2040, Pasar Penerbangan Asia Pasifik Diperkirakan Capai 6,8 Triliun Dollar AS
Industri pesawat terbang Boeing memproyeksikan pasar penerbangan komersial Asia Pasifik mencapai 6,8 triliun dollar AS pada 2040. Lalu lintas udara Asia Pasifik kuat ketika pembatasan mobilitas dicabut.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri pesawat terbang Boeing memproyeksikan pasar penerbangan komersial Asia Pasifik mencapai 6,8 triliun dollar AS pada 2040. Secara rinci, perjalanan udara di Asia Pasifik diperkirakan menyumbang hampir setengah dari lalu lintas udara global pada tahun 2040 sehingga mendorong permintaan ketersediaan sebanyak 17.645 pesawat baru senilai 3,1 triliun dollar AS dalam jangka waktu 20 tahun. Selain itu, untuk mendukung industri penerbangan komersial, negara-negara Asia-Pasifik juga akan membutuhkan layanan purnajual senilai 3,7 triliun dollar AS.
Vice President of Marketing Boeing Commercial Airplanes Darren Hulst, dari Seattle, Amerika Serikat, Selasa (9/11/2021), secara virtual, mengungkapkan hal tersebut dalam pemaparan Outlook Pasar Komersial (CMO) Boeing 2021. Proyeksi jangka panjang perusahaan memperkirakan tingginya permintaan untuk pesawat komersial dan layanan.
Ribuan pesawat komersial baru akan berfokus pada efisiensi dan bisnis keberlanjutan. Pada 2040, pasar Asia Pasifik akan mencakup hampir setengah dari lalu lintas udara global sehingga kebutuhan armada kargo menjadi bertambah tiga kali lipat lebih.
Kawasan Asia Pasifik memiliki pasar perjalanan udara yang beragam, termasuk ekonomi yang matang di Asia Timur Laut dan Oseania, serta pasar penerbangan yang berkembang pesat di China, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Dengan pemulihan perjalanan yang dimungkinkan oleh meningkatnya vaksinasi Covid-19, operator Asia Pasifik berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan pemulihan perjalanan bisnis dan liburan serta transportasi kargo udara.
”Kami telah melihat ketahanan yang kuat dalam lalu lintas Asia Pasifik ketika pembatasan mobilitas dicabut dan penumpang merasa percaya diri tentang perjalanan,” kata Darren.
Menurut Darren, operator dengan armada yang efisien dan serbaguna akan mudah diposisikan untuk memenuhi kebutuhan penumpang dan permintaan angkutan udara. Tentunya, pesawat terbang yang dibutuhkan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar, emisi, dan biaya operasional.
Dalam analisis CMO Boeing terhadap permintaan 20 tahun ke depan untuk lima wilayah di Asia Pasifik, negara-negara Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat akan mengalami pertumbuhan armada dan lalu lintas penumpang jauh berada di atas rata-rata global.
Operator berbiaya rendah diperkirakan akan berkembang pada jaringan intra-regional dengan jet lorong tunggal, sementara pada medan angkasa terbuka dan perjanjian perdagangan akan memungkinkan operator untuk berinvestasi dalam widebody hemat bahan bakar untuk melayani rute jarak jauh. Asia Tenggara diperkirakan membutuhkan 4.465 pesawat baru senilai 765 miliar dollar AS dan layanan penerbangan komersial senilai 790 miliar dollar AS pada tahun 2040.
Di Asia Timur Laut, ekonomi yang semakin matang akan terus mendukung keseimbangan pasar perjalanan udara di seluruh segmen perjalanan domestik, regional, dan jarak jauh. Wilayah ini diperkirakan membutuhkan 1.385 pesawat baru senilai 310 miliar dollar AS serta layanan senilai 555 miliar dollar AS dalam 20 tahun ke depan.
Selanjutnya, menurut Darren, penerbangan komersial di Oseania berfungsi sebagai infrastruktur transportasi penting di negara kepulauan. Perjalanan domestik dan regional menyumbang 80 persen dari lalu lintas penumpang. Ini akan mendorong permintaan pesawat lorong tunggal. Sementara jet berbadan lebar serbaguna, seperti 787 Dreamliner, akan mendukung pengembangan jaringan jarak jauh dan internasional. Oceania diproyeksikan membutuhkan 785 jet baru senilai 135 miliar dollar AS dan layanan senilai 165 miliar dollar AS pada akhir periode.
CMO 2021 pun mencakup proyeksi Asia Pasifik hingga 2040, antara lain, jet lorong tunggal akan menangani hampir 13.500 pengiriman, sekitar tiga perempat dari permintaan. Jet berbadan lebar, termasuk model penumpang dan kargo, akan total mencapai hampir 3.800 pesawat.
Perkembangan kebutuhaan armada kargo akan mencapai lebih dari tiga kali lipat menjadi 1.160 pesawat, termasuk yang baru dan dikonversi modelnya. Tujuannya untuk mendukung diversifikasi rantai pasokan global dan memenuhi permintaan e-dagang. Armada kargo Asia Pasifik diperkirakan bakal menyamai armada kargo Amerika Utara pada 2040.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan armada, permintaan untuk pemeliharaan, perbaikan, overhaul, dan modifikasi merupakan mayoritas dari proyeksi permintaan layanan penerbangan komersial. Solusi digital, analitik, dan layanan pelatihan juga akan mendukung armada Asia Pasifik.
Bahkan, Pilot dan Teknisi Outlook (PTO) Boeing tahun 2021 memperkirakan bahwa wilayah tersebut akan membutuhkan hampir 820.000 personel penerbangan baru, termasuk lebih dari 230.000 pilot serta hampir 250.000 teknisi dan 340.000 awak kabin.
Proyeksi ini tentu juga berkaitan dengan perkembangan penanganan Covid-19 di seluruh dunia. Sebagaimana dilansir oleh Boeing pada pertengahan September 2021, Boeing menilai industri penerbangan mulai menunjukkan tanda-tanda pulih dari pandemi. Ada prediksi bullish atau kecenderungan naik tentang permintaan untuk maskapai penerbangan dan pesawat militer serta produk dan layanan kedirgantaraan lainnya.
Saat itu, Boeing sudah memperkirakan bahwa pasar kedirgantaraan akan bernilai 9 triliun dollar AS selama dekade berikutnya. Nilai itu melonjak dari prediksi Boeing sebesar 8,5 triliun dollar AS tahun lalu dan 8,7 triliun dollar AS pada 2019, sebelum pandemi melumpuhkan permintaan untuk maskapai jet.
Secara terpisah, Boeing juga melaporkan kenaikan kecil dalam pesanan pesawat baru selama Agustus. Perusahaan membukukan pesanan bersih untuk 23 jet komersial setelah memperhitungkan 30 pembatalan, dengan 28 pembatalan di antaranya terjadi untuk Boeing 737 Max.
Perjalanan udara dapat pulih dengan cepat, yang tecermin dalam perkiraan jangka panjang mereka yang optimistis. ”Kami kehilangan pertumbuhan sekitar dua tahun. Namun, kami melihat pemulihan ke tingkat pra-virus pada akhir 2023 atau awal 2024,” ujar Darren.
Di AS dan seluruh dunia, perjalanan udara di dalam negeri meningkat lebih cepat daripada perjalanan lintas batas karena banyak negara mempertahankan hambatan yang tinggi untuk perjalanan internasional. Pada Juli, perjalanan domestik global adalah 84 persen dari level Juli 2019, tetapi perjalanan internasional hanya 26 persen, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, grup perdagangan utama untuk maskapai penerbangan global.
Terlepas dari kemunduran akibat pandemi, pandangan jangka panjang Boeing yang berbasis di Chicago sedikit berubah dari tahun lalu. Pada 2030, perusahaan memperkirakan bahwa maskapai penerbangan akan membutuhkan 19.000 pesawat baru untuk menggantikan yang lama dan untuk pertumbuhan didorong oleh meningkatnya permintaan untuk perjalanan, terutama di Asia.
Pada 2040, perusahaan memperkirakan bahwa armada global pesawat maskapai akan mencapai 49.000 unit, dengan hampir 40 persen di antaranya berada di kawasan Asia-Pasifik, yang dipimpin oleh China. (AP)