Presiden Jokowi Ajak Kerja Sama APEC Buka Mobilitas Aman di Kawasan
”Kita harus memperkuat kerja sama untuk bangkit bersama, kuat bersama, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, saya mengajak APEC untuk fokus pada tiga hal,” ujar Presiden Jokowi saat berpidato di KTT Ke-28 APEC.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/KRIS
Presiden Joko Widodo pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-28 Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang digelar secara virtual. Presiden Jokowi mengikuti KTT APEC tersebut dari Novotel Lombok Resort and Villa, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jumat (12/11/2021).
LOMBOK, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak seluruh anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia-Pacific Economic Cooperation memperkuat kerja sama untuk bangkit bersama dan kuat bersama di tengah pemulihan ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian. Kerja sama itu mencakup upaya pembukaan mobilitas aman di kawasan, mewujudkan ketangguhan ekosistem rantai pasok global, serta mendorong transisi menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan dan hijau.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-28 Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia-Pacific Economic Cooperation APEC yang digelar secara virtual. Presiden Jokowi mengikuti KTT APEC tersebut dari Novotel Lombok Resort and Villa, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jumat (12/11/2021).
”Kita harus memperkuat kerja sama untuk bangkit bersama, kuat bersama, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, saya mengajak APEC untuk fokus pada tiga hal,” ujar Presiden Jokowi yang pada kesempatan tersebut didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/KRIS
Presiden Joko Widodo saat berada di Novotel Lombok Resort and Villa, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jumat (12/11/2021). Kepala Negara, dari tempat tersebut, mengikuti secara virtual Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-28 Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Pertama, kata Presiden, seluruh ekonomi APEC harus segera membuka mobilitas yang aman di kawasan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Seluruh ekonomi APEC harus bersama-sama mempercepat pencapaian target cakupan vaksinasi di kawasan. Selain itu, juga menyepakati pengaturan jalur khusus bagi pelaku perjalanan tervaksinasi antarekonomi APEC.
Pandemi Covid-19 telah mengajarkan semua negara bahwa rantai pasok global yang hanya bertumpu pada satu atau dua negara sangat rawan, terutama untuk proses produksi vaksin, obat, alat-alat kesehatan, dan produk-produk penting lainnya.
Kedua, Presiden Jokowi mendorong ekonomi APEC untuk mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang lebih tangguh. Menurutnya, disrupsi terhadap rantai pasok dan logistik global memiliki dampak ekonomi yang besar. Pandemi Covid-19 telah mengajarkan semua negara bahwa rantai pasok global yang hanya bertumpu pada satu atau dua negara sangat rawan, terutama untuk proses produksi vaksin, obat, alat-alat kesehatan, dan roduk penting lainnya.
”Kita harus mengoreksinya dengan membangun rantai pasok dunia yang lebih merata di kawasan untuk memitigasi risiko serupa di kemudian hari. Biaya pengangkutan kontainer yang saat ini naik sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi juga memukul eksportir dan importir. Akar masalah harus dicari dan segera kita selesaikan,” kata Presiden Jokowi.
Pekerja memindahkan peti kemas dari kapal angkut ke atas sebuah truk yang telah menunggu di Pelabuhan Kargo Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (11/3/2020). Sejak lama, pengusaha industri manufaktur di Batam mengeluhkan mahalnya biaya pengiriman kontainer dari pelabuhan tersebut.
Ketiga, Kepala Negara mendorong transisi menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan dan hijau. Pembangunan ekonomi berkelanjutan dan hijau adalah masa depan ekonomi dunia dan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan mengatasi perubahan iklim.
”Semuanya harus win-win dan berimbang, dan bukan dengan pendekatan zero-sum di antara tiga tujuan itu. APEC harus dapat memfasilitasi investasi dan alih teknologi di sektor ekonomi rendah karbon. Transisi berkelanjutan dan hijau harus semakin diintegrasikan ke dalam berbagai ranah kerja sama APEC,” kata Presiden Jokowi.
Pertumbuhan ekonomi
Saat menyampaikan keterangan pers seusai mendampingi Presiden Jokowi menghadiri KTT ke-28 APEC dengan tuan rumah Selandia Baru tersebut, Menteri Perdagangan Mohammad Lutfi menuturkan ada dua bagian pertemuan itu. Pertama, laporan perkembangan pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva. Kedua, masalah pertumbuhan ekonomi di kawasan APEC.
Menurut IMF, perekonomian dunia akan tumbuh 5,9 persen dengan negara-negara APEC akan tumbuh sedikit di atas itu, yaitu 6 persen. ”Tetapi, ada beberapa hal yang mesti dilihat dan perbedaan-perbedaan ini juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan ekonomi ke depan,” kata Lutfi.
