Bali Dorong Pemakaian QRIS di Masa Pandemi Covid-19
Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat peningkatan jumlah pedagang, volume, dan nilai transaksi nontunai dengan QRIS di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Bank Indonesia di Bali terus mendorong digitalisasi dalam transaksi di pasar tradisional dan pasar modern. Hingga akhir Oktober 2021, jumlah merchant (pedagang) yang sudah bertransaksi dengan standar kode respons cepat Indonesia atau QRIS di Bali mencapai 355.166 pedagang.
”Target kami di Bali ada 363.000 merchant,” kata Trisno Nugroho, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, dalam siaran pers yang diterima Kompas, Selasa (9/11/2021). Adapun secara nasional, QRIS ditargetkan digunakan 12 juta pedagang.
Oleh karena itu, Bank Indonesia bersama pemerintah dan penyelenggara jasa pembayaran menjalankan program pasar dan pusat perbelanjaan sehat, inovatif, dan aman pakai (SIAP) dengan QRIS. Penerapan program itu di Bali dijalankan di Pasar Semarapura, Kabupaten Klungkung, Senin (8/11/2021). Acara juga dihadiri pejabat pemerintah setempat, DPR, dan perwakilan Ombusdman Bali.
Trisno mengatakan, bertransaksi dengan QRIS menjadi solusi di masa pandemi Covid-19 karena transaksi dilakukan secara nontunai melalui ponsel pintar sehingga tidak perlu kontak fisik dan tanpa sentuhan. Selain terjaga keamanannya, bertransaksi dengan QRIS juga memudahkan serta menguntungkan pedagang dan kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pedagang dan UMKM yang menggunakan QRIS akan tercatat dan memiliki profil kredit sehingga memudahkan mereka mengakses pinjaman. Transaksi dengan QRIS juga akan tercatat dan langsung masuk ke rekening pedagang sehingga mudah dimonitor.
Penggunaan QRIS juga menghindarkan risiko pencurian atau mendapat uang palsu. Saat menggunakannya, pelaku usaha mikro mendapat keringanan bebas biaya, bahkan hingga nol persen sampai Desember 2021.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, yang lebih akrab disapa Tjok Ace, menyatakan digitalisasi sebagai suatu keniscayaan yang mau tidak mau harus diikuti, termasuk dengan pemanfaatan media daring dan transaksi digital.
Kalangan pengusaha yang bertahan dalam masa sulit akibat pandemi Covid-19 adalah mereka yang beradaptasi dengan digitalisasi. (Tjok Ace)
Digitalisasi penting dalam situasi pandemi Covid-19. Tjok Ace menyebut, kalangan pengusaha yang bertahan dalam masa sulit akibat pandemi Covid-19 adalah mereka yang beradaptasi dengan digitalisasi, termasuk menerapkan teori industrialisasi 4.0.
Oleh karena itu, Tjok Ace mengajak para pengusaha UMKM, termasuk di Pasar Semarapura dan pusat tenun pasar tradisional Klungkung, agar tidak ragu menggunakan QRIS dalam bertransaksi secara digital.
BI Bali mencatat pertumbuhan transaksi dengan QRIS, baik secara volume maupun nominal. Rata-rata terdapat 407.000 transaksi dengan QRIS setiap bulan. Jumlah itu tumbuh sekitar dua kali lipat dibanding tahun 2020. Adapun transaksi dengan QRIS saat ini tercatat mencapai Rp 3,2 miliar.
Dari 355.166 gerai QRIS di Bali, sekitar 54 persen merupakan pengusaha mikro dan 11 persen pengusaha kecil. Gerai QRIS terbanyak berada di Kota Denpasar, disusul Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menyatakan mengapresiasi dan berterima kasih atas upaya digitalisasi yang dilaksanakan pihak BI. Ia menilai transaksi digital menjadi kebutuhan dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 saat ini. Oleh karena itu, ujar Suwirta, pedagang di pasar tradisional di Klungkung diharapkan dapat beradaptasi memanfaatkan transaksi digital dengan QRIS.