Adanya insentif PPn rumah tapak, khususnya harga di bawah Rp 2 miliar, yang diperpanjang sampai akhir 2021, menjadi daya tarik utama bagi generasi muda untuk membeli properti.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM diyakini bisa menggeliatkan kembali aktivitas perekonomian sehingga mendorong pemulihan industri, seperti properti. Para pengembang memanfaatkan waktu jelang akhir tahun 2021 untuk mengoptimalkan penjualan.
Marketing and Sales Division Head PT Alam Sutera Realty Tbk Wikhen Rusli mengatakan, pihaknya telah meluncurkan proyek-proyek baru di antaranya Sutera Sawangan yang berlokasi di selatan Jakarta. Proyek ini menyasar kepada calon yang baru pertama membeli hunian tempat tinggal, seperti generasi Y dan Z. Generasi Y atau biasa disebut milenial merupakan orang yang lahir 1980-1995, sedangkan generasi Z lahir sesudahnya sampai tahun 2000-an.
”Awal 2021, kondisi industri properti sebenarnya mulai pulih, tetapi memasuki pertengahan tahun industri kembali lesu karena pemerintah memberlakukan PPKM secara ketat. Sekarang, PPKM sudah longgar sehingga para pengembang, gencar meluncurkan proyek demi mengejar (target) penjualan menjelang tutup tahun 2021,” kata Wikhen saat menghadiri konferensi pers Lamudi Properti Fair 2021, Selasa (2/11/2021), di Jakarta.
Alam Sutera menargetkan pendapatan pra-penjualan atau marketing sales pada tahun 2021 sebesar Rp 3,2 triliun. Saat paparan publik akhir September 2021, perusahaan membukukan pendapatan pra-penjualan senilai Rp 2,01 triliun selama Januari-Agustus 2021. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yaitu Rp 1,83 triliun.
Dari jumlah pendapatan pra-penjualan senilai Rp 2,01 triliun, sebanyak Rp 1,340 triliun berasal dari rumah dan tanah residensial. Wikhen mengatakan, masih banyak warga generasi milenial dan Z menyukai rumah tapak. Ada yang sudah beralih ke apartemen, tetapi mereka menuntut beberapa standar kualitas, seperti kelengkapan interior.
Kondisi industri properti pada 2021 sebenarnya lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini salah satunya ditandai dengan peningkatan realisasi penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) syariah yang tumbuh rata-rata 8,76 persen.
Senior Vice President Marketing Communication Grup PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Ivan Ally menilai, kondisi industri properti pada 2021 sebenarnya lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini salah satunya ditandai dengan peningkatan realisasi penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) syariah yang tumbuh rata-rata 8,76 persen.
”Sementara pertumbuhan realisasi kredit Griya Hasanah BSI tumbuh 10,4 persen atau di atas rata-rata industri. Sebanyak 86 persen penyaluran kreditnya menyebar di Jawa,” ujar Ivan.
Ivan menyampaikan pula bahwa pengajuan pinjaman tersebut dominan datang dari generasi milenial dan Z yang baru pertama kali membeli hunian. Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rumah tapak, khususnya harga di bawah Rp 2 miliar, yang diperpanjang sampai akhir 2021, menjadi daya tarik utama bagi generasi muda untuk membeli properti.
Di luar kemudahan itu, dia menyebut masih ada beberapa permintaan kemudahan. Hal ini diupayakan oleh BSI dengan mengembangkan produk pinjaman Griya Simuda yang di dalamnya terdapat sejumlah insentif dari bank. Misalny, bebas biaya penilaian atau survei yang dilakukan bank untuk memeriksa kebenaran data pengajuan kredit dengan yang ada di lapangan.
CEO Lamudi.co.id (Lamudi) Mart Polman berpendapat, penambahan jumlah warga yang divaksinasi Covid-19 juga menjadi sentimen positif bagi pelaku industri properti. Kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian lekas pulih meningkat sehingga akan berpengaruh positif terhadap penjualan properti.
Dia mengatakan, rata-rata pertumbuhan penjualan hunian secara bulanan atau monthly average sales melalui laman Lamudi sebesar 36,8 persen dibandingkan tahun 2020. Nilai hunian yang banyak dibeli berkisar Rp 600 juta-Rp 800 juta per unit.
Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rumah tapak, khususnya harga di bawah Rp 2 miliar, yang diperpanjang sampai akhir 2021, menjadi daya tarik utama bagi generasi muda untuk membeli properti.
Untuk mengejar penjualan jelang tutup tahun, Mart menyampaikan bahwa sejumlah pengembang yang bekerja sama dengan Lamudi menawarkan aneka insentif kepada calon pembeli di luar insentif PPn, seperti uang muka nol persen.
Pinggiran
Sementara dari sisi lokasi, Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, minat pencarian hunian semakin bergeser ke pinggiran dan terkoneksi dengan akses transportasi umum. Sesuai data Property Market Index triwulan III-2021 yang dimiliki Rumah.com Indonesia, persentase pencarian properti di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Depok berkurang 3-5 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sebaliknya, pencarian di Kabupaten Bogor, Bekasi, dan Kota Bogor meningkat 3-5 persen pada periode yang sama.
”Kami menduga, perubahan tren itu karena ada pembangunan infrastruktur di wilayah penyokong Jakarta yang terus berkembang serta penurunan dan stagnasi harga di kabupaten/kota tersebut,” ucap Marine.
Untuk saat ini, harga sewa apartemen di pinggiran Jakarta mirip dengan di pusat Jakarta. Dia mencontohkan, harga sewa apartemen di Kebagusan City dan Kalibata City berkisar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per bulan. Harga ini relatif sama dengan harga sewa apartemen tipe studio di Tangerang Selatan atau Depok yang dekat dengan akses transportasi umum. Jadi, meskipun harga sewa relatif sama, konsumen milenial bisa menghemat ongkos dan waktu ketika menyewa apartemen dekat dengan pusat aktivitas Jakarta.
Pencari hunian tempat tinggal sekarang merasa hambatan terbesar mereka bukan lagi dari harga properti, melainkan tingginya suku bunga pinjaman.
Terkait harga, Marine berpendapat, pencari hunian tempat tinggal sekarang merasa hambatan terbesar mereka bukan lagi dari harga properti, melainkan tingginya suku bunga pinjaman. Bank Indonesia telah menjaga rendahnya suku bunga acuan, tetapi bunga KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) masih berkisar 8 persen meskipun trennya terus menurun.
Persepsi tentang tingginya bunga KPR ataupun KPA ditemukan dalam Rumah.com Consumer Sentiment Study semester II-2021. Sebanyak 60 persen responden merasa suku bunga masih sangat tinggi dan 88 persen di antaranya menginginkan agar pemerintah mengambil sikap untuk menurunkan suku bunga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang triwulan II-2021, sektor properti tumbuh 2,82 persen. Adapun konsumsi rumah tangga untuk komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga tumbuh 2,08 persen pada triwulan II-2021.