Dampak Pandemi, Garudafood Siapkan Sejumlah Strategi
Emiten produsen makanan ringan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk mempersiapkan beragam strategi untuk tahun 2022. Belanja modal yang disiapkan tidak terlalu berbeda dengan belanja modal pada tahun ini.
Oleh
joice tauris santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten produsen makanan ringan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk mempersiapkan beragam strategi untuk tahun 2022. Belanja modal yang disiapkan tidak terlalu berbeda dengan belanja modal pada tahun ini. Situasi pandemi yang masih belum menentu tahun depan membuat Garudafood belum terlalu agresif dalam berekspansi.
Hingga triwulan III-2021, belanja modal atau capital expenditure sudah terserap 66 persen atau sekitar Rp 98,5 miliar. Untuk tahun depan, Garudafood masih akan memanfaatkan peningkatan kapasitas yang ada.
”Penyerapan capex sudah 66 persen atau Rp 98,5 miliar yang digunakan untuk membeli mesin dan pembangunan pabrik,” kata Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno dalam paparan publik virtual, Senin (1/11/2021).
Paulus menambahkan, Garudafood tetap akan menangkap peluang-peluang dalam bekerja sama tahun depan. Menurut rencana, tahun depan Garudafood juga masih akan mengeluarkan produk-produk baru.
Hingga kuartal ketiga ini, Garudafood berhasil mencatatkan penjualan bersih Rp 6,4 triliun. Penjualan ini tumbuh 10,9 persen dari kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar Rp 5,74 triliun. Laba bersih meningkat menjadi Rp 370 miliar dari Rp 173 miliar atau naik 87,6 persen. Laba per saham juga naik sebesar 48,9 persen dari Rp 5,7 menjadi Rp 8,6 per saham.
Paulus mengakui, ketika pandemi merebak, ada banyak perubahan perilaku konsumen yang terjadi. Kegiatan masyarakat banyak yang dibatasi bahkan ditutup. ”Misalnya sekolah menjadi online, sebagian produk kami memang disukai anak sekolah, ini membuat distribusi terdampak. Kami harus menyesuaikan dan menggeser jalur distribusi dan produk. Selain itu, konsumen juga lebih suka berbelanja online. Kami juga menyesuaikan strategi belanja iklan dan promosi. Kami menyambut tantangan itu dengan berbagai penyesuaian,” kata Paulus.
Tantangan lain adalah kenaikan harga komoditas. Kenaikan harga komoditas membuat biaya produksi meningkat. Namun, Garudafood tidak dapat mengalihkan kenaikan harga komoditas ini kepada konsumen karena pendapatan konsumen juga menurun akibat pandemi. ”Kami melakukan efisiensi, juga mengupayakan negosiasi ulang dengan para pemasok,” tambah Paulus. Dengan berbagai upaya ini Garudafood tetap optimistis melanjutkan kinerjanya.
Formosa
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia kedatangan emiten baru yang juga bergerak pada sektor makanan dan minuman. Produsen minuman boba, PT Formosa Ingridient Factory Tbk, akhirnya masuk bursa pada hari ini. Formosa mendapatkan dana Rp 39,2 miliar dari penjualan 140 juta saham baru dengan harga Rp 280 per saham.
Pada awal perdagangan, saham Formosa menguat 25 persen menjadi Rp 350 per saham. Nilai kapitalisasi emiten ini melonjak menjadi Rp 404,5 miliar.