina dan mendampingi para pelaku IKM lain yang belum masuk ke rantai pasok perusahaan besar agar bisa masuk ke pasar itu,” kata Suyanto.
Menurut Suyanto, pihaknya juga rutin mempertemukan para pelaku IKM di wilayahnya dengan perusahaan-perusahaan besar. Hal itu agar para pelaku IKM bisa memetakan kebutuhan pasar dan berbenah supaya bisa masuk dalam rantai pasok perusahaan besar.
Dari segi sumber daya manusia, Suyanto optimistis, tenaga kerja di wilayahnya bisa terserap dalam pembuatan kendaraan listrik. Di Tegal, jumlah siswa sekolah menengah kejuruan lebih banyak dibandingkan dengan siswa SMA. Jadi, jumlah tenaga kerja yang terampil dan siap kerja juga banyak, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, industri otomotif di Indonesia perlu merespons kebutuhan global di sektor transportasi yang rendah emisi. Indonesia punya potensi besar lewat pemanfaatan bahan bakar biodiesel ataupun program pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai (Kompas, 12/11/2021).
”Indonesia sudah meluncurkan program bahan bakar B-30 (solar bercampur biodiesel 30 persen), juga peluncuran kendaraan listrik berbasis baterai. Indonesia juga punya sumber daya nikel (bahan baku baterai kendaraan listrik). Dengan adanya pasar domestik, Indonesia punya kemampuan membuat rantai pasok yang lengkap,” kata Airlangga.
Riset dan pengembangan, ujar Airlangga, perlu terus dilakukan karena teknologi otomotif terus berkembang. Teknologi internal combustion engine kendaraan memang belum akan berakhir. Namun, perkembangannya sangat jelas, yakni mengarah pada kendaraan berbasis baterai listrik. Ia menyebutkan, Indonesia tidak boleh ketinggalan di bidang ini.