Pelaku Industri Kecil Logam di Ngingas Ingin Terlibat di Rantai Produksi Kendaraan Listrik
Para pelaku industri kecil menengah logam di Ngingas, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyatakan siap bertransformasi ke industri kendaraan listrik. Mereka berharap bisa terlibat dalam rantai produksi kendaraan listrik.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari kontraksi akibat pandemi Covid-19, rencana percepatan implementasi kendaraan listrik di Tanah Air membawa angin segar bagi pelaku industri kecil dan menengah di Desa Ngingas, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka menyatakan siap bertransformasi dan berharap bisa terlibat di lini produksi kendaraan listrik.
Saat ini sentra industri logam di Desa Ngingas memiliki 340 unit usaha yang aktif berproduksi. Semua bernaung dibawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ngingas Makmur Abadi. Jenis barang yang diproduksi unit-unit usaha itu beragam, mulai dari suku cadang kendaraan, tiang lampu penerangan jalan, furnitur perkantoran dan restoran, hingga insinerator sampah.
Sebagian perajin menekuni produksi komponen kendaraan, mulai dari sepeda, roda dua, roda empat, hingga kendaraan niaga. Namun, mayoritas pelaku industri di sentra itu menggarap pasar aftermarket atau suku cadang yang dibuat oleh pabrikan lain yang sudah mendapat izin atau lisensi dari manufaktur asal dan dijual dengan merek sendiri.
”Baru sebagian kecil yang masuk dalam pasar suku cadang asli (original equipment manufacturer/OEM) bermitra dengan manufaktur asal. Kendalanya bukan pada kemampuan produksi barang berkualitas, melainkan pada pemenuhan standar tempat produksi,” ujar Ketua BUMDes Ngingas Makmur Abadi sekaligus pelaku industri kecil menengah (IKM) logam, Zaenudin Arifin.
Menurut dia, lokasi produksi mayoritas perajin IKM logam di Ngingas masih menyatu dengan rumah. Pengaturan alat produksi juga kurang memenuhi standar keamanan dan keselamatan kerja karena tempatnya yang sempit. Dengan hadirnya BUMDes, kendala-kendala itu mulai dikikis. Contohnya, pembangunan tempat usaha yang representatif sehingga semakin banyak perajin yang mampu bermitra dengan perusahaan manufaktur besar.
Mengenai kendaraan listrik, pelaku IKM logam Ngingas berharap bisa dilibatkan dalam produksi komponen atau suku cadang. Mereka siap bertransformasi dari suku cadang kendaraan berbahan bakar fosil menjadi produksi suku cadang kendaraan listrik. ”Keterampilan memproduksi suku cadang kendaraan selama ini dinilai bisa menjadi modal sekaligus bukti kemampuan dalam menghasilkan barang berkualitas,” kata Zaenudin, Senin (16/11/2021).
Widodo dari PT Aji Batara Perkasa Mandiri, salah satu produsen suku cadang kendaraan, menambahkan, pihaknya siap berinvestasi peralatan produksi kendaraan listrik asalkan segmen pasarnya menjanjikan. Mengenai modal usaha, menurut dia, tidak ada masalah. Perusahaan telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengakses permodalan yang bersumber dari perbankan.
”Saat ini, ABP Mandiri bermitra dengan beberapa perajin yang skala usahanya masih kecil. Perusahaan banyak memproduksi suku cadang kendaraan untuk kebutuhan pasar aftermarket. Penjualannya hingga luar Pulau Jawa bahkan diekspor ke luar negeri,” ujar Widodo.
Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo Agus Darsono mengatakan, pihaknya sangat berharap penyusunan peta jalan pengembangan kendaraan listrik nasional akan merangkul para pelaku IKM berskala rumahan, seperti sentra produksi logam Desa Ngingas. Pemerintah Daerah Sidoarjo siap memfasilitasi terkait regulasi dan pendampingan terhadap pelaku usaha.
”Upaya meningkatkan kapasitas dan kecakapan pelaku IKM logam Ngingas telah lama dilakukan. Pendampingan dilakukan di bidang pengembangan keterampilan, manajemen usaha, serta perluasan pemasaran produk. Sebagian pelaku usaha logam bahkan berhasil bermitra dengan perusahaan manufaktur besar melalui program link and match,” ujarnya.
Selain dengan industri besar, pelaku IKM logam Ngingas juga menjalin hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi. Kemitraan itu, misalnya, tengah berjalan dalam program teaching industry antara Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) dan BUMDes Ngingas Makmur Abadi. Salah satu programnya adalah pembuatan sistem manajemen dasbor.
Program itu bertujuan mendorong pelaku usaha memperbaiki sistem manajemennya sehingga mereka bisa naik kelas. Setidaknya, dengan memiliki manajemen usaha yang baik, pelaku IKM logam bisa menyusun strategi pengembangan usaha dan bermitra langsung dengan pembeli besar di dalam dan luar negeri, tidak lagi menerima pesanan dari pihak ketiga.
Sentra industri logam Ngingas bermula dari aktivitas pande besi berskala rumahan di Dusun Pandean. Pada era 1930-an, sentra pande besi ini memproduksi alat-alat pertanian dan memasok kebutuhan peralatan perkebunan, terutama pada tanaman tebu. Pada 1960-an aktivitas pande besi berkembang menjadi pengolahan logam.
Masuknya listrik pada 1980-an memengaruhi penggunaan mesin produksi menjadi lebih modern. Hal itu berdampak pada penganekaragaman jenis barang yang diproduksi, seperti komponen kendaraan mulai era 1990-an. Seiring waktu, pelaku industri terus mengembangkan diri sehingga berhasil masuk dalam rantai pasok suku cadang PT Astra Honda Motor sejak tahun 2017 hingga sekarang.