Pertumbuhan Industri Dukung Pemulihan Setelah Pandemi
Perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh di 3,5 persen hingga 3,75 persen tahun ini. Pemulihan diproyeksikan berlanjut tahun depan seiring membaiknya permintaan domestik dan kinerja beberapa sektor.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada dalam tahap pemulihan pada tahun 2022. Meski demikian, ekonomi mulai bertumbuh dilihat dari beberapa indikator awal serta ditopang oleh permintaan domestik dan perbaikan kinerja pada beberapa sektor.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, perekonomian Indonesia tumbuh 3,5-3,75 persen pada tahun 2021 dan pemulihan masih berlanjut pada tahun 2022. Walaupun mulai membaik, masih ada beberapa tantangan yang akan dihadapi. Pengurangan belanja aset bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve/The Fed dan kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat diperkirakan tidak akan mengguncang pasar keuangan seperti tahun 2013.
Akan tetapi, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan membuat dollar AS menguat. ”Penguatan dollar AS terhadap rupiah akan memengaruhi industri yang tergantung pada bahan mentah impor,” kata Josua Pardede, Rabu (18/11/2021).
Kenaikan harga komoditas dan energi belakangan ini juga akan membuat biaya pada beberapa industri menjadi naik. Kenaikan harga komoditas juga kemungkinan akan diteruskan ke konsumen, berupa kenaikan harga produk dan akan meningkatkan inflasi. ”Walau demikian, pada kondisi perekonomian yang sedang membaik setelah Covid-19, kami memperkirakan kemampuan konsumen dalam menyerap kenaikan harga itu akan terbatas,” tambah Josua.
Josua juga mencermati masalah pada rantai pasokan global yang belum juga membaik. Masalah logistik karena keterbatasan kontainer pengangkut masih mempengaruhi arus pasokan bahan mentah global. Selain itu, isu semikonduktor yang merupakan bahan baku untuk industri, seperti otomotif dan elektronik, juga memengaruhi hasil dari industri tersebut.
Adapun sektor industri yang diperkirakan akan berkembang, antara lain, adalah industri petrokimia yang membaik pada 2021. Impor polyethylene and polypropylene, misalnya, naik dari Januari hingga September dan memperlihatkan pertumbuhan permintaan.
Pada sektor otomotif, Josua memperkirakan, industri ini masih akan terus membaik karena daya beli membaik juga serta insentif pemerintah pada industri otomotif hingga akhir 2021. ”Kami memperkirakan, penjualan kendaraan roda empat tidak akan kembali menjadi 1 juta unit dalam waktu dekat, tetapi bisa mencapai 906.000 unit karena perekonomian belum sepenuhnya pulih,” ujarnya.
Penjualan diperkirakan akan pulih menjadi 1 juta unit pada tahun 2024. Demikian pula dengan penjualan kendaraan roda dua yang diperkirakan hanya 5,17 juta unit atau lebih rendah dari penjualan pada tahun 2019 yang sebesar 6,49 juta unit.
Industri lain yang sudah membaik adalah semen yang memiliki kinerja lebih baik dari 2020. Dalam enam bulan terakhir, penjualan semen tumbuh konsisten. Demikian pula dengan sektor perunggasan yang diperkirakan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi. Beberapa indikator dalam industri ini membaik dari Agustus hingga Oktober 2021.
Tumbuh 5,6 persen
Sementara itu, tim riset Morgan Stanley memperkirakan pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6 persen di atas konsensus 5,1 persen. ”Kami melihat ada pertumbuhan yang absolut dan relatif, sementara di negara lain akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang menurun, Indonesia yang pada awalnya tertinggal setelah terkena gelombang Covid susulan, saat ini terlihat akan bertumbuh dan sudah melakukan percepatan vaksinasi, pembukaan kembali ekonomi, serta membukukan kinerja perdagangan positif juga melakukan reformasi struktural,” demikian riset tersebut.
Pembukaan kembali ekonomi dan percepatan vaksinasi membuat permintaan domestik membaik. Pada awalnya, ekspor telah mendukung pemulihan, tetapi saat ini permintaan domestik yang semakin luas akan menjadi pendukung dan bertambah tinggi. Tingkat vaksinasi harian terus meningkat. Morgan Stanley memperkirakan Indonesia mampu memvaksin sekitar 84 persen penduduk dewasa pada akhir tahun ini.
Seiring dengan kenaikan tingkat vaksinasi, sentimen pada sektor swasta juga akan membaik sehingga mendorong konsumsi domestik. Kenaikan konsumsi domestik akan mengangkat kapasitas terpasang juga belanja modal perusahaan.
Hanya saja, para ekonom Morgan Stanley juga melihat ada potensi risiko seperti situasi di China jika terjadi hard landing karena kesalahan kebijakan, tentu akan memengaruhi negara lain di kawasan Asia. Selain itu, perkembangan Covid-19 dan gerakan vaksinasi serta bagaimana hubungannya dengan permintaan domestik, apakah sesuai dengan rencana dan harapan atau tidak. Hal lain yang menjadi tantangan adalah langkah yang dilakukan pada reformasi struktural.