Pertama, perbedaan masalah vaksin. Standardisasi vaksin masih menyebabkan perpindahan manusia menjadi terkendala. Kedua, perbedaan ruang fiskal antara negara atau ekonomi APEC yang menyebabkan perbedaan dalam hal upaya melawan Covid-19. ”Ini bahaya karena bisa menyebabkan mutasi baru dari Covid-19 tersebut dan akan mengganggu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain,” katanya.
Demikian juga terkait perbedaan-perbedaan ekonomi, yaitu tentang rantai pasok global. Permintaan pada saat pemulihan Covid-19 diperkirakan jauh lebih tinggi daripada suplai. Kondisi ini baru akan menemukan ekuilibriumnya pada pertengahan tahun 2022.
KOMPAS/BRENDAN SMIALOWSKI
Presiden Joko Widodo dan Kanselir Jerman Angela Merkel berdiskusi sebelum pertemuan tentang rantai pasokan global dalam KTT G-20 di Roma, Italia, Minggu (31/10/2021). Merkel berada di Roma dalam salah satu perjalanan internasional terakhirnya sebagai Kanselir Jerman.
”Di samping itu, beliau juga mengingatkan ada tiga poin penting yang menjadi prinsip pertumbuhan ekonomi, yaitu vaksinasi, kalibrasi, dan akselerasi. Pertama, seperti beliau utarakan, kita perlu mengadakan vaksinasi yang menyeluruh. No one is safe until every one is safe. No one is vaccinated until everyone is vaccinated,” ujar Lutfi.
Kedua, kalibrasi tentang kebijakan ekonomi di kawasan bernilai penting untuk menumbuhkan perdagangan dan perekonomian. Selanjutnya akselerasi dari reformasi, yakni bagaimana transformasi ekonomi dari ekonomi biasa menjadi ekonomi digital. Demikian pula transformasi menjadi ekonomi berkelanjutan dan ekonomi hijau. Ini adalah bagian yang diutarakan oleh IMF.
Sementara itu, intervensi dari Presiden Jokowi menyangkut beberapa hal. Pertama, arti penting terjadinya mobilitas di kawasan. Oleh sebab itu, vaccinated travel lane di APEC di negara-negara APEC ini mesti segera berjalan. Banyak negara di Asia Pasifik sudah menjalankan protokol untuk perjalanan, misalnya seperti Indonesia dan Malaysia, Singapura dengan beberapa negara, dan juga beberapa negara APEC lainnya.
AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA
Penumpang pesawat penerbangan internasional menunggu instruksi dari petugas kesehatan saat tiba di terminal kedatangan Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, Senin (1/11/2021). Thailand mulai membuka kunjungan wisatawan mancanegara yang telah divaksinasi secara penuh tanpa harus menjalani karantina.
”Kedua, Bapak Presiden mengintervensi masalah ekosistem rantai pasok. Jadi rantai pasok ini adalah sesuatu yang sangat penting, jangan sampai hanya dikuasai oleh satu atau dua negara. Tetapi, mesti dibikin menjadi lebih merata karena dengan begitu kita akan mendapatkan kekuatan, ketangguhan rantai pasok dunia yang bisa memastikan bahwa perdagangan obat dan vaksin Covid-19 ini—sebagai awal—bisa dinikmati oleh seluruh negara di kawasan,” kata Lutfi.
Presiden Jokowi juga menggarisbawahi kenaikan biaya logistik atau kenaikan harga untuk pengapalan sebagai sesuatu yang juga penting dan mesti ditanggulangi secara cepat, apalagi karena sudah naik 3-5 kali sebelum Covid-19. Ketiga, transformasi dari ekonomi berkelanjutan dan juga ekonomi hijau.
”Ini menjadi sangat penting dan kita mesti memperhatikan tiga hal; yaitu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kebijakan iklim. Ketiga hal tersebut tidak boleh saling mengadu, tetapi menjadikan suatu bagian untuk mendapatkan kesinambungan di masa yang akan datang,” kata Lutfi.
Terkait aspek teknis, Wamenlu Mahendra Siregar menuturkan, pada pertemuan tersebut sebagian besar dari 21 pemimpin ekonomi APEC hadir, termasuk dari China, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan lainnya. ”(Hal) Ini menunjukkan bahwa keinginan bersama dari para ekonomi APEC untuk melihat kekompakan dan kontribusi masing-masing menuju kemajuan APEC sendiri masih terus kuat dipertahankan dan didorong,” kata Mahendra.