Biaya Proyek Kereta Cepat Membengkak, KCIC Minta China Tambahkan Pinjaman
Pembuat kereta cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia China, akan membuka negosiasi dengan Bank Pembangunan China (CDB) dalam upaya mendapatkan tambahan pinjaman.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembuat kereta cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia China, akan membuka negosiasi dengan Bank Pembangunan China (China Development Bank/CDB) dalam upaya mendapatkan tambahan pinjaman. Langkah ini diperlukan untuk membiayai pembengkakan biaya atau cost overrun proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diperkirakan mencapai kisaran 1,6 miliar dollar AS-1,7 miliar dollar AS.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, biaya proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung diestimasikan akan membengkak berkisar 1,6 miliar dollar AS-1,7 miliar dollar AS (Rp 23,20 triliun-Rp 24,65 triliun). Pembengkakan ini disebabkan beberapa hal. Pertama, kenaikan biaya nilai kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement construction/EPC). Kenaikan biaya kontrak EPC ini mencakup pekerjaan tambahan, kenaikan harga bahan baku konstruksi, dan relokasi jalur.
Kedua, kenaikan biaya pembebasan lahan karena lahan yang dibebaskan bertambah luas atau naik 31 persen menjadi 7,6 juta hektar. Ketiga, keterlambatan proyek menyebabkan kenaikan biaya, antara lain biaya konsultan, operasional ofisial, serta jasa operasi dan pemeliharaan. Keempat, ada tambahan biaya jaringan telekomunikasi khusus kereta api (GSM-R) yang sebelumnya belum dianggarkan.
”Kalau dari sisi facility agreement, itu tanggung jawab BUMN sponsor dari Indonesia maupun China, tapi masih bisa negosiasi dengan CDB. Tolong dong CDB ini bantu biayai overrun cost,” ujar Dwiyana saat kunjungan ke kantor Redaksi Kompas, Jumat (12/11/2021).
Dwiyana menjelaskan, cost overrun adalah hal yang lumrah dan bisa terjadi di dalam proyek pembangunan kereta cepat. Ia mencontohkan salah satu proyek pembangunan kereta cepat rute Guangzhou-Hong Kong Express sepanjang 142 kilometer yang semestinya memakan biaya sebesar 10,7 miliar dollar AS membengkak sebesar 2,5 miliar dollar AS. Selain itu, ada kereta cepat Madrid-Barcelona sepanjang 621 kilometer yang memakan biaya 12,6 miliar dollar AS membengkak sebesar 4,2 miliar dollar AS.
”Kelebihan biaya sering terjadi pada proyek kereta cepat karena sifatnya yang kompleks. Ini disebabkan penganggaran awal yang optimistis, kegagalan tata kelola manajemen proyek, dan penundaan pembebasan lahan,” ujar Dwiyana.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo mengemukakan, estimasi total nilai awal proyek adalah sebesar 6,07 miliar dollar AS (Rp 88 triliun). Dengan adanya estimasi biaya pembengkakan 1,6 miliar dollar AS- 1,7 miliar dollar AS, nilai proyek diperkirakan menjadi 7,77 miliar dollar AS (Rp 112 triliun).
Pemenuhan nilai awal proyek tersebut dibiayai dari pinjaman China Development Bank sebesar 4,55 miliar dollar AS (75 persen) dan sisanya berasal dari ekuitas dari para pemegang saham sebesar 1,52 miliar dollar AS. Adapun pemegang saham terdiri atas konsorsium perusahaan asal China dan konsorsium BUMN Indonesia.
Konsorsium perusahaan China adalah Beijing Yawan HSR Co Ltd yang beranggotakan China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, CRRC Corporation Limited, China Railway Signal and Communication Co, dan Sinohydro Corporation Limited. Konsorsium ini menyetor ekuitas awal sebesar 610 juta dollar AS.
Sementara konsorsium BUMN Indonesia tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang terdiri dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII. PSBI menyetor ekuitas awal sebesar 911 juta dollar AS.
Penyertaan modal negara
Didiek menjelaskan, untuk pemenuhan ekuitas awal, PSBI masih kekurangan Rp 4,36 triliun. Untuk pemenuhan ini, pihaknya meminta pemerintah menyuntik penyertaan modal negara (PMN). Ia menambahkan, PMN itu bukan untuk menambal cost overrun, melainkan untuk memenuhi total ekuitas awal PSBI yang sebesar 911 juta dollar AS.
Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung.
Sebelumnya, dalam rapat dengan DPR pada September, anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade dan Nusron Wahid, meminta PT KAI melakukan audit investasi proyek itu terlebih dahulu sebelum menerima dana PMN.
Nusron berpendapat, kelahiran proyek kereta cepat bukan di tangan PT KAI, melainkan Wijaya Karya. Jangan sampai PT KAI menghadapi masalah pada kemudian hari lantaran menjadi penanggung jawab atau penyalur PMN untuk menambal pemenuhan ekuitas. Andre menilai, jika PMN ini diberikan tanpa ada audit, suatu saat pasti akan menjadi persoalan.
Sampai dengan Oktober, pengerjaan kereta dengan panjang lintasan 142,3 kilometer ini sudah mencapai 79,31 persen. Kereta ini rencananya akan memiliki empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar Bandung. Adapun terdapat satu depo kereta, yakni Depo Tegalluar.
Kereta yang memiliki kecepatan maksimal 350 kilometer per jam ini direncanakan beroperasi Desember 2022. Adapun total perjalanan Jakarta-Bandung diperkirakan akan memakan waktu 43 menit.