Ditjen Migas Investigasi Kebakaran di Kilang Cilacap Mulai Rabu
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menginvestigasi kebakaran kilang dengan melibatkan Tim Independen Pengendalian. Investigasi diharapkan dapat menguak penyebab sekaligus mengantisipasi kejadian serupa.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berencana memulai investigasi terkait kasus kebakaran di kawasan Kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (17/11/2021). Selain untuk mengetahui penyebab kebakaran, investigasi lebih detail dinilai perlu untuk mendeteksi dan mengantisipasi kemungkinan kilang terbakar lagi.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wakhid Hasyim, Senin (15/11/2021), di Jakarta, mengatakan, investigasi tersebut akan melibatkan Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas.
”Hasil kesimpulan sementara oleh PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap yang didukung data dari sistem Vaisala PLN, dugaan sementara kebakaran tangki 36T-102 disebabkan oleh petir. Namun, hal ini butuh pendalaman,” ujar Wakhid.
Wakhid menambahkan, sejauh ini pihaknya telah meminta PT Pertamina (Persero) untuk melakukan analisis risiko terhadap seluruh instalasi migas yang dimiliki atau dioperasikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional dengan sistem penangkal atau penyalur petir. Dia menambahkan, sedang ada proses menghitung volume pertalite yang terbakar dan tersisa dari tangki 36T-102 yang terbakar.
Sebelumnya, tangki 36T-102 di kawasan Kilang Pertamina Cilacap terbakar pada Sabtu (13/11/2021) sekitar pukul 19.00 WIB. Namun, 80 menit kemudian terjadi kebakaran kedua. Api dapat dipadamkan pada Minggu pukul 07.45 WIB.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (14/11/2021), menyatakan, dengan adanya infrastruktur digital Pertamina Integrated Command Center (PICC), Pertamina bisa mengendalikan situasi sekaligus memantau pemadaman jarak jauh.
”Kami pastikan hanya satu tangki yang terbakar dari total 200 tangki. Dengan demikian, tidak ada pemutusan (shutdown) dan produksi tetap berjalan normal. Kami jamin pasokan bahan bakar minyak (BBM) aman,” ujarnya.
Nicke berkomitmen Pertamina melakukan investigasi atas kejadian kebakaran tangki 36T-102 di Kilang Pertamina Cilacap. Pertamina juga berkomitmen menjamin keamanan kru dan warga di sekitar Kilang Pertamina Cilacap.
Kilang Pertamina Cilacap merupakan satu dari enam kilang yang dimiliki Pertamina. Kilang ini memiliki kapasitas pengolahan 270.000 barel per hari. Terdapat 200 tangki yang menampung minyak mentah untuk diolah, gas, dan BBM hasil pengolahan minyak mentah.
Sebelumnya, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menilai investigasi harus dipercepat. Tujuannya, selain mengetahui penyebab, investigasi juga mesti dapat mendeteksi potensi kejadian terulang kembali. ”Ini menuntut peran aktif Pertamina dan kementerian/lembaga terkait, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara,” ujarnya.
Menurut dia, kontribusi Kilang Pertamina Cilacap berkisar 33-34 persen terhadap produksi BBM dan elpiji nasional. Kontribusinya terbilang besar sehingga apabila terjadi gangguan, berpotensi mengganggu pasokan BBM dan elpiji nasional.
Sepanjang 2021, di kawasan Kilang Pertamina Cilacap terjadi dua kali kebakaran. Kebakaran pertama pada Juni 2021. Investigasi kejadian itu pun belum tuntas. Selama 1995-2021, bahkan terjadi tujuh kali kebakaran di kawasan kilang itu.
Beberapa kali kebakaran di kawasan kilang yang sudah berdiri, menurut Abra, bisa berpengaruh terhadap proses untuk menarik investasi. ”Investor tentu akan memikirkan risiko berinvestasi di kilang. Kalau ada kebakaran tangki, kerugiannya dihitung mulai dari isi hingga nilai aset tangki,” ujarnya.