Evaluasi sangat diperlukan ketika seorang investor atau ”trader” selalu rugi dari berpuluh-puluh atau beratus transaksi. Ada kemungkinan kesalahan dalam menganalisis atau kurang mematuhi pengaturan keuangan.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Berinvestasi atau berjual-beli saham (trading) sama seperti ketika kita menjalankan sebuah bisnis. Kadang ada kerugian, kadang ada keuntungan.
Kalau selalu rugi dalam bertransaksi saham, perlu dilihat lagi berbagai hal. Evaluasi sangat diperlukan ketika seorang investor atau trader selalu rugi dari berpuluh-puluh atau beratus transaksi. Ada kemungkinan kesalahan dalam menganalisis, kurang mematuhi pengaturan keuangan, atau tidak disiplin dalam menerapkan rencana perdagangan (trading plan).
Sebaliknya, ketika investasi mendatangkan keuntungan, keuntungan itu juga harus dikelola dengan baik. Kurang cermat mengelola keuntungan dari hasil investasi atau trading, dalam aset apa pun, seperti saham, aset kripto, atau valuta asing, bisa jadi membuat untung yang sudah di tangan menguap kembali.
Misalnya saja, seorang trader yang menargetkan keuntungan sebesar 3 persen ketika membeli sebuah saham dari Rp 1.000.000 naik menjadi Rp 1.030.000. Saham naik terus dan dalam waktu tiga hari target itu sudah tercapai. Hasil tiga hari ini hampir setara dengan hasil jika kita menempatkan uang pada deposito dalam satu tahun.
Kurang cermat mengelola keuntungan dari hasil investasi atau trading, dalam aset apa pun, seperti saham, aset kripto, atau valuta asing, bisa jadi membuat untung yang sudah di tangan menguap kembali.
Jika trader itu mematuhi rencananya, dia akan mengambil keuntungan dari kenaikan harga saham tersebut. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan bahwa pada hari keempat saham masih naik. Jadi, tetap ada dua skenario, saham akan terus naik pada hari keempat atau turun pada hari keempat.
Jika trader itu disiplin dengan rencananya, dia akan mengambil untung sesuai rencana, yaitu sebesar 3 persen dari harga saham semula. Jika setelah melihat analisis teknis saham dapat naik, dia dapat kembali membeli saham tersebut atau hanya mengambil keuntungannya saja, sementara pokok investasinya dibiarkan naik lagi.
Keuntungan yang didapatkan dari kenaikan harga saham tetapi belum ditarik merupakan keuntungan yang belum direalisasikan. Keuntungan ini masih dapat naik dan turun sesuai dengan harga saham di pasar. Jadi, bisa saja ketika hari keempat harga saham turun, keuntungan yang didapatkan lenyap, bahkan pokok investasi pun tergerus.
Penarikan keuntungan harus dilakukan lebih disiplin pada aset yang berfluktuasi tinggi atau menggunakan margin. Misalnya, aset kripto dan perdagangan mata uang asing.
Keuntungan yang didapatkan dari kenaikan harga saham tetapi belum ditarik merupakan keuntungan yang belum direalisasikan.
Seorang trader aset kripto sebaiknya menarik keuntungan teratur. Pastikan terlebih dahulu mencapai titik impas. Contohnya, ketika membeli bitcoin seharga Rp 5 juta dan dalam waktu enam bulan asetnya sudah menjadi Rp 10 juta, tariklah investasi awal yang sebesar Rp 5 juta tersebut. Dengan demikian, investasi yang diputarkan merupakan hasil dari investasi awal. Secara psikologis, trader tersebut akan bertransaksi dengan lebih tenang karena uang yang digunakan merupakan uang hasil keuntungan.
Uang hasil keuntungan investasi juga dapat digunakan untuk memenuhi keperluan yang telah direncanakan sebelumnya. Jika memang belum ada rencana untuk menggunakan uang hasil keuntungan itu, ada baiknya digunakan untuk berinvestasi pada jenis aset lain yang risikonya lebih rendah. Semisal, uang hasil investasi dari transaksi saham diinvestasikan kembali pada reksadana, obligasi ritel, atau exchange traded fund. Dengan demikian, hasil investasi dapat berkembang kembali.