Presiden: Jangan Sampai Potensi Ekonomi Digital Indonesia Diambil Negara Lain
Ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai 124 miliar dollar AS pada 2025. Potensi ekonomi digital di Indonesia yang besar harus dimanfaatkan dan jangan sampai diambil oleh negara lain.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan agar potensi ekonomi digital yang dimiliki Indonesia bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan justru ”diambil” oleh negara lain. Semua pemangku kepentingan harus bersinergi mengembangkan ekosistem digital di Tanah Air.
Presiden mengatakan, Indonesia mempunyai potensi dan pasar yang besar dari ekonomi digital. Ini ditandai dengan jumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi yang mencapai 2.229 unit. Adapun potensi ekonomi digital sampai dengan 2025 mencapai 124 miliar dollar AS (Rp 1.760,80 triliun).
”Ini potensi yang gede banget,” ujar Presiden saat memberikan sambutan dalam acara Kompas100 CEO Forum, Kamis (18/11/2021), yang diselenggarakan harian Kompas bekerja sama dengan East Ventures. Acara ini digelar dengan dua metode, yakni luring di Jakarta Convention Center (JCC) dan Istana Negara, Jakarta, serta daring.
Hadir sejumlah petinggi perusahaan di JCC, antara lain Kalbe Farma, Garuda Food, dan BNI. Adapun petinggi perusahaan yang hadir di Istana Negara antara lain Indofood, Bank OCBC NISP, pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, serta asosiasi pengusaha.
Presiden mengingatkan, jangan sampai potensi ekonomi digital yang sangat besar itu diambil dan dimanfaatkan negara lain. Menurut Presiden, dalam dua tahun ke depan, peta jalan pengembangan ekonomi digital harus sudah siap.
”Kita siapkan infrastrukturnya seperti apa ekonomi digital dan masyarakat digital itu sehingga muncul ekosistem besar ekonomi digital. Jangan sampai lepas keduluan negara lain,” ujar Presiden Jokowi.
Ia menjelaskan, Indonesia juga perlu membangun sumber daya manusia yang memahami ekonomi digital. Salah satunya, menjajaki kerja sama dengan kampus-kampus kelas dunia. ”Dengan demikian, ekonomi sistem digital bisa terbentuk dan kita jalankan,” ujar Presiden.
Operating Partner East Ventures David Fernando Audy menjelaskan, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi penggunaan dan pertumbuhan ekosistem digital. Namun, jauh sebelum ledakan industri teknologi digital seperti saat ini, pihaknya sudah berinvestasi di perusahaan teknologi Indonesia sejak 2008.
Ini didasarkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, yakni 270 juta orang, dengan pendapatan domestik bruto terbesar di Asia Tenggara. ”Kami selalu percaya dengan potensi ekonomi digital di Indonesia,” ujar David.
Saat ini pihaknya berinvestasi di 200 perusahaan teknologi, antara lain di perusahaan-perusahaan unicorn seperti GoTo, Traveloka, Tokopedia, dan Xendit. Ia mengatakan, dalam 1-2 tahun ke depan diperkirakan akan ada lebih dari 18 perusahaan unicorn yang hadir di Indonesia.
Teknologi kesehatan
Salah satu sektor yang sedang mencatat kinerja cemerlang dalam ekosistem digital adalah perusahaan rintisan di bidang kesehatan. Salah satunya adalah SehatQ, perusahaan rintisan di bidang teknologi kesehatan. Chief Commercial Officer SehatQ Andrew Sulistya menjelaskan, selama dua tahun terakhir kala pandemi, kombinasi teknologi dan kesehatan menghasilkan kinerja bisnis yang bertumbuh sangat pesat.
”Kami beroperasi di bidang telemedikasi. Ini bertumbuh sangat pesat,” ujar Andrew.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam forum ini menegaskan, pengembangan teknologi kesehatan di bidang telemedikasi sangat dibutuhkan saat ini. Sebab, itu sejalan dengan upaya preventif bidang kesehatan yang akan menjadi fokus kementerian kesehatan ke depan.
Selain pengembangan telemedikasi, penggunaan teknologi di bidang kesehatan, seperti menggunakan big data, bisa mempertajam diagnosis dan pengambilan keputusan medis yang lebih tepat bagi pasien. ”Kita memiliki data pasien dari 270 juta orang, tetapi belum terintegrasi. Andaikan ini sudah terangkum dengan rapi dan lengkap, kita bisa menghasilkan diagnostik yang lebih tepat,” ujar Budi.
Budi mengatakan, ia hendak membangun ekosistem teknologi kesehatan digital bioteknologi seperti halnya ekosistem digital perusahaan rintisan keuangan atau teknologi lainnya. Ia melihat perusahaan rintisan kesehatan di luar negeri sudah berhasil memadukan teknologi digital dan pengembangan kesehatan.
”Kami coba tiru saja, bagaimana mengembangkan bioteknologi dari negara lain yang sudah berhasil. Ini lebih praktis,” ujar Budi